The Queen 16

732 139 15
                                    

*
.
*
.
*
Chaeyoung POV.

Krrt...

Di tempat latihan aku berjalan perlahan-lahan dan mengira-ngira darimana sebaiknya aku mulai memanah, sepertinya posisi sekarang sudah pas. Aku segera menarik busur panah yang ada di tanganku dan membidik sasaran yang ada di depan. Pertama, sasaran paling kanan. Aku mulai membidik, dan dengan keyakinan, syutt.. anak panahku meleset, selalu saja seperti itu. Sudah sekitar sepuluh panah aku gunakan dan selalu meleset. Bukankah saat bersama Orabeoni tempo hari aku bisa hanya dalam dua kali percobaan saja? Aneh sekali, padahal sudah melakukan cara yang sama.

Terdengar suara tepuk tangan dan teriakan heboh memuji ku, aku sudah tahu itu siapa. Siapa lagi kalau bukan Dayang Lee dan Si yeon.

Aku mengerti mereka melakukannya agar aku tidak terlalu malu, namun tetap saja aku kesal di buatnya. Tidak bisa terus seperti ini, tanpa kembali belajar aku tak akan pernah bisa memanah. Dan aku telah berjanji pada Ibu suri Agung untuk memenangkan pertandingan, jangan sampai membuat beliau kecewa.

Wanita kemarin, Jisoo. Padahal aku ingin dia mengajari cara memanah. Dia pun sudah setuju sayangnya dia tiba-tiba ada urusan. Teman Orabeoni Jimin juga tidak ada, pada siapa lagi aku harus minta di ajarkan? Raja Min ... Entah kenapa wajahnya  langsung muncul di pikiran ku, aku menggeleng cepat tuk menghapus bayangan wajahnya. Belajar dengannya hanya membuat emosi saja.

"Wah! Langsung kena sasaran!"

Mata ku tertuju pada asal sumber suara, tidak jauh dari tempat ku berada terdapat Son Seung-wan yang ternyata ikut berlatih, ia menarik busur panahnya dan ketika di lepaskan langsung terkena sasaran. Heol, ternyata kabar dia ahli dalam memanah memang benar adanya.

"Nona Seung-wan memang sangat hebat dalam memanah sedari dulu," komentar Si Yeon. "Namun, tetap saja anda yang paling hebat!"

Aku tidak menanggapi ucapan Si Yeon yang terakhir dan kembali memandang Seung-wan, hmm ... Tiba-tiba aku memiliki ide.

"Aku ingin belajar dengannya."

"Tapi, nona Seung-wan adalah musuh Mama ketika di pertandingan nanti, apa beliau mau mengajarkan?"

"Si Yeon, kau tahu? terkadang musuh itu bisa menjadi teman dan teman bisa menjadi musuh, meski dia adalah musuh aku yakin dia mau mengajariku."

Si Yeon menggangguk paham, pun aku berdiri dan menghampiri Son Seung-wan. Menyadari kehadiran seseorang ia berhenti memanah, langsung memberi hormat ketika tahu aku yang datang.

"Kesehatan menyertai anda, Yang mulia Ratu. Apa ada sesuatu hingga anda menemui saya?"

"Kau hebat dalam memanah bukan? Bisa ajari aku? Sedari tadi panah ku meleset terus."

Seung-wan tampak berpikir, kemudian ia tersenyum. "Saya merasa terhormat, baik. Saya akan membantu anda."

Yes, aku berhasil membujuk Seung-wan, ia mulai mengajariku cara memegang busur panah yang benar lalu posisi untuk bersiap melepaskan panah. Hanya sampai disitu di karenakan ia di panggil oleh Ibu suri.

"Terimakasih, kau sangat baik!" puji ku, Seung-wan menggangguk lalu pergi.

Baiklah, ini saatnya aku kembali berlatih. Aku mengambil napas panjang dan mulai menarik busur panah, lagi dan lagi meleset tapi aku tidak menyerah. Hingga suatu saat aku terduduk ketika napas ku makin lama tidak teratur membuat sedikit pusing, Si Yeon panik menghampiriku dan menawarkan untuk berhenti berlatih dan kembali ke kamar.

The Queen {Yoonrose}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang