Shaka tersenyum lebar, sekarang dia diperbolehkan pulang setelah infusnya sudah habis, dirinya sekarang duduk diatas brankarnya menunggu Maddy, asisten pribadi mommy-nya membereskan barang-barangnya. Kakinya ia gerakan acak karena brankarnya yang terlalu tinggi untuk dirinya.
"Maddy, mommy dimana?"tanya Shaka.
"Nyonya sepertinya masih menebus obat tuan muda,"
Shaka berdecak dalam hati, dia turun dari kasurnya ingin mencari Reyna, baru membuka pintu ia disuguhkan wajah datar Jayden.
"Mau kemana?"
Shaka menggeleng, mengurungkan niatnya mencari mommy-nya. Ia kembali duduk, bedanya sekarang duduk disofa bersebelahan dengan Jayden. Kepalanya menunduk, tangannya juga sibuk memilin ujung kemeja yang dipakainya, terlalu canggung dengan Jayden.
"Shaka!"Shaka menoleh kearah Xavier.
Dirinya mendekat lalu menggenggam tangan daddy-nya yang terulur.
"Kau tidak kuliah boy?"Jayden menggeleng, karena niatnya ingin menjemput Shaka.
Setelahnya mereka bertiga berjalan beriringan menuju parkiran dimana sudah ada Reyna yang menunggu anak bungsunya.
"Anak mommy!"
Reyna mendekat, mencium kening Shaka dan menyuruhnya masuk begitu juga dengan Jayden. Xavier merangkul istrinya posesif, lalu masuk kedalam mobil.
Mobil mewah itu berjalan menyusuri padatnya jalanan ibu kota, Shaka juga merasa senang, bibir mungilnya tak berhenti menyunggingkan senyum melihat pemandangan kota.
"Kak Jey,"
Jayden menoleh, mengangkat alisnya sebelah menunggu kelanjutan perkataan adiknya.
"Um..., apa Shaka akan diterima dikeluarga Travisc?"pertanyaan Shaka membuat satu mobil itu terdiam, apakah Shaka sudah mengingat semuanya?.
"Sepertinya ada yang tidak menyukai Shaka,"
Jayden menghela nafasnya, ia paham maksud Shaka, yang dimaksudkan Shaka adalah kembarannya, mungkin Shaka merasa ada yang aneh dengan kelakuan Shaga yang mengganjal dihatinya, terlebih lagi mereka kembar.
"Maksudmu Shaga?"pernyataan Jayden membungkam mulut Shaka, ia mengangguk setelahnya menggeleng, ia takut jika Jayden akan mengatakan jika Shaka membicarakan dia.
"Tidak usah khawatir, dia memang seperti itu,"
"Tapi kalo ntar dia bilang gue bukan Shaka, yang ada gue jadi gelandangan,"gumamnya dalam hati setelah mendapat jawaban dari Jayden.
Setengah jam terlewati, kini mobil mewah itu masuk kedalam gerbang menunju pintu utama. Shaka menatap bangunan mewah itu dengan kagum, pasalnya bangunan yang mereka sebut rumah itu bagaikan istana.
"Uwah...,"mulut Shaka membulat lucu, Jayden yang tepat disebelahnya tersenyum gemas, tidak pernah dirinya melihat adiknya semenggemaskan ini.
"Ayo!"
Shaka menggenggam tangan Reyna erat, mereka melangkah masuk dan memperlihatkan ruang tamu yang sebegitu indah dengan ornamen emas.
"Rumah mommy indah,"
Reyna terkekeh, wanita paruh baya itu segera mengajak anaknya ke kamar untuk istirahat, bagaimanapun Shaka masih tahap pemulihan.
"Shaka istirahat ok, nanti mommy panggil untuk makan siang,"Shaka mengangguk.
Kakinya ia langkahkan untuk menyusuri setiap sudut kamarnya yang bernuansa elegan dengan cat dark purple dan abu-abu.
"Harusnya lo bahagia disini,"gumam Shaka saat melihat foto Shaka asli yang sedang tersenyum manis.
Shaka duduk saat merasakan pegal, merebahkan tubuhnya agar beristirahat, Shaka menguap lalu membenarkan posisi tidurnya.
_
"Ka!"
Shaka menggeliat kecil hingga membelakangi orang yang baru saja membangunkannya. Shaga berdecak kecil menggoyangkan tubuh Shaka lebih kuat agar kembarannya mau terbangun.
"Lima menit lagi,"ucap Shaka lirih, tapi ia langsung terbangun kala melihat siluet Shaga didepannya.
"Maaf Shaga, Shaka ketiduran,"belum sempat berdiri Shaga menahan pundak Shaka.
"Jangan langsung berdiri,"
Shaka mengangguk, duduk sebentar mengumpulkan sisa-sisa nyawanya. Setelah benar-benar segar barulah Shaka bangkit dan mencuci mukanya.
"Shaga baik Shaka suka,"ungkapan Shaka barusan membuat Shaga terdiam, walau ia merasa asing dengan sosok Shaka sekarang, tak urung hatinya menghangat mendengar penuturan Shaka.
Sampai diruang makan mereka segera duduk karena sudah terisi oleh keluarga besar Travisc, Shaka memegang tangan Shaga dengan erat merasa gugup dengan tatapan mereka.
"Shaga...,"
Shaga segera menarik Shaka dan menyuruhnya duduk, dan makan siang dimulai dengan tenang hanya dentingan sendok yang terdengar.
"Setelah ini keruang keluarga,"sosok laki-laki tua berucap.
Mereka menyudahi makan siang mereka dan menuju ke tempat yang disebutkan oleh tuan besar Travisc. Setelah semuanya berkumpul mereka diam menunggu yang paling tua berbicara.
"Shaka!"Shaka mendongakan kepalanya, menatap takut kearah pria tua yang ada didepannya.
"Jangan tundukan kepalamu! Kita keluarga Travisc tidak akan tunduk pada siapapun, kau paham itu?!"Shaka mengangguk cepat.
"Beliau kakek tuan muda, Hergana Travisc, tuan muda bisa memanggil grandpa, dan yang disebelahnya istri tuan besar, Sylovia Travisc, tuan muda bisa memanggil grandma,"
Shaka mengangguk paham ketika dijelaskan silsilah keluarga besarnya oleh pria berjas hitam yang berdiri disebelah kakeknya.
"Dan yang disebelah tuan Xavier ada tuan Jeffry, istrinya bernama Lauren, dan disebelahnya ada nona muda Gladys, tuan muda Abizer, dan nona muda Airys, mereka adalah anak dari tuan Jeffry dan nyonya Lauren,"
Shaka kembali mengangguk, sekarang ia paham dengan keluarga besar ini.
"Dan jangan sekali-kali untuk membuat nama keluarga Travisc kembali buruk!"
Shaka tersentak kala mendengar ucapan dingin dari Jeffry, lalu ia mengangguk kaku mengiyakan ucapan anak pertama dari kakeknya.
"Kalian bisa bermain dilantai tiga,"
Setelah itu Shaka ditarik oleh Karel agar mengikuti mereka menuju timezone yang ada di mansion mewah ini.
_
Lanjut? Kalau iya jangan lupa vote ya!! Makasi 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME [TERBIT]
Fanfiction[BABY BOY VERS] Shakala Hergio Travisc, laki-laki yang mengakhiri hidupnya karena terlalu lelah dengan keluarganya yang begitu kasar dan kejam. Bukannya menjadi arwah dirinya malah tertarik kedalam sebuah novel yang berjudul IT'S ME, dimana ia menja...