Shaka sudah kembali ke rumah, suhu tubuhnya bertambah seiring waktu, walau Shaka hanya diam tapi itu tetap membuat Shaga dan Abizer khawatir, apalagi Airys yang tak henti-hentinya mengusap pucuk kepala Shaka.
"Shaka mual nggak?"Shaka diam tak menjawab pertanyaan Airys.
Shaga yang melihat Shaka tak nyaman dengan duduknya lantas mendudukan anak itu ke pangkuannya, mengelus punggung sang kembaran membiarkan Shaka terlelap sendiri, Airys yang melihat itu menyumbat mulut Shaka menggunakan pacifiernya.
"Jangan berhenti,"Shaka bergumam, tangan Shaga kembali mengelus punggung anak itu.
Sampai dimansion Shaka segera dibawa ke kamarnya yang sudah dipersiapkan, ada tiga dokter termasuk Sandy untuk memeriksa bungsu Travisc, keluarga besar itu juga turut berkumpul, Gladys juga turut membantu karena dirinya adalah seorang perawat.
"Shaka hanya demam biasa, sepertinya dia terlalu lelah saat beraktifitas, dan jangan biarkan Shaka tertidur dengan lampu menyala karena itu juga mempengaruhi kesehatan,"Reyna mengangguk, masuk ke dalam kamar anaknya yang masih setia terlelap.
"Dad! Aku ingin menyampaikan sesuatu,"Shaga berucap, Abizer dan Airys juga mengangguk
Seluruh pria keturunan Travisc itu segera menuju ruang pertemuan dilantai lima, setelah semuanya berkumpul Shaga segera membuka kotak yang yadi ditemukan oleh Shaka didalam lokernya.
Xavier menggeram tajam, mengepalkan tangannya hingga buku buku tangannya memutih, seluruh pria dipertemuan itu turut tersulut emosi yang langsung ditenangkan oleh Zero.
"Sebenarnya aku ingin Shaka tidak mengingat semuanya, ingatannya membuatnya tersiksa!"ucapan Jeff disetujui semuanya.
"Tapi jika selalu begini, reputasi keluarga akan hancur!"ujar Gryv pada semuanya.
"Kita ikuti saja alur yang dibuat oleh dia, tapi kita tetap mejaga dan mengawasi Shaka, memperketat penjagaan bukan hal buruk tali tidak membatasi pergaulannya,"Xavier berucap.
Setelah semuanya setuju dengan rencana mereka, mereka kembali seperti semula seolah tidak terjadi apa-apa, Xavier juga mengampiri istrinya yang sedang menemani Shaka. Pria yang sudah memasuki kepala lima ini mendekat lalu mencium kening Shaka.
"Get well son boy,"ucapnya.
Shaka hanya menggeliat dalam tidurnya, lalu Xavier membisikan sesuatu pada Reyna dan tersenyum, laki-laki itu memerintahkan Maddy agar menjaga anaknya dan juga istri tercintanya.
Sepergiannya Xavier dan laki-laki jantan lainya, para wanita segera menyiapkan teh hijau untuk melepas rindu mereka, Shaka masih tertidur dengan lelap, membiarkan suhu tubuhnya menurun secara sendirinya.
Xavier segera mencari data orang yang memberikan kotak misterius itu pada Shaka, walau tujuan orang itu baik tetap saja Xavier khawatir dengan keselamatan sang bungsu. Dengan bermodalkan sidik jari Xavier tersenyum karena menemukan data diri milik orang itu walau hanya sebuah hobi dan riwayat pendidikan.
"Rajawali high school?"dari arah belakang Abizer bergumam, dia menatap sidik jari yang ada dilayar monitor itu.
"Sepertinya itu milik anak perempuan,"ujar Abizer membuat mereka menatap penuh laki-laki jangkung itu.
"Lihat whorl jarinya terlihat sedikit,"ujarnya kembali, mereka semua membenarkan.
Setelah mendapat petunjuk siapa yang mengirim kotak itu, walau hanya jenis kelamin dan riwayat pendidikan mereka tetap bisa menyelidiki hal itu lebih lanjut.
"Sepertinya akan menarik jika orang itu tidak bisa membedakan antara Shaga dan Shaka,"Gryv berujar, menatap semuanya.
"Aku tau maksudmu,"balas Jeff.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME [TERBIT]
Fanfiction[BABY BOY VERS] Shakala Hergio Travisc, laki-laki yang mengakhiri hidupnya karena terlalu lelah dengan keluarganya yang begitu kasar dan kejam. Bukannya menjadi arwah dirinya malah tertarik kedalam sebuah novel yang berjudul IT'S ME, dimana ia menja...