Shaka hanya diam melihat saudara-saudarinya bermain, ia enggan karena merasa tak pantas bermain dengan mereka, lagipula tidak ada yang mengajaknya.
"Ayo bermain,"tiba-tiba Airys menggenggam tangan Shaka lalu mengajaknya bermain.
Shaka hanya menatap tangannya yang digenggam oleh gadis cantik didepannya, ia menggeleng tanda tak mau.
"Kamu masih mikirin kata-kata granpa ya?"pertanyaan Airys dijawab gelengan oleh Shaka, walau sejujurnya memang ia memikirkan kata-kata dari kakeknya tadi.
"Tidak usah dipikirkan, lagian kakek tidak mungkin membunuh cucunya yang paling ia sayangi,"
Shaka hanya tersenyum kecil dan kembali menggeleng, entah rasanya aneh saja jika berdekatan dengan keluarga konglomerat ini, walau sekarang ia menjadi salah satunya.
"Ayo!"Shaka kembali mendongak kala namanya disebut.
Kini yang memanggil adalah Shaga, kembarannya. Shaka kembali menggeleng, Karel yang tadinya sibuk dengan permainannya mendekat kearah Shaka.
"Ayo bermain!"ajak anak umur tujuh tahun itu.
"Sudah jangan dipaksa, jika tak ingin mau yasudah kita saja yang bermain!"akhirnya Abizer angkat bicara.
"Ck! Lo main aja sana!"kesal Airys pada kembarannya.
Abizer hanya mengangkat bahunya acuh lalu mengajak Karel dan Shaga untuk bermain kembali. Airys mendengus kesal dengan kelakuan Abizer, lalu dia duduk disebelah Shaka yang kembali menunduk.
"Kamu suka sekali lihat bawah! Semenarik apa sih?"
Shaka menatap netra almond itu, setelahnya ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada,"
Airys menjadi gemas sendiri dengan jawaban Shaka, walau dulu Shaka lebih terkesan cuek, tapi Shaka yang pendiam itu lebih menjengkelkan.
"Kamu ini! Kamu mimpi apasih waktu koma jadi pendiam seperti ini!"Airys menarik pipi tembam Shaka, terlampau gemas dengan wajah polos yang diperlihatkan oleh Shaka.
"Kalau kamu lelah, istirahat saja ok!"Shaka mengangguk.
Dan Shaka kembali pada kegiatan awalnya, yaitu melihat saudara-saudarinya bermain, karena bosan Shaka tidur disofa panjang yang tersedia, meringkukan tubuhnya lalu terlelap.
Karel yang pertama kali menyadari sosok Shaka yang sudah pulas menyelam alam mimpi menghampiri laki-laki itu. Ia mengambil pacifier miliknya lalu menyumpalkannya kemulut Shaka.
"Karel!"Airys yang melihat kelakuan Karel berdecak.
"Shaka nggak kaya lo, ngemut begituan!"
"Kak Airys nggak usah ungkit-ungkit itu, lagian Karel udah nggak make lagi!"kesalnya, sekarang dia hanya membawa benda itu saja, lagian dia berhenti waktu masuk sekolah dasar.
Abizer dan Shaga mendekat karena perdebatan kecil Airys dan Karel, melihat pemandangan didepannya membuat bibir mereka berkedut menahan senyum, pipi Shaka bergerak kecil mengemut niple silikon itu.
Karel menarik pacifiernya, tanpa mereka duga Shaka terlihat menggeliat kecil dan mengecap bibirnya, Abizer merebut pacifier yang digenggam oleh Karel dan memasukan pacifier itu kedalam mulut Shaka.
"Biarin aja udah!"
Karel melirik sinis, tadi saja dia seperti tak mau ada Shaka disini, tapi setelah melihat Shaka yang terlihat menggemaskan langsung seperti orang tak membuat dosa. Lihat saja, Karel adukan pada kakek jika mereka menggunakan bahasa non-formal.
"Kak Shaka!"Karel mengguncang tubuh itu, bukannya terbangun Shaka malah menggeliat malas.
"Gue yang bawa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME [TERBIT]
Fanfiction[BABY BOY VERS] Shakala Hergio Travisc, laki-laki yang mengakhiri hidupnya karena terlalu lelah dengan keluarganya yang begitu kasar dan kejam. Bukannya menjadi arwah dirinya malah tertarik kedalam sebuah novel yang berjudul IT'S ME, dimana ia menja...