🐻✨[22. Kecewa]✨🐻

22.5K 2.4K 186
                                    


Shaka tidak bisa ikut bersama Fanni dan Shaga, laki-laki itu hanya mampu melambaikan tangan ketima Fanni dan Shaga pergi, Shaka masuk ke dalam saat menuju kamarnya.

Shaka menutup matanya kala merasakan pusing tiba-tiba, Reyna tersenyum miring melihat Shaka yang sudah terlelap karena obat bius.

Segera wanita itu membawa anak manisnya kedalam kamarnya, beruntung Xavier memerintahkan mereka agar tidak ke lantai tiga dimana kamarnya berda.

Shaka membuka matanya saat merasakan sakit diarea pipinya, matanya membulat terkejut, melihat Reyna sedang menampar dirinya dengan tatapan mengerikan.

"Akhirnya kau bangun juga,"

"Senang sekali karena hari ini tidak akan ada orang,"ucap Reyna.

Dia mencengkram kedua pipi Shaka dengan kuat membuat kuku panjangnya masuk begitu dalam. Shaka meringis, ingatannya berputar pada satu tahun lalu dimana Shaka disiksa oleh bundanya.

"Bagaimana Shaka? Apa kau mengingatnya! Jawab Shaka! Kau tidak bisukan hanya karena aku membiusmu?!"sarkas Reyna sambil menampar wajah Shaka.

"Sekarang tidak ada yang bisa menolongmu! Keluarga Travisc sedang diambang kebangkrutan! Dan mereka sedang mengurusi semua masalah itu, dan untuk Shaga, ada Fanni yang mencegah anak itu pulang!"

"Gara-gara kau! Anakku mati tertembak oleh Shaga! Arjuna anakku Shaka! Dan aku bunda yang kau sangat takuti itu!"

"Clay juga, dia salah satu anak buahku! Jika aku tidak mengancam akan melakukan sesuatu pada adiknya dia tidak akan menurut!"

"Awalnya aku merasa senang karena Arjuna menyukai seseorang! Tapi gara-gara ada kau! Syela tidak menyukai Arjuna lagi! Dan Zero dengan seenak jidat menyukai Syela juga! Parahnya lagi Arjuna menyukaimu! Dasar bajingan!"

"Anakku berhak bahagia Shakala Hergio!"

Shaka menahan nafasnya ketika lehernya dicekik, kepalanya sangat pening karena kesulitan bernafas. Shaka menutup matanya sempurna setelah Reyna melepaskan cekikannya.

Berjam-jam berlalu Shaka enggan membuka matanya, ia tak mau jika semua tadi yang dialaminya adalah hanya sebuah bunga tidur.

"Bangun!"Shaka tersentak kala tamparan begitu nyaring menggema dikamar Reyna.

Shaka mau tak mau harus membuka matanya, hal yang pertama kali ia lihat adalah mata Reyna yang melotot tajam ke arahnya. Tanpa belas kasih Reyna menjambak rambut Shaka agar anak itu mendongak.

"Akan kubalaskan dendam Arjuna kepadamu!"

Reyna mengambil sebuah cambuk yang tidak terlalu besar, tapi gerigi disepanjang cambuk itu membuatnya terlihat menyeramkan.

"Hitung! Jika salah maka ulangi hingga benar, dimulai dari -100!"

Suara cambukan menggema, Shaka mulai menghitung sesuai perintah Reyna, saat hampir mencapai -20 Shaka berhenti, tubuhnya sudah memar, Reyna membuang cambuk itu sembarangan, mengguyur Shaka menggunakan air es yang disiapkannya tadi.

Shaka sudah menggigil kedinginan, Reyna kembali sambil membawa handuk, dia juga membawa Shaka dengan baju ganti, Reyna dengan telaten membersihkan kekacauannya dan mengurusi Shaka dengan benar.

Dia menidurkan Shaka agar laki-laki manis itu terlelap, menggumamkan kata-kata penenang agar Shaka merasa tenang jika berada disisinya.

Setelah menghubungi keluarga aslinya yaitu mama tiri Clay, perempuan cantik itu menyelimuti Shaka dan turun kebawah, dia akan menyiapkan makan malam untuk keluarganya.

_

Shaga pulang setelah dipaksa oleh Fanni, tapi dengan sopan Shaga pamit pulang karena harus mengurusi Shaka yang tidak bisa ditinggal sendiri. Shaga menuju kamar Reyna setelah mendapat kabar jika Shaka sedang demam tinggi, walau sekarang sudah menurun.

WHY ME [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang