🐻✨[9. Ingat]✨🐻

31.1K 3.2K 6
                                    

Jam pulang sekolah tiba, Shaka membereskan semua barangnya, ia tinggal menunggu Shaga ke kelasnya, Abizer juga masih setia menunggu dirinya. Saat sedang asik-asiknya bercerita pada Shaga, gadis yang Shaka ketahui bernama Clay mendekat ke arahnya.

"Gue mau ngomong sama si culun!"Abizer hanya menatap tanpa minat, memberikan earpods pada telinga Shaka dan menyuruhnya untuk menutup mata.

"Ck! Pulang sana!"

Abizer hanya acuh membiarkan orang itu menggonggong sendiri, prinsip Abizer hanya satu, jika tidak suka pada orang itu biarkan atau tinggalkan. Simple.

"Lo!"

Gadis bernama Clayya itu hendak menarik lengan Shaka yang langsung ditahan oleh Abizer, mencengkram kuat lengan itu lalu memutarnya kebelakang. Clay langsung berteriak kesakitan, suara tulang juga terdengar jelas tadi.

"Abizer, ini mata Shaka harus nutup terus,"

"Iya,"

Jawaban singkat dari Abizer dituruti pada laki-laki manis itu, hingga Shaka datang bersama Airys dan segera memisahkan keduanya, Clay juga sudah menangis karena tangannya sangat sakit.

"Lo boleh buka mata,"

Shaka membuka matanya, ia langsung tersenyum saat didepannya sudah ada coklat putih batangan, seperti yang dijanjikan oleh Abizer, jika dia menutup mata maka akan diberikan coklat putih miliknya.

"Makasih,"

Abizer mengusak kepala Shaka, keempatnya berjalan menyusuri koridor hanya tersisa mereka, sampai diparkiran Shaka masuk kedalam mobilnya, dia tidak bersama Shaga krena anak itu harus berkumpul bersama Eagle.

"Shaga pulangnya nggak lama kan?"

"Nggak!"

Bohong jika tidak lama, malam ini niatnya akan mengikuti balapan dan akan pulang sekitar jam dua pagi. Shaka mengangguk lalu melambaikan tangannya, setelah mobil itu menjauh dari parkiran sekolah Shaka termenung kembali memikirkan bagainana cara agar Shaka bisa mengungkap yang benar sebenarnya, walau dia tau jika yang membunuh si antagonis tapi itu belum pasti, karena tadi disekolah belum muncul si antagonis tadi.

"Paman, Shaka boleh nanya sesuatu?"

"Boleh tuan muda,"

Shaka tersenyum manis."Shaka dulu suka dibully nggak?"Shaka mulai mengeryitkan dahinya, ingatan-ingatan Shaka yang asli kembali masuk ke kepalanya, Shaka menggeram kecil.

"Jangan dipaksakan tuan muda,"Shaka mengangguk, ia mencoba menetralkan rasa pusingnya, menyenderkan kepalanya.

"Ugh!"

Sopir tersebut segera menancapkan gas, sampai di mansion ia segera membuka pintu belakang, dan membawa Shaka ke dalam. Para maid dan bodyguard yang melihat tuan mudanya sedang kesakitan mereka segera tanggap, ada yang menyiapkan obat dan segalanya.

Shaka masih merintih, ingatan Shaka asli masing berputar dikepalanya, Reyna datang membawa makan serta obat, menyuruh mereka keluar menyisakan Reyna, Shaka, dan Maddy.

"Maddy tolong siapkan air hangat,"

Wanita itu mengangguk hormat, sekepergiannya Maddy Reyna segera memijat pangkal hidung Shaka agar pusingnya sedikit mereda, Reyna mengelus surai hitam Shaka lalu mencium keningnya.

"Mommy hiks,"

"Tenang sayang, tarik nafas pelan-pelan,"

Shaka menuruti apa yang diucapkan oleh Reyna, setelah semuanya reda, Shaka membuka matanya perlahan, melihat raut wajah orang yang ia sayangi membuat senyumnya mengembang di wajah pucatnya.

"Mommy Shaka bukan yang bunuh Syela mama percaya kan?"pertanyaan Shaka diangguki oleh Reyna.

Shaka mengulum senyumnya, ia rasanya ingin menangis keras merasakan kasih sayang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Shaka memegang punggung tangan Reyna tersenyum membayangkan orang yang didepannya adalah bundanya.

"Mommy nggak bakal ninggalin Shaka-kan? Walau semua benci sama Shaka?"ucap Shaka, hati Reyna tersentuh lalu mengangguk.

Shaka menangis dalam diam, matanya ia tutup erat membayangkan wajah bundanya mengelus surainya, mengatakan kalau dia pasti akan menjadi orang hebat dimasa depan, membayangkan wajah bundanya tersenyum manis.

"Shaka, shaka kenapa?"tanya Reyna, ia juga semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Shaka.

"Shaka sayang sama mommy, Shaka berharap mommy sayang sama Shaka, bukan kaya bunda Shaka yang selalu kasarin Shaka,"

Reyna segera memeluk tubuh anak bungusnya yang mulai bergetar, entah apa yang Shaka ingat hingga berakata seperti itu. Reyna melepas pelukannya mengusap sisa air mata Shaka dan menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu.

"Shaka sayang mommy,"

_

Maaf ya pendek, sumpah lagi males banget
Intinya kaya Lazy Today banget. Buat kalian tetap semangat ya, kalau ntar udah mood dan nggak mager aku bakal double up, tapi nggak janji ya °~°

WHY ME [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang