🐻✨[6. Kesehatan]✨🐻

37.1K 3.5K 42
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, Shaka sedang bersama Shaga, keduanya sedang asik bercanda. Baru pertama kali mereka akur seperti ini, karena dulu mereka tak pernah bertegur sapa.

"Shaga!"

Shaka memberenggut kesal, memandang Shaga sengit karena kembarannya itu mengambil dot miliknya, Shaga mendekat lalu mengusap surai hitam Shaka.

"Shaga....! Ish! Siniin dotnya Shaka!"

"Mommy!!!"

Shaka keluar dari kamar Shaga, menghampiri Reyna yang berada diruang tamu bersama Zevanya dan Lauren menikmati teh hijau.

"Mommy botolnya Shaka!"

Reyna, Zevanya dan Lauren terkekeh gemas melihat Shaka merengek seperti anak kecil, bibirnya manyun dengan tatapan kesal miliknya, Lauren yang gemas menarik Shaka agar duduk dipangkuannya.

"Shaka kenapa? Pagi-pagi kok udah marah-marah?"

"Mommy Lau masa botolnya Shaka diambil sama Shaga! Shaka mau mimi!"

Lauren terkekeh gemas, ia lebih suka Shaka bersifat seperti ini daripada takut pada orang-orang. Lauren segera meminta salah satu maid untuk membuatkan Shaka susu yang baru.

"Mommy nanti jadi nggak?"tanya Shaka pada Reyna, wanita itu yang paham dengan maksud Shaka mengangguk.

"Minum sini aja, ntar diambil lagi sama Shaga,"

Shaka mengangguk, pemuda tujuh belas tahun itu turun dari pangkuan Lauren dan menuju ruang televisi, tangannya sibuk mengganti channel yang ia sukai, pororo.

"Shaka!"

Shaka menoleh mendapati kakeknya yang sedang berjalan kearahnya, lalu mendudukan pantatnya disebelah cucu kesayangannya.

"Udah sarapan?"

Shaka menggeleng, seharusnya dia memang harus makan lebih awal, tapi karena merasa tak enak, anak itu mengikuti jadwal sarapan bersama.

"Nanti aja, kata mommy nggak papa,"

Hergana mengangguk, hanya duduk melihat kartun yang digemari oleh cucunya ini, menit-menit berlalu, kini jam sudah menunjukan pukul setangah tujuh, sarapan semuanya sudah siap.

Mereka semua makan bersama kecuali Gryv, Jeff, dan Zero. Gryv dan Jeff ada meeting pagi, dan Zero sendiri hanya menghindari Shaka, ia tak mau Shaka takut kala melihat dirinya.

"Shaka sudah?"

Shaka mengangguk, Lyonel menggenggam tangan Shaka menuju garasi diikuti Reyna dan Sylovia dari belakang, sampai digarasi Shaka dibuat kagum dengan apa yang dilihatnya, mobil mewah semuanya ada, motor sport juga semuanya ada.

"Ayo!"

Mobil yang ditumpangi Shaka melaju, Shaka sedari tadi hanya diam, melihat bangunan yang terlihat seperti sedang berjalan. Sekitar satu jam mereka sampai disalah satu rumah sakit ternama milik keluarga Travisc.

"Lho kok ke rumah sakit?"

"Grandma mau cek kesehatan dulu nggak apa-apa?"Shaka mengangguk.

"Lho ini Shaka? Udah sembuh?"Shaka mengangguk saja pada seorang dokter dengan nama Sandy Feriano Taranta.

"Ikut dokter yuk!"

"Shaka sama dokter Sandy aja, grandma lama,"

Akhirnya Shaka mengikuti dokter bernama Sandy tersebut, mereka berdua duduk diruangan pribadi Sandy. Shaka duduk didepan Sandy yang sedang membuat minuman dan menyiapkan sedikit cemilan.

"Ini dimakan dulu ya,"

Shaka mengangguk mengambil satu kue kering dan memakannya, Sandy tersenyum hanya melihat Shaka yang fokus pada kuenya.

"Dokter boleh nanya sesuatu ke Shaka?"Shaka mengangguk.

"Shaka ada takut sama sesuatu?"

"Um..... Shaka nggak takut, tapi kadang-kadang ada yang suka bisikin Shaka kalau mereka jahat, tapi buat kak Zero, Shaka takut, Shaga juga,"Shaka memelankan suaranya di dua kata terakhir.

"Lho kok takut sama Shaga?"Shaka hanya menggeleng kecil.

Shaga yang memang melihatnya dari layar ponsel juga terdiam, seluruh keluarga Travisc yang melihat itu juga terdiam, sebesar itukan ketakutan Shaka.

"Shaka nggak tau, tapi mereka selalu bilang kalau keluarga Shaka itu jahat, tapi Shaka nggak tau siapa mereka siapa,"

Shaka menunduk dalam, dia tidak tau jika dirinya akan seperti ini, terbayang-bayang keluarganya yang dulu, dokter Sandy tersenyum.

"Nggak papa, dokter boleh liat tulisan Shaka nggak? Sama gambar pohon,"

Shaka tersenyum lalu mengangguk, mengambil kertas putih dari tangan Sandy dan memulai menulis biodatanya, tak lupa juga sebuah gambar pohon dengan ayunan kosong.

Shaka tersenyum lalu mengangguk, mengambil kertas putih dari tangan Sandy dan memulai menulis biodatanya, tak lupa juga sebuah gambar pohon dengan ayunan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sandy tersenyum melihat tulisan Shaka, ia mengusap kepala Shaka, Sandy juga meberikan bingkisan kepada Shaka, sebuah buku kosong dan pulpen.

"Shaka bisa menuliskan semua masalah Shaka, jangan selalu dipendam sendiri, jika ada yang berbicara pada Shaka biarkan saja jangan dihiraukan, satu lagi! Jika ada yang berbicara tentang orang jahat Shaka peluk saja orang yang ada disebelah Shaka ok! Jangan merasa sendiri, orang yang ada didalam otak Shaka akan merasa menang karena Shaka meladeninya, hiraukan saja, Shaka paham?"

Shaka mengangguk semangat, ia memeluk erat Sandy dan mengucapkan terimakasih.

"Dokter baik Shaka suka,"

Sandy tersenyum dan mencium pucuk kepala Shaka, mengajaknya keluar karena pemeriksaan grandma sudah selesai.

"Dokter terimakasih!"ucapnya seraya tersenyum manis.

Sandy mengangguk, dia juga tersenyum kepada Reyna lalu menunjuk ponselnya, Reyna yang mendapat kode itu mengangguk.

Dokter Sandy

Shaka mengalami gangguan kecemasan, apalagi dia sedang masa pemulihan dari amnesianya, mungkin memorinya tak sepenuhnya hilang tetapi dia tidak mengingatnya dan menjadi bayang-bayang orang yang menurutnya jahat pada dirinya, dia juga merasa kesepian walau sedang bersama kalian, dari gerak gerik yang kulihat dia sering menggoyangkan kakinya, Shaka juga mudah takut dan khawatir.

Untuk langkah awal kalian hanya perlu memahami kebiasaannya, jangan meninggalkan dia sendiri.

Satu lagi, jika dia merasa takut dengan kegelapan jangan biarkan dia sendiri, dia hanya takut seuatu yang tiba-tiba ada yang muncul dari kegelapan.

Reyna mengangguk, sepertinya sekarang dia harus menjaga Shaka dengan lebih ketat, setelah semua yang dialami oleh Shaka, ia tak mau jika harus melihat Shaka lebih menderita.

Sesuai perjanjian, Shaka dan Lyonel berjalan-jalan dan untuk Reyna dan Sylovia mereka berpamitan agar pulang terlebih dahulu.

Selama di timezone Shaka tertawa lepas, memainkan semua yang dirinya inginkan, Lyonel dari pinggir hanya mampu memandang dan mengabadikan foto Shaka yang sedang tertawa dengan ponselnya.

_

Jangan bosen-bosen ya
Tunggu chapter selanjutnya, soalnya Shaka mau sekolah Yeay!

See you next chapter

WHY ME [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang