🐻✨[15. Dua]✨🐻

22.1K 2.5K 49
                                    

Shaka duduk didepan mansion, menunggu Shaga menganti bajunya, sekarang jam dua siang, niatnya anak kembar itu pergi ke kantor Xavier, karena Shaka sedari tadi merengek ingin menemui Xavier.

"Naik motor aja ya,"pinta Shaka, dia bosan jika menggunakan mobil.

"Gak!"Shaka mendengus, berjalan mendahului Shaga menuju garasi.

Kelakuannya membuat Shaga terkekeh, dia segera mengejar Shaka, sebenarnya tidak apa jika harus menggunakan motor, tapi dia tidak mau menanggung resiko jika Shaka sakit kembali.

Sampai digarasi Shaga dibuat geleng-geleng dengan kelakuan Shaka, anak itu sedang berjongkok menunggu dirinya disebelah motornya, helmnya juga sudah anak itu pakai.

"Ayo cepetan! Shaka mau ketemu daddy!"ucapnya dengan tatapan yang menajam, bukannya terlihat menakutkan malah sebaliknya.

Shaga menghela nafasnya, menggeser tubuh Shaka lalu menaiki motor sportnya, Shaka tersenyum sumringah segera menaiki jok belakang.

"Pegangan!"Shaka menurut, memeluk tubuh Shaga dengan erat.

Setelah itu motor Shaga melaju membelah jalanan kota yang tidak terlalu ramai, dari kaca spion dapat Shaga lihat wajah senang Shaka, mukanya begitu berseri-seri, membuat senyum Shaga juga mengembang dibalik helm full face-nya.

Sampai dikantor Xavier, dua anak kembar itu segera menuju meja resepsionis, menanyakan Xavier berada diruangannya atau tidak. Wanita cantik itu segera mengantarkan anak bungsu Travisc itu.

"Sepertinya tuan Xavier sedang diruangan pribadinya, mau saya antarkan?"tanya wanita itu yang langsung diangguki oleh Shaka.

"Ayo! Ayo! Ayo!"Shaka bersorak senang, menggandeng tangan Shaga dengan erat.

Wanita itu tersenyum melihat kelakuan Shaka, mengantarkan dua anak itu ke sebuah ruangan yang dominan gelap dengan gaya eropa klasik. Shaka membuka pintu tersebut, memperlihatkan Xavier sedang menimati minumannya Zero jangan lupakan Gryv, Jeff, dan Hergana yang turut dalam pesta kecil itu.

"Daddy,"Xavier menatap pintu yang baru saja dibuka oleh anaknya, dia tersenyum lalu mengajak keduanya masuk.

"Ada apa hm?"tanya Xavier pada Shaka yang mendekat ke arahnya lalu duduk disampingnya.

"Tidak ada! Hanya rindu pada daddy,"ucapnya, Xavier mengangkat alisnya, seperti ada yang aneh.

"Shaka ada yang salah?"tanya Zero.

"Tidak, terlihat ya?"mereka semua menggangguk, Shaka menghela nafasnya lalu mengeluarkan kertas yang berlumuran darah.

Xavier menarik kertas itu dari tangan Shaka, membaca surat itu yang terlihat aneh.

Ada seorang penanam padi sedang menanam padinya dilahan seseorang, tiba-tiba ada seorang pembeli yang membeli tanah tersebut, yang ditolak oleh sang penanam yang akhirnya f(x)=x^3-9x+5 hasil ditambahkan 2 hingga sang tanah terguncang dasyat oleh tekanan bumi.

Hati-hati |2=A|

Xavier meremas kertas tersebut, Shaka yang melihat wajah ayahnya yang menyeramkan membuatnya turun dari kursinya, Xavier yang melihat itu langsung mengganti air wajahnya.

"Sorry,"

Shaka diam, Xavier segera mengode Shaga dan Zero membawa anak itu keluar, mereka akan menyelidiki kasus ini, sebelum benar-benar keluar Shaga juga memberikan kertas yang diberikan Shaka sebelumnya.

Zero dan Shaga mengajak Shaka menuju kantin, memesan truffle, oyster, dan kaviar fried rice. Zero dan Shaga yang masih melihat raut sedih Shaka menghela nafas mereka.

"Daddy nggak marahin Shaka kan?"tanya anak itu, wajahnya menunduk, tangannya saling bertaut karena perasaannya tak enak.

"Shaka kenapa?"tanya Zero, mengangkat dagu anak itu agar dapat melihat raut Shaka.

Shaka menggelengkan kepalanya, dia tidak merasa ada sesuatu yang mengganggunya, hanya saja hatinya sangat gelisah dari terbangun.

Air matanya tiba-tiba meluruh, Zero segera mendekat, mengangkat tubuh Shaka dan membawanya pergi dari sana.

Shaka berteriak kencang, rasa gelisah dihatinya mengganggu pikirannya, dia tidak nyaman dengan perasaan itu, setelah masuk ke dalam ruangannya Zero menyuruh sekretaris-nya menjemput Reyna.

"Udah jangan nangis,"

"Argh!!! Hiks,"Shaka memeluk erat Zero mencoba meredamkan tangisnya, bukannya berhenti, hatinya malah bertambah gelisah, seperti ada yang mengganjal tetapi dia tidak tau apa.

"Coba ngomong Shaka kenapa?"ucap Shaga, dia tak suka jika melihat Shaka seperti ini.

"Hiks nggak hiks tau, nggak enak hiks perasaannya!"

Keduanya diam, mereka juga tidak tau apa yang harus dia lakukan, Zero hanya dapat mengusap punggung bergetar itu berharap Shaka meredakan tangisnya.

Beberapa menit kemudian Reyna datang bersama Maddy, segera mendekat ke arah Zero dan menangkup pipi Shaka agar menatap matanya.

"Shaka ada apa hm? Coba cerita sama mommy,"Zero segera memindahkan Shaka agar duduk dipangkuan Reyna.

Wanita paruh baya itu bersenandung kecil agar tangisan anaknya reda, setelah menempuh waktu yang lama akhirnya Shaka mulai meredakan tangisnya walau masih terlihat sesegukan.

"Maddy buatkan Shaka susu, juga buburnya,"

Maddy segera berlalu, membuat susu dan bubur sesuai perintah majikannya, setelah semuanya siap ia segera kembali ke ruangan Zero.

Memberikan susunya juga bubur itu, dengan telaten Reyna menyuapi Shaka yang makan dengan sangat pelan, mereka semua bernafas lega melihat Shaka yang sudah tidak menangis.

"Shaka jika ada sesuatu bilang ya sama mommy,"

"Shaka mau bunda....,"

_

Votenya dungs
Maap lama, habis jalan-jalan soalnya sama ayang

WHY ME [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang