Shaka membuka matanya, matanya mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam, Shaka mengedarkan pandangannya pada ruangan kosong itu, hanya ada kursi yang sedang ia duduki, dia tidak mampu berbicara karena mulutnya tertutup.
Berjam-jam berlalu, hanya terdengar suara angin yang menelisik, pintu ruangan itu terbuka menampakan sosok Arjuna yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Gimana sama ruangan ini Shakala Hergio Travisc?"senyumnya tak pernah luntur dari wajah tampannya.
Langkah kakinya mendekat, menatap intens netra coklat milik Shaka, mengusap pipi bulat laki-laki manis didepannya lalu terkekeh sinis.
"Apa kau masih mengingat kejadian ini?"mata Shaka membulat melihat Arjuna mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya.
"Dan saat pisau ini mengusap pipi ini? Kau mengingatnya?"Shaka meringis kala pisau itu masuk begitu dalam dipipinya.
Air mata Shaka meluruh, rasanya sakit sekali, dan bayangan sosok wanita kembali terngiang dikepalanya. Arjuna tersenyum sinis, dia kembali mengusapkan unjung pisau itu kepipi Shaka yang satu lagi.
"Ah, sepertinya aku ingin mendengar suaramu memohon,"
Dengan pelan Arjuna menarik lakban yang menutup mulut Shaka, ia tersenyum manis, mengiris sedikit ujung bibir Shaka agar jika Shaka berteriak kencang bibir itu akan sobek sendirinya, mungkin sampai telinga.
"Jangan berteriak jika tidak mau merobek mulutmu itu!"ujar Arjuna dengan dingin.
Selanjutnya Arjuna membuka seragam Shaka, menampakan tubuh mulus miliknya, sedangkan Shaka sudah terisak dan memohon pada Arjuna agar dilepaskan, dan Arjuna hanya acuh sibuk dengan tubuh Shaka yang begitu menggiurkan.
Tangan besar Arjuna terangkat dan menampar wajah Shaka dengan kuat, buktinya kepala Shaka sampai tertoleh ke samping.
Air mata Shaka turun semakin banyak, anak itu tak mau membuka suaranya, takut dengan ancaman Arjuna. Shaka hanya mampu meremat pegangan kursi sebagai pelampiasannya.
Arjuna kembali menorehkan luka diwajah Shaka, dijidat mulus itu tertulis dengan jelas kata 'LOSER' membuat wajah Shaka bermandikan darah. Arjuna mengambil sebuah loyang yang tidak begitu besar untuk menampung darah yang menetes.
Setelah puas dengan wajah Shaka, kini Arjuna mengambil sebuah jarum tumpul, menusukannya ke lengan Shaka dengan cepat membuat Shaka berteriak, bersyukur mulutnya tidak robek.
"Ssstt kau brisik sekali! Kau mau aku menghancurkan tenggorkanmu itu!"dengan kasar Arjuna berteriak lantang didepan wajah Shaka membuat tubuh Shaka bergetar.
"Diam! Dan nikmati saja!"ujar Arjuna.
Karena terlanjur kesal Arjuna membuat tanda barcode dengan rapih dilengan kiri Shaka, setelah itu kembali menggoreskan pisau kecil itu ke dada Shaka, menuliskan namanya dengan nama Shaka.
Setelah puas dengan apa yang dilakukannya, Arjuna menyiramkan darah Shaka yang berada diloyang diapangkuan Shaka, membuat rambut Shaka lepek dengan darah.
"Sedikit sekali,"gumam Arjuna.
Kakinya melangkah menuju pojok ruangan mengambil cambuk kecil dengan hiasan berlian yang menancap disekitaran cambuk tersebut.
"Aku janji ini yang terakhir sebelum hadiah spesial mu datang!"Arjuna berucap.
Dengan santainya dia mencambukan rotan itu kearah kaki Shaka yang masih terbalut celana, Shaka kembali berteriak ketika rasa panas menjalar ketubuhnya.
"Bagaimana? Mau lagi?"tanya Arjuna didepan wajah Shaka.
Shaka menggeleng ribut, Arjuna yang melihat itu melempar cambuknya lalu mengusap wajah Shaka yang penuh darah dengan kain yang sudah ia lumuri jeruk nipis dan garam.
"Arkh!!!"Shaka berteriak, bibirnya sobek sedikit.
Rasa perih menjalar diseluruh wajahnya, bibirnya ia gigit kuat-kuat juga matanya terpejam erat. Arjuna tertawa keras, dia sengaja menekan setiap luka Shaka membuat teriakan Shaka semakin kuat.
"Ssstt sudah ya jangan menangis, aku punya hadiah untukmu!"ujar Arjuna.
Setelahnya dia keluar dari ruangan temaram itu, mengambil sesuatunya dan kembali lagi ke ruangan itu. Shaka terkejut bukan main, diatas meja yang didorong Arjuna terdapat mayat Syela yang diawetkan.
"Bagaimana dengan hadiahmu? Gadis yang menyukai dirimu? Bagaimana kalau aku menceritakan tentang kisah semua ini?"
Shaka menggeleng ribut, Arjuna hanya terkekeh, tanpa persetujuan dari Shaka, laki-laki tampan itu segera menceritakan semuanya.
"Dahulu kala, ada seorang gadis kecil yang amat menyukai seorang laki-laki manis, dia bernama Syela Maharani Satarufa, dan laki-laki manis itu bernama Shakala Hergio Travisc, mereka tidak menjalin hubungan apa-apa hingga ada satu orang laki-laki bernama Arjuna Deandino merubah semuanya, dia membunuh Syela karena menyukai Shaka, ada satu saksi mata sebelum Arjuna membunuh Syela, gadis bernama Clay, karena dia adalah ancaman maka aku merubah semuanya menjadi kesalahan adik Clay yang bernama Calvin, mengapa aku tidak membunuhnya karena aku kakak tiri mereka, dan ayah mereka sangat menyayangiku, lanjut! Dengan begitu Arjuna bisa mendekati Shaka dengan leluasa, Arjuna menyukai jika Shaka berteriak dengan kencang, dan membuat ibunda Arjuna mengetahuinya, tanpa tau jika ibunda Arjuna mempengaruhi isi otak Shaka dengan mengatakan jika dunia itu jahat, hanya ada bunda dan Shaka, bagaimana dengan ceritanya? Apakah menarik?"tanya Arjuna.
Shaka said: Keamue neanyea?kaya gitu masih neanyea!
"Ayo potong kue itu!"seru Arjuna.
Dia mengambil pisau tajam dan memotong kecil-kecil tubuh Syela, Shaka menutup matanya erat, tubuhnya meremang.
Dor
Shaka terkejut ketika tubuh Arjuna tumbang dengan kepala yang sudah berlubang, Shaga segera melompat ke bawah, melepaskan semua tali yang mengikat Shaka, memeluk tubuh itu erat dan berlari keluar dari gedung itu, sisanya akan diurus oleh pengawal Travisc.
"Bertahanlah!"ucap Shaga pada Shaka.
_
Kaget nggak?
Pura-pura kaget aja
Bab selanjutnya semua jawaban bakal dikasih tau, kalau ada yang maksud, silahkan dijawab nggak papa, ntar aku kasih emot lope kalau yang bener :v
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME [TERBIT]
Fanfiction[BABY BOY VERS] Shakala Hergio Travisc, laki-laki yang mengakhiri hidupnya karena terlalu lelah dengan keluarganya yang begitu kasar dan kejam. Bukannya menjadi arwah dirinya malah tertarik kedalam sebuah novel yang berjudul IT'S ME, dimana ia menja...