"Patungnya, tidak menyerang?" tanya salah seorang Hunter yang kebingungan.
"Apakah artinya kita bebas sekarang?" tanya seorang Hunter yang lain, yang juga kebingungan.
"Tapi Patung itu agak mendekat," timpal Hunter satu lagi, tentu saja, yang turut kebingungan.
Pertanyaan dan pernyataan yang diutarakan tak banyak membantu, tapi bukan berarti tak membantu.
"Patung itu maju selangkah dan apinya padam satu, saat salah satu dari kita keluar," ucap seorang Hunter Rank-A yang juga masih kebingungan, namun pakai otak.
Bukan Ryuji satu-satunya pengamat di situ. Hunter di ruangan turut berfikir meramaikan peluang menemukan jalan keluar.
Dari argumen yang berlanjut antara para Hunter, Ryuji dan seluruh anggota bisa menemukan poin-poin penting dari kejadian ini.
Altar.
Nyala api.
Jumlah orang pada altar.
Dan langkah si Patung Hitam.
"Apa maksud kemunculan altar ini?"
"Berapa orang Hunter yang berada di altar pada awal tadi?"
"Berapa banyak nyala api yang muncul pada awal seluruh Hunter naik tadi?"
"Berapa langkah yang Patung itu akan ambil?"
Ryuji memeras otak demi mencari jawaban. Saat tak mendapat jawaban, dia mengumpulkan lebih banyak pertanyaan. Berharap bisa menjawab satu jawaban, dan satu jawaban itu akan menuntun pada jawaban yang lain.
"Berapa banyak Hunter di altar saat ini? Berapa banyak nyala api?"
"Berapa banyak langkah yang Patung itu perlu, untuk mencapai altar?"
"Jika Patung itu mencapai altar, apa yang akan terjadi?"
Tali kesimpulan hampir mencapai akhir.
Namun tak ada kepastian yang jelas dalam keadaan ini. Ryuji sekali lagi mengambil keputusan berisiko.
"Kageuchi," panggil Ryuji kepada seorang lagi Hunter Assassin.
"Aku perlu memastikan sesuatu, kau susul mereka berdua."
Ryuji sekali lagi memokuskan indera.
"Aku akan menjaga belakangmu."
Whossh!
Deruan angin yang terasa saat Hunter Rank-A itu keluar, seakan memberikan hal yang berbeda dari kedua orang sebelumnya. Mungkin karena saat ini, mereka bakal menemukan jawaban yang jelas. Berbeda dengan sebelumnya yang menggantungkan harapan dengan keputusasaan.
Sekali lagi, Patung Hitam maju selangkah.
Satu nyala api pun padam, menyisakan delapan lainnya yang masih membara.
Bukannya tersenyum, raut wajah Ryuji makin menunjukkan ekspresi tak mengenakkan. Bukan karena makin bingung, tapi karena jawaban yang dia miliki sudah jelas. Dan seperti yang dia pikirkan, hal ini bakal sangat menyusahkan.
Ryuji berpaling membuat seluruh anggota saling bertatap muka. Mereka mendapati Sang Ketua sudah menemukan jawaban, tapi sepertinya bukan hal yang baik.
Dari awal, Dungeon Ganda ini, yang bernama Kuil Kharathon, memang berbeda dari Dungeon Ganda lainnya. Kuil ini memiliki aturan, yang harus diikuti baik oleh Monster Patung di dalam, maupun oleh Hunter yang memasukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solo Leveling: Jikan
FanfictionㅤMengisahkan tentang Hunter Rank-E terlemah, yang tumbuh menjadi yang terkuat? Jangan ke sini, pergi baca novel aslinya. Cerita ini malah mengisahkan tentang Hunter Rank-S terkuat, yang tumbuh lebih kuat lagi. Berkisah seputar Hunter Terkua...