Satu bulan sudah Jisung berada di Hongkong. Kehidupan yang Jisung jalankan disini begitu membosankan. Yang Jisung lakukan selama satu bulan ini hanya membereskan rumah, menonton televisi ketika senggang, bermain ponsel, atau bermain bersama Jean.
Jisung sama sekali belum mencari pekerjaan atau mendaftarkan Jean ke sekolah baru. Jisung juga tidak menuruti perkataan Jaemin yang menyuruhnya untuk menemui Jeno. Ia justru mencari sebuah perumahan dengan biaya yang cukup murah.
Namun, sudah seminggu ini Jisung diganggu oleh seseorang yang terus mengiriminya pesan. Sebisa mungkin Jisung mengabaikan pesan-pesan itu, karena ia tahu siapa orangnya. Itu adalah orang tua Jaemin.
Dia terus mengirimi pesan tentang keadaan Jaemin setelah kembali dari Jepang. Keadaan lelaki itu begitu kacau, dia jadi mogok makan dan mengurung diri di kamar, emosinya jadi tidak stabil dan suka tiba-tiba mengamuk atau bahkan melukai dirinya sendiri.
Dan, sekuat apapun Jisung berusaha, pada akhirnya ia gagal juga. Kini Jisung sedang membaca satu persatu pesan yang selama seminggu ini Jisung abaikan. Selain memberitahu tentang kondisi Jaemin, dia juga memohon pada Jisung untuk menemui Jaemin meski hanya sekali.
Jisung menggigit kuku-kuku jarinya cemas, apalagi ketika melihat pesan terakhir yang mencantumkan foto Jaemin yang terbaring di ranjang rumah sakit.
Jisung begitu bimbang sekarang, antara kembali ke Korea untuk menemui lelaki itu atau tetap disini. Apalagi mengingat apa yang terakhir kali Jaemin lakukan padanya. Itu masih sedikit meninggalkan rasa takut bagi Jisung. Namun melihat kondisi Jaemin yang seperti itu Jisung jadi tidak tega.
Jisung memejamkan matanya sejenak, ia menghembuskan nafas panjang.
"Semoga pilihan ku kali ini tidak salah."
*****
"Jaemin, makan dulu."
Jaemin hanya diam ketika sang ibu menyodorkan sendok berisi sarapannya pagi ini kehadapan mulutnya. Ia memalingkan wajahnya menatap kearah keluar jendela yang ada di kamarnya.
Wanita yang berstatus sebagai ibu Jaemin itu menghela nafas lelah. Sedih? Tentu saja, melihat anaknya yang seperti sekarang selalu berhasil membuat air matanya menetes.
Ceklek
Pintu yang dibuka mengalihkan atensinya sementara Jaemin masih asik melihat keluar. Ia menatap seseorang yang berdiri diambang pintu dan seketika matanya membulat dengan binar bahagia yang terlihat begitu jelas.
Harapan satu satunya yang ia miliki ada di hadapannya. Jisung, lelaki yang ia butuhkan ada disini.
Jisung dengan ragu melangkah masuk, ia tiba di Korea tadi malam dan pagi ini langsung datang kesini, sendiri. Sementara Jean ia titipkan ke teman-teman Jaemin.
"Jisung..."
Jaemin langsung mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara sang ibu. Tubuhnya seketika mematung melihat siapa orang yang datang.
Jisung tersenyum manis, "Halo tante, apa kabar?"
Wanita itu tidak menjawab. Ia langsung bangkit dan memeluk erat Jisung, menumpahkan tangisnya di bahu lelaki itu.
"Terimakasih."
Jisung mengangguk mendengar bisikan itu. Matanya tidak sengaja bertemu tatap dengan Jaemin namun Jisung buru-buru mengalihkan pandangannya.
"Tolong, bantu Tante Jisung..."
"Aku akan membantu sebisa ku."
Pelukan terlepas, "Jaemin, mama ke toilet sebentar." Setelah itu ia langsung melangkah keluar, meninggalkan Jaemin dan Jisung berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Égoïste🔞 [√]
Short StoryKeegoisan Na Jaemin terhadap Park Jisung yang membuat kehidupan lelaki tersebut hancur.