16. Égoïste

5.9K 317 30
                                    

Lagi. Jisung lagi lagi masuk rumah sakit dan penyebabnya masih orang yang sama. Beruntung pagi itu nyonya Na mengecek kamar anaknya. Jika tidak mungkin Jisung tidak tertolong.

Kelopak mata yang sudah tertutup selama hampir dua hari itu perlahan terbuka. Ia mengerjap beberapa kali akibat cahaya di ruangannya.

"Jisung? Kau sudah sadar? Apa kau mendengar ku?"

Suara itu yang pertama kali Jisung dengar. Nyonya Na tampak begitu khawatir padanya. Ia dengan cepat menekan tombol yang ada disamping ranjang rumah sakit untuk memanggil dokter.

Dokter tak lama datang, melakukan beberapa pemeriksaan, mengatakan bahwa Jisung sudah baik baik saja lalu pergi.

"Jisung..." Jisung menoleh pada wanita paruh baya yang menjadi ibu Jaemin itu.

"Aku sungguh minta maaf, karena perbuatan Jaemin kau berakhir seperti ini." Suaranya melemah, ia menunduk, merasa bersalah pada Jisung.

Jisung tersenyum tipis, ia berusaha bangkit untuk duduk dan dengan sigap langsung dibantu oleh nyonya Na atau panggil saja Yoora.

"Tidak masalah, aku sudah biasa."

Nyonya Na menggeleng, matanya berkaca kaca. Sudah biasa? Itu artinya ini bukan yang pertama. Bagaimana bisa Jisung berkata seperti itu dengan senyum tulusnya.

Jisung tersenyum menenangkan, "Jangan menangis, nanti aku ikut menangis. Sungguh, aku sudah baik baik saja." Ia menggenggam kedua Yoora.

Wanita cantik itu tersenyum, "Terimakasih, karena masih mau bertahan dengan Jaemin."

Jisung mengangguk, "Dimana Jaemin?" Tanyanya.

Wajah wanita itu berubah murung, "Dia dikurung di kamar oleh ayahnya setelah dihajar sampai pingsan. Jaemin terus memohon untuk dikeluarkan agar bisa menemui mu, namun ayahnya melarang. Dia mengatakan itu sebagai hukuman untuk Jaemin. Dan Jaemin juga sudah dua hari belum makan."

Ia sebenarnya kasihan pada anaknya, tapi Jaemin memang pantas mendapatkan itu.

Jisung menganga kecil, terkejut mendengar penjelasan itu.

"Boleh aku menemuinya?"

"Kau yakin?"

Jisung dengan yakin mengangguk, "Dia tidak akan berubah meski sudah di hukum seperti itu. Aku mempunyai ide, jadi boleh aku menemuinya?"

Jisung masuk kedalam kamar Jaemin, ia mendapati lelaki itu tertidur dilantai. Kamar Jaemin sedikit berbeda, karena ada besi di luar jendela kamar lelaki itu yang sebelumnya tidak ada. Pasti itu di pasang oleh ayahnya agar Jaemin tidak bisa kabur.

Jisung berjongkok disamping Jaemin, wajahnya penuh lebam, pakaian serta rambutnya acak acakan. Bibir nya juga pucat, dan jangan lupakan kantung mata yang menghitam.

Jaemin pasti tertidur karena kelelahan. Tangan Jisung terulur, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi mata Jaemin.

"Entah kenapa, tapi aku merasa cukup bangga karena hanya aku yang bisa membuat mu hancur seperti ini."

Jisung beralih mengusap luka yang ada disudut bibir Jaemin dan gerakan itu berhasil membangunkan Jaemin dari tidur sesaatnya.

"Jisung?" Suara Jaemin terdengar seperti bisikan. Suaranya nyaris habis karena digunakan untuk berteriak memohon kepada ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Égoïste🔞 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang