***
Daven baru saja pulang sekitar pukul delapan malam, rumah tampak sepi karena memang hanya ia dan para pekerjanya yang tinggal disana, ditambah dengan kehadiran Lovely yang entah dimana keberadaannya saat ini.
Mengingat nama itu, Daven pun langsung teringat akan kejadian tadi pagi saat Lovely terjatuh dari atas tangga. Sebersit rasa khawatir itu kembali muncul dihati Daven, Daven mengeram kesal, mengacak-acak rambutnya dengan sebal karena isi kepalanya hanya dipenuhi oleh wajah Lovely sejak tadi.
Pria itu pun segera masuk kamar, kamar yang ia tempati sendiri, meskipun Lovely sudah menjadi istrinya, namun Daven tak pernah mengijinkan gadis itu untuk tidur bersama dengannya. Lovely punya kamar sendiri, dan kamarnya pun terletak disebelah kamar para maid, bukan kamar tamu atau kamar utama seperti milik Daven.
Setelah mandi dan berganti baju dengan lebih santai, Daven pun segera keluar dari kamarnya. Auranya yang begitu menggoda selalu saja menjadi daya tarik, Daven yang sempurna, layaknya jelmaan dewa dari mitologi Yunani. Ketampanannya benar-benar tak diragukan lagi, begitu memikat dan membius sampai ke jantung hati.
"Berhenti memikirkannya Dave!" Daven berjalan menuju dapur, mencari makanan, sejak berjalan hanya kata itu terus yang terucap dari bibirnya. Setibanya di dapur ia melihat beberapa maid ada disana, menyiapkannya makanan tentunya, tapi ada salah satu maid yang tampak terburu-buru sambil membawa baskom.
"Tuan, syukur tuan sudah pulang, dari tadi saya nungguin tuan." Ujar maid tersebut pada Daven yang tampak terheran-heran.
"Memangnya ada apa?" Tanya Daven.
"Non Loly tuan, non Loly badannya panas, tadi pulang-pulang non basah kuyup, jalannya juga pincang tuan, terus sekarang demam tinggi." Jelas maid tersebut pada Daven yang terlihat acuh. Acuh? Sepertinya tidak, pria itu hanya sedang berusaha menutupi rasa cemasnya saat ini.
"Lalu apa hubungannya dengan saya? Kamu kan bisa panggil dokter."
"Sudah tuan, tadi dokter sempat kesini, sudah dikasih obat juga, tapi demamnya masih belum turun." Mendengar itu, Daven pun menghela nafas berat, mau melihat tapi...
"Lakukan apa saja terserah, saya sibuk, kerjaan saya banyak."
"Tapi tuan a-"
"Cukup! Jangan ganggu saya!" Sahut Daven dengan nada marah. Maid itu pun langsung menciut, tak lagi bersuara dan menunduk dalam karena takut dengan tatapan Daven.
"Permisi tuan." Pamitnya, lalu segera beranjak menuju kamar Lovely.
"Kenapa sih tuan jadi begini? Salah non Loly apa tuan? Non Loly selama ini sudah berjuang untuk kesembuhan tuan, tapi kenapa tuan malah jahat sama non Loly?" Salah satu maid memberanikan diri mengatakan hal itu pada Daven karena ia tak tega melihat Lovely yang diperlakukan buruk oleh Daven.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE DAVE
RomanceMenikah kontrak dengan paman angkatnya yang diam-diam ia sukai, tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak seorang Lovely. Merawat Daven yang terkena depresi berat setelah pernikahannya gagal dan menggantikan posisi kekasih Daven sebagai istri d...