Part 21

10.3K 486 27
                                    

***

Karena khawatir dan tak tahu harus berbuat apa, Daven pun pada akhirnya memilih untuk memanggil dokter Obgyn lain untuk memeriksa keadaan istrinya. Setelah dokter memeriksa kondisi Lovely, baru Daven bisa merasa lega.

Kata dokter Lovely memang masih dalam keadaan baik dan tak sampai terjadi sesuatu yang fatal terhadap kehamilannya. Namun meski begitu, Daven merasa sangat cemas dan takut akan terjadi sesuatu yang buruk kepada istri mudanya itu.

Setelah kepergian dokter dan Daven kini akhirnya bisa lebih tenang, pria itupun segera membantu Lovely untuk bersandar. Wajah Lovely masih tampak begitu sembab dan pucat, wanita itu sejak tadi hanya bisa menangis dalam diam membuat Daven merasa sangat bersalah karena sudah menyakiti perasaan Lovely.

"Ayo ma-"

"Aku bisa makan sendiri." Sahut Lovely.

"Dan kembali mual muntah untuk yang kesekian kalinya?" Benar, Daven benar sekali. Tanpa bantuan pria itu, Lovely bahkan tidak mampu melakukan apa-apa sekarang karena ia terlalu bergantung pada Daven, bukan! Tapi janin yang ada didalam kandungannya selalu menginginkan kehadiran sang ayah.
"Tolong... Jika kamu tidak ingin melakukannya demi diri kamu sendiri, setidaknya sekarang kamu harus memikirkan anak kita." Imbuh Daven seraya mengambil mangkuk berisikan bubur ayam yang masih panas dan begitu menggoda selera Lovely.
"A... Ayo!" Daven menyodorkan sesuap bubur ayam yang sudah ia tiup ke mulut Lovely, awalnya Lovely seperti enggan, namun beberapa saat kemudian iapun akhirnya menerima suapan itu. Jika biasanya Lovely akan menatap Daven dengan penuh cinta, namun sekarang rasanya sungguh jauh berbeda. Wanita itu terus menunduk tanpa mau melihat wajah Daven. Daven tentu saja merasa tak suka karena sang istri biasanya begitu memuja dirinya, namun sekarang apa yang bisa ia perbuat? Toh semua perubahan sikap Lovely juga karena dirinya.
"Apa yang kamu rasakan sayang? Pusing? Dingin? Masih mual?" Tanya Daven dengan penuh perhatian. Hal sekecil ini sebenarnya begitu sangat berarti bagi Lovely, namun sekarang rasanya sudah tak ada gunanya lagi.

 Hal sekecil ini sebenarnya begitu sangat berarti bagi Lovely, namun sekarang rasanya sudah tak ada gunanya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa aku harus jawab?"

"Loly please..."

"Terus kalau aku baik-baik aja kenapa? Kamu mau kerja? Kerja aja sana! Pergi aja, aku nggak pernah minta kamu untuk disini." Bukan, bukan seperti ini maksud Daven, ia hanya ingin mengetahui apa yang sedang istrinya rasakan karena ia memang masih begitu khawatir. Demi Tuhan ia tidak punya niatan sedikitpun untuk meninggalkan Lovely.

"Sayang tolong... Bukan seperti itu. Saya hanya ingin tau bagaimana kondisi kamu saat ini, apa yang sedang kamu rasakan karena saya sangat cemas. Tidak ada satu niatan pun dalam diri saya untuk meninggalkan kamu. Lebih baik saya tidak bekerja Loly, bahkan saya tidak bekerja selamanya pun tidak akan masalah toh saya adalah pewaris tunggal."

"Bullshit! Dulu aku sakitpun kamu tetap kerja, aku tau kamu tuh workaholic, mana mungkin kamu rela meninggalkan pekerjaan kamu demi orang yang nggak penting kayak aku?"

UNCLE DAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang