Part 10

14.5K 615 29
                                    

***

Daven akhirnya membawa Lovely ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Nando. Nando tentu saja langsung celingukan mencari keberadaan Lovely yang tiba-tiba saja menghilang dari restoran.

"Yun! Loly mana?" Tanya Nando pada Yuna.

"I-itu pak... Loly dibawa sama laki-laki ganteng banget pak, wajahnya kebarat-baratan. Orangnya tinggi, badannya besar, gagah banget pak. Saya aja sampai speechless lihatnya." Mendengar perkataan Yuna, Nando sudah pasti langsung bisa menyimpulkan siapa laki-laki yang membawa Lovely. Orang itu pasti adalah Daven. Iya sudah pasti, apalagi ia tahu jika tadi Daven sedang meeting dengan rekan bisnisnya disini. Daven memang sudah biasa membooking ruangan VIP di restorannya untuk kegiatan meeting bersama kliennya.

"Ck, sial banget." Keluh Nando. Nando jelas tidak bisa marah karena Lovely sedang bersama suaminya sendiri. Mau marah juga ia tak punya hak, sudahlah Nando menyerah saja.

"Apanya yang sial pak? Ya jelas beruntung dong, emang laki-laki tadi siapanya Loly pak?" Tanya Yuna.

"Suaminya." Jawab Nando malas-malasan.

"Ha? Bapak serius?" Tanya Yuna tak percaya.

"Ck, ngapain juga saya bohong."

"Astaga Loly, suaminya keren banget, kayak aktor Hollywood." Puji Yuna dengan wajah berbinar-binar.

"Kerja sana! Jangan menghalu terus." Titah Nando.

"Maaf pak, saya balik ke dapur dulu ya pak! Eh, jangan bilang kalau bapak cemburu?" Goda Yuna.

"Ogah, ngapain juga?" Nando pun segera meninggalkan Yuna dengan wajah dongkolnya.

"Hmmm... Bilang aja cemburu." Gumam Yuna dengan senyuman geli.

"Baru aja usaha udah kalah duluan, nasib-nasib." Gumam Nando dengan nada frustasi.

***

Daven membawa Lovely ke IGD, dan Lovely pun segera diperiksa oleh dokter. Sejak tadi wanita itu hanya diam saja, ia benar-benar speechless dan masih kaget dengan semua perlakuan Daven kali ini. Hati Lovely sempat menghangat ketika ia dibopong dengan begitu perhatiannya oleh Daven.

Namun sayangnya ketika dokter memeriksa Lovely, Daven malah pergi begitu saja tanpa pamit, dan pria itu pun terlihat sangat buru-buru sekali. Lovely pun tampak bingung mencari keberadaan Daven, padahal pria itu tadi berada disampingnya, tapi sekarang sudah tidak kelihatan sama sekali batang hidungnya.

"Tekanan darahnya rendah ya mbak 90/60, denyut nadi agak kurang normal, suhu tubuh juga cukup tinggi. Keluhannya bisa disebutkan? Sebelum datang kesini sempat, mual, muntah, lemes, berkunang-kunang, perut nggak nyaman, pusing atau yang lainnya?" Tanya dokter umum yang memeriksa Lovely.

"Iya dok, perut saya mual, nafsu makan berkurang, pusing terus bawaannya. Sempat berkunang-kunang juga."

"Ck, kayaknya positif deh ini."

"Maksud dokter?" Tanya Lovely tak mengerti.

"Ini sepertinya gejala awal kehamilan. Sebaiknya saya daftarkan mbaknya ke poli kandungan sekarang."

"A-apa dok? Ha-hamil?" Tanya Lovely dengan nada terbata karena saking shocknya.

"Baru perkiraan sih, tapi ini menuju ke tanda-tanda itu. Mau tau lebih pastinya sebaiknya langsung diperiksa sama dokter kandungan aja."

"T-t-tapi dok, i-itu..." Lovely kehilangan kata-kata, airmatanya tiba-tiba mengalir begitu saja karena merasa tak siap dengan semua ini. Bukannya ia tak mau hamil, tapi mengingat perlakuan Daven padanya, tentu saja Lovely sangat ketakutan akan kehamilan ini. Daven jelas akan marah dan tak mau menerima anak yang ia kandung.

UNCLE DAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang