***
Lovely akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan, tentunya setelah ia selesai melayani nafsu bejat Daven. Ketika ia pergi, Daven bahkan tak mencegahnya sama sekali. Padahal Lovely berharap jika pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu mencegahnya pergi. Setidaknya, Daven mau mengantarkannya kembali ke apartemen, tapi rupanya hal itu hanyalah sebatas angan-angan saja.
Apa sih yang bisa Lovely harapkan dari seorang Daven? Cinta? Haha, jangan berkhayal terlalu tinggi. Mana mungkin pria itu akan mencintainya seperti apa yang ia lakukan. Bahkan melihat dirinya saja Daven tidak sudi. Terlebih setelah ia meminta uang kepada pria itu, mungkin Daven sekarang semakin membencinya, benci sebenci-bencinya.
"Mungkin kena hujan kemarin, sekarang kepalaku pusing." Keluh Lovely seraya memegangi kepalanya, bukan hanya kepala yang pusing, tapi perutnya juga terasa aneh. Mungkin gara-gara kehujanan lalu ia jadi masuk angin. Padahal hari ini ia harus ke rumah Belinda. Jika kondisi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi begini, lalu bagaimana ia bisa pergi ke rumah Belinda.
Kepala Lovely serasa mau pecah, bahkan pandangannya sempat berkunang-kunang, tubuhnya terasa hangat dan agak gemetar. Semalam Daven menghujamkan miliknya berkali-kali tanpa belas kasihan.
Namun meski sakit, tapi kenapa Lovely juga seakan menikmatinya? Ia memang bodoh dan polos, padahal Daven sudah sekejam ini padanya, tapi ia masih sempat-sempatnya menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh pria itu.
***
Daven sendiri kini sudah berada dikantor, pikirannya kembali kacau, apalagi setelah Lovely pergi. Ia sungguh tak tenang, otaknya dipenuhi dengan nama wanita yang masih sah menjadi istrinya itu.
Demi Tuhan ia khawatir, rasa khawatir yang membuatnya kesal dan uring-uringan sejak tadi. Apalagi kata pelayannya Lovely pergi dengan langkah gontai dan sempoyongan, wajahnya pun pucat. Mungkin akibat kehujanan semalam, wanita itu jadi sakit, dan sialnya Daven sekarang merasa sangat khawatir. Padahal biasanya ia masa bodoh, lebih tepatnya berusaha tidak peduli. Padahal hatinya berkata lain.
"Bagaimana sudah dapat informasi tentang Loly?" Tanya Daven pada salah satu pesuruhnya. Semalam ia memang langsung menyuruh salah satu anak buahnya untuk menyelidiki tentang Lovely, dan tak butuh waktu lama, saat ini juga Daven sudah mendapatkan semua informasinya.
"Sudah semua Pak, saya sudah mengirimkannya lewat email dan semua hasil yang saya dapatkan adalah valid."
"Kerja bagus. Terimakasih. Kamu bisa kembali bekerja!" Titah Daven.
"Sama-sama Pak! Permisi!"
Daven pun segera mengambil i-Padnya dan mengecek email yang masuk. Menurut informasi yang ia dapat, ternyata Lovely selama ini bekerja, astaga bagaimana mungkin seorang tuan putri seperti Lovely berkerja? Di restoran lagi, jadi pelayan. Tepatnya restoran milik Nando, keponakan Daven. Lovely tinggal di Apartemen peninggalan ayah angkatnya yang tidak diketahui oleh Belinda dan anak-anaknya.
"Kalau dia sampai bekerja, lalu uang-uang itu untuk apa?" Daven tampak berpikir sejenak, ia bahkan sampai memijit pelipisnya. "Belinda?" Gumam Daven dengan penuh kecurigaan. "Dengan uang sebanyak itu, harusnya dia bisa hidup berkecukupan tanpa harus susah-susah bekerja. Lagipula dia tidak pernah bekerja, dia tidak memiliki pengalaman kerja apapun. Dan sekarang dia malah jadi pelayan restoran? Astaga!" Daven tidak bisa membiarkan ini. Seorang Lovely bekerja jadi pelayan? Melayani semua orang asing yang tidak ia kenal? Demi Tuhan wanita itu hanya boleh melayaninya saja. Hati dan pikiran tolong sejalanlah, kenapa hati Daven tidak rela sedangkan pikirannya malah menyuruhnya untuk masa bodoh. "Pasti ini ada hubungannya dengan Belinda."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE DAVE
RomanceMenikah kontrak dengan paman angkatnya yang diam-diam ia sukai, tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak seorang Lovely. Merawat Daven yang terkena depresi berat setelah pernikahannya gagal dan menggantikan posisi kekasih Daven sebagai istri d...