Part 6

12.6K 563 24
                                    

***

Daven tak bisa tidur malam ini, terlebih setelah Lovely benar-benar pergi meninggalkan rumah. Pria itu tak hanya terjaga namun juga merasa gelisah setengah mati.

Kira-kira, kemana perginya calon mantan istrinya itu? Apakah Lovely baik-baik saja? Lovely bahkan tak membawa uang sepeserpun darinya. Kartu-kartu yang Daven berikan juga Lovely tinggalkan dikamar Daven.

Yang lebih mencengangkannya lagi, isi saldo dari kartu ATM yang Daven berikan masih utuh, berkurangnya hanya untuk memberikan uang dua ratus juta pada kakak angkat Lovely.

Hal itu tentu saja membuat Daven kesal dan mengepalkan kedua tangannya. Apa sebenarnya maksud Lovely? Apa wanita itu berharap jika Daven akan mengasihaninya dengan menolak semua uang pemberian Daven?

Jika bukan karena itu memang karena apa lagi? Karena selamanya, apapun yang Lovely lakukan pasti akan selalu salah dimata Daven.

"Anak itu... Apa sebenarnya yang kamu inginkan?" Geram Daven seraya meninju guling yang tidak bersalah. Pria itu lantas menutup wajahnya dengan bantal, berharap malam ini ia bisa segera tidur dan melupakan segalanya tentang Lovely.

***

Lovely sudah mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Untung ia masih ada apartemen, satu-satunya apartemen peninggalan sang ayah yang tak diketahui oleh siapapun kecuali Lovely.

Wanita itu segera membereskan baju-baju yang ia bawa, lalu setelah itu segera mandi dan tidur. Besok ia akan mencoba untuk mencari pekerjaan karena tidak mungkin ia hidup tanpa bekerja. Ia butuh penghasilan dan sebentar lagi statusnya sebagai nyonya Daven akan berakhir.

Mengingat nama itu selalu saja membuat Lovely sedih, pria itu begitu tega dan kejam, seolah tak ada perasaan sama sekali. Padahal dulu Daven tidak seperti itu, Daven yang dulu begitu penyayang, begitu perhatian dan selalu tersenyum kearahnya. Tapi sekarang, pria itu tak ubahnya seperti seekor monster.

"Cherry sama pak tua Arsen, sedangkan aku sama si bujang lapuk Daven, mereka sama-sama tampan dan kaya raya, tapi tampan dan kaya tak bisa menjamin kelembutan hati mereka. Harusnya mereka bersyukur punya pasangan yang masih muda, bahkan begitu mencintai mereka, tapi mereka malah mensia-siakannya." Gumam Lovely sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

***

Beberapa hari berlalu, namun sampai detik ini Lovely belum menerima surat gugatan yang katanya akan Daven kirim secepatnya. Hari ini rencananya Lovely akan pergi ke restoran milik Nando, Nando adalah teman satu kampusnya dulu, kebetulan restoran itu sedang membutuhkan seorang waiters dan sedang membuka lowongan secara online. Lovely mengetahuinya lewat Instagram dan memutuskan untuk segera pergi ke restoran tersebut.

Setelah menaruh lamaran, Lovely diminta untuk menunggu sampai mendapatkan panggilan nanti. Kebetulan dulu Lovely berkuliah dijurusan tata boga, namun ia tak mampu menamatkan kuliahnya karena sang ayah angkat meninggal dunia. Lovely hanya berkuliah sampai semester lima saja. Karena menikah dengan Daven, Lovely jadi tak bisa melanjutkan kuliahnya karena harus mengurus pria itu yang sedang sakit.

"Loly!" Seseorang tiba-tiba saja memanggil Loly, dan Loly pun segera menoleh keasal sumber suara. "Ya ampun Ly Lo kemana aja? Kok Lo malah disini?" Tanya laki-laki itu yang ternyata adalah Nando.

"Kak Nando, aku... Aku barusan ngelamar jadi waiters di restoran Kakak." Balas Lovely.

"Tunggu-tunggu, buat apa? Ayo duduk dulu! Sini!" Nando tiba-tiba saja menarik tangan Lovely dan mengajaknya menuju salah satu kursi. Lovely sebenarnya begitu segan karena banyak yang melihat interaksi mereka, apalagi Nando begitu berani menyentuh dirinya didepan umum.

UNCLE DAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang