***
Setelah kehadiran Nina kemarin, hati Lovely pun menjadi gelisah tidak karuan. Tiba-tiba saja ia mempunyai firasat buruk mengenai hubungannya dengan Daven nanti. Meskipun Nina hanyalah sekretaris, tapi hubungan kerja yang terjalin diantara Daven dan Nina sudah begitu lama.
Lovely yakin jika Nina pasti mempunyai perasaan terhadap suaminya. Jika memang Nina tidak punya perasaan, seharusnya wanita itu tidak perlu sampai bersikap seperti itu kepada Lovely. Nina seolah menunjukkan jika ia begitu sangat tidak menyukai Lovely.
"Jangan terlalu dipikirin nanti malah bikin stres dan hilang mood. Yang seharusnya kamu lakukan sekarang adalah membuat Daven semakin cinta, buat dia percaya sepenuhnya dan menurut sama kamu. Jika Daven sudah benar-benar takluk pada satu wanita, maka Tante jamin, dia nggak akan pernah berani untuk melirik wanita lain." Jelas Sonya pada Lovely.
"Dia udah nurut banget kok Tante, tinggal cintanya aja. Aku takut kalau masalah perasaan, dia itu dulu bucin banget sama Flo." Ungkap Lovely tak bersemangat.
"Eh... Jangan pesimis gitu dong sayang. Kamu harus yakin. Tante aja yakin kalau Daven itu sebenarnya udah cinta sama kamu. Cuma dia masih gengsi aja, apalagi kamu itu ponakannya."
"Aku pengen tau perasaan dia yang sebenarnya Tante, tapi gimana caranya?"
"Kamu nggak perlu buru-buru melakukannya Loly, untuk sekarang sebaiknya kamu lakukan dulu usaha kamu."
"Gitu ya?"
"Hm, percaya sama tante, yang namanya usaha itu nggak akan pernah mengkhianati hasil. Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai. Yakin ya sayang!"
"Iya Tante, makasih ya Tante buat semua perhatian Tante." Ungkap Lovely dengan penuh rasa terimakasih. Sonya pun lantas mengusap tangan Lovely dan tersenyum hangat kearahnya.
"Sama-sama sayang, jangan pernah sungkan-sungkan. Kita itu satu keluarga."
Setelah pembicaraannya dengan Sonya, Lovely akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan Sonya. Baru saja ia keluar dan ternyata Daven sudah tiba setelah menebus obat milik Lovely di apotik.
"Sudah selesai? Kita pulang sekarang?" Tanya Daven.
"Aku mau makan di restorannya kak Nando." Pinta Lovely, mendengar nama Nando disebut tentu saja hal itu langsung membuat Daven membulatkan kedua matanya.
"Apa?"
"Kenapa?"
"Untuk apa ke restoran milik Nando? Memangnya tidak ada restoran yang lain?"
"Emangnya kenapa kalau kita pergi kesana? Om kan juga biasanya meeting disana. Aku kangen masakannya Chef Jonas."
"Jonas siapa lagi itu? Setelah Nando sekarang ada pria lain lagi?" Lovely merasa bingung melihat respon Daven, padahal apa salahnya sih toh Lovely juga tidak berbuat kesalahan, tapi kenapa Daven seolah marah.
"Om tuh sebenarnya kenapa sih? Emang kenapa kalau aku ketemu sama kak Nando dan Chef Jonas juga? Mereka berdua baik sama aku, aku kangen sama masakannya Chef Jonas." Lovely masih saja tak mengerti jika Daven sekarang tengah cemburu, pria itu sangat tidak suka jika sang istri berhubungan dengan pria lain.
"Kamu itu sudah bersuami lebih baik kamu menjaga sikap kamu, tidak sepantasnya kamu bergaul dengan seorang pria." Bukan, bukan itu sebenarnya yang ingin Daven katakan, ia tengah cemburu tapi ia jelas tak ingin mengatakannya didepan Lovely.
"Ya ampun om, kak Nando itu anaknya Tante Sonya, yang artinya dia masih keponakannya om Dave. Sedangkan Chef Jonas itu udah kakek-kakek. Emang apa salahnya kalau aku berteman sama mereka? Apa jangan-jangan... Jangan-jangan om Dave cemburu ya?" Yup tepat sekali, tebakan Lovely tidak salah lagi.
"Om, cemburu itu tanda cinta lho om, kalau om Dave sampai cemburu berarti om cinta sama aku kan?" Tanya Lovely dengan terang-terangan. Demi Tuhan ia sedang memberanikan dirinya untuk bertanya seperti itu kepada Daven. Padahal Sonya sudah melarangnya, tapi Lovely masih saja nekad menanyakan hal itu pada Daven.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE DAVE
RomanceMenikah kontrak dengan paman angkatnya yang diam-diam ia sukai, tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak seorang Lovely. Merawat Daven yang terkena depresi berat setelah pernikahannya gagal dan menggantikan posisi kekasih Daven sebagai istri d...