Silent Voice || The Fact

1.6K 147 25
                                    

"Jisoo-ya! Ayo kemari, makanannya sudah siap!"

Gadis cantik itu menghentikan kegiatannya memandang langit ketika mendengar seseorang memanggil namanya.

Berlari kecil menuju ke arah dimana semua keluarganya berkumpul.

"Ayo buka mulutmu! Aaaaa!", ujar seorang pria paruh baya namun masih tampak terlihat tampan diumurnya yang sudah menginjak kepala empat kepada anak gadisnya itu.

"Manhi meogeo!"

Jisoo tersenyum kecil menanggapinya. Ia memandang lamat satu persatu anggota keluarganya, Keluarga Lee dan Keluarga Kim, mereka semua ada disana.

Mata indah itu kembali memandang langit dengan tatapan penuh kebahagiaan. Pandangannya ia jatuhkan tepat di sebuah bintang yang paling bersinar diantara yang lainnya.

"Auntie-chu pasti sangat senang melihat semua keluarganya berkumpul."

Ucapan gadis itu membuat semua anggota keluarga seketika terdiam. Kini tatapan mereka terpaku kepada gadis itu, Kim Jisoo, anak dari Kim Joohyun dan suaminya, Kim Junmyeon.

Hyukyung berjalan menghampiri cucunya itu. Ya cucunya, mereka kini telah bersatu membentuk keluarga yang lebih besar lagi.

Pria yang kini telah mendapat gelar sebagai kakek itu meraih pundak Jisoo dengan lembut. Ia juga mengalihkan pandangan ke arah yang sama dengan sang cucu tercinta.

"Ya, tentu saja. Auntie-mu pasti sangat bahagia melihat kita saat ini. Apalagi sekarang keponakan tercintanya itu sudah beranjak dewasa dan mirip seperti dirinya. Cantiknya, baik hatinya, nakalnya, kau mengikuti semua apa yang ada didalam dirinya."

"AUNTIE AKU MERINDUKANMU! TOLONG DATANG KE MIMPIKU! SARANGHAE!"

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Data konkrit berupa tes DNA itu kini telah jatuh ke tangan Lee Hyukyung. Ia sangat terkejut setelah mengetahui sebuah fakta bahwa putri bungsunya itu merupakan anak kandung dari Kim Hyunbin, sahabatnya sendiri.

Hyukyung sempat menyangkal hal itu, namun dengan cepat dibantah setelah beberapa orang suruhannya menemukan bukti kelahiran Jisoo.

Ia jatuh terduduk, menangis tersedu-sedu memikirkan mengapa nasib gadis kecilnya itu begitu buruk. Tuhan terlalu kejam menghukum Jisoo yang masih sangat kecil dengan ujian yang begitu besar.

"Tidak, tidak, tidak. Mengapa harus putriku? Mengapa harus Jisoo, ya Tuhan? Mengapa harus dirinya?"

Mengepal tangannya begitu kuat, ia berusaha untuk bangkit berdiri. Terlihat dari wajahnya bahwa saat ini Hyukyung berusaha begitu keras menahan amarah yang seakan ingin menguar dari dalam dirinya.

Meraih kunci mobilnya dengan kasar, ia berjalan ke arah gedung parkir dengan langkah tegap kemudian menaikinya dan mengendarainya menuju Kim Corp.

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

"Aku ingin bertemu dengan Kim Hyunbin."

Pria Lee kini telah sampai pada tujuannya. Tanpa basa-basi ia langsung menanyakan keberadaan Hyunbin yang menurutnya saat ini sedang berada di perusahaan.

"Maaf Tuan Lee, tapi saat ini Tuan Kim sedang tidak berada di tempat. Lagipula nama anda tidak ada di dalam daftar tamu yang memiliki jadwal temu dengan dirinya. Mohon tunggu sebentar untuk konfirmasi!"

"Aku tidak perlu meminta janji temu untuk menemui sahabatku sendiri!", Hyukyung sudah sangat kesal dengan apa yang terjadi ditambah lagi dengan pekerja di depannya ini yang seperti merupakan karyawan baru yang belum mengetahui bahwa diantara Kim Hyunbin dan Lee Hyukyung menjalin erat tali persahabatan.

Kemudian, dari arah kanan meja resepsionis terlihat sekretaris sahabatnya berlari kecil menghampiri mereka.

"Tuan Lee merupakan sahabat Tuan Kim." bisiknya kepada karyawan baru itu yang masih dapat di dengar oleh Hyukyung.

"Maafkan dirinya tuan, dia karyawan baru yang belum mengetahui hubungan diantara anda dan Tuan Kim. Sekali lagi saya mohon maaf."

"Tidak masalah, yang terpenting sekarang kau harus mengatakan dimana Kim Hyunbin sekarang berada.", untung saja Hyukyung tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Dengan segera sang sekretaris memberitahukan keberadaan atasannya yang ternyata saat ini sedang berada di kediamannya.

Hyukyung segera berlari keluar menuju ke mobilnya, mengendarai kendaraan miliknya itu dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sahabatnya.

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

"Permisi, dengan siapa?"

Disambut oleh pengawal di gerbang depan mansion Keluarga Kim, Hyukyung berusaha menyetabilkan amarahnya. Ia tidak boleh dikendalikan oleh emosi, ia harus bertanya dan meminta penjelasan kepada Hyunbin perlahan.

"Katakan pada Hyunbin, Lee Hyukyung datang berkunjung."

Dengan menggunakan handy talkie yang tersampir di pinggangnya, pengawal tersebut memberitahukan keberadaan Hyukyung kepada rekannya yang bertugas di dalam.

Tidak berapa lama, gerbang penghubung lingkungan luar dan halaman depan mansion itu pun terbuka. Hyukyung diberikan izin untuk memasuki mansion milik sahabatnya.

"Tuan Kim menunggu anda diruangannya Tuan Lee. Mari saya tunjukkan!"

Berjalan menuju sebuah ruangan yang dapat pria Lee tebak sebagai ruang kerja pria Kim. Ia disambut ramah oleh sang sahabat dengan sambutan berupa pelukan hangat.

"Ah, Hyukyung-ah. Bagaimana kabarmu?", begitulah percakapan yang terjadi diantara keduanya sampai tiba pria Lee mengeluarkan sebuah map coklat dihadapan Hyunbin.

"Apa ini?", Hyunbin mengerutkan keningnya tanda bingung, ia meminta penjelasan Hyunkyung mengenai benda yang berada di depannya ini.

"Kau ingin tahu bukan? Silahkan, buka saja!"

Dengan perlahan jari-jemari Hyunbin membuka map coklat itu dan mengeluarkan beberapa berkas dari dalamnya serta sejumlah foto seorang bayi kecil nan mungil.

"I-ini, kau?"

"Aku sudah mengetahuinya, Jisoo-ku adalah putri kandungmu bukan? Ah ani, putri yang kau nyatakan meninggal namun ternyata kau terlantarkan."

Hyunbin diam membisu, matanya tidak lepas dari semua berkas yang ada dihadapannya.

Ingatannya kembali ke beberapa tahun yang lalu, dimana dia dan sang istri dengan teganya menelantarkan putri bungsunya.

"Ayo piknik bersama!"

Gadis kecil itu mendongakkan kepalanya memandang wajah seseorang yang sedang mengulurkan tangan ke arahnya.

"Eum?" ia terheran, mengapa tiba-tiba sang ayah mau mengajaknya juga. Padahal di kegiatan keluarga yang lainnya, ia selalu dibiarkan sendiri.

"Kau tidak mau? Benarkah?" gelengan cepat ia berikan, bukannya tidak mau hanya bingung saja. Tanpa menaruh kecurigaan, ia pun menerima uluran tangan tersebut.

Taman yang begitu indah menjadi kunjungan piknik mereka kali ini. Membentang tikar, dan menyusun berbagai macam makanan kesukaan semua anggota keluarga, bercanda gurau, sungguh gadis kecil itu merasa sangat bahagia.

Jisoo kecil berlarian kesana kemari ketika kedua saudari yang lebih tua mengejar dirinya. Ia berjanji untuk tidak akan melupakan hari ini.

Silent Voice | JISOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang