Silent Voice || Dia Adikku

1.2K 188 15
                                    

Dengan masih menahan rasa kesal di dalam hatinya, Heeyeon menggenggam pergelangan tangan Jisoo erat dan menarik adiknya itu ke parkiran sekolah.

Bahkan ia tak sadar, akibat dari genggamannya yang terlalu erat itu saat ini pergelangan tangan Jisoo terasa sakit dan panas. Pasti akan memerah nantinya.

Jisoo pun melangkahkan kakinya cepat mengikuti langkah kakaknya yang sedang dilanda emosi ini.

Bruk..

Hampir saja Jisoo terjatuh jika tidak ada Heeyeon yang menahannya.

"Gwaenchana?" Jisoo mengangguk untuk menjawab pertanyaan sang kakak. Heeyeon melihat ke arah pergelangan tangan Jisoo yang ia tarik tadi. Ia terkejut, lebam karena tarikan itu sudah mengelilingi pergelangan adiknya itu.

"Jisoo-ya, mianhae! Maaf, maaf pasti ini sangat sakit ya. Huft..." Heeyeon meniup lengan sang adik untuk mengurangi rasa sakit yang Jisoo rasakan.

"Aku baik-baik saja unnie. Tidak apa-apa." Jisoo berusaha menenangkan sang kakak yang kini dilanda rasa bersalah. Ia tau seberapa khawatir kakaknya ini terhadap dirinya, ia juga tidak ingin untuk menutupi semua yang terjadi pada dirinya kepada seluruh anggota keluarganya. Namun, karena mengingat kalimat-kalimat dari orang-orang yang menyuruh dia untuk tidak lagi menyusahkan keluarga Lee membuat dirinya bungkam.

"Maaf ya, nanti biar unnie kompres." Heeyeon mengelus pergelangan tangan Jisoo pelan lalu mengecup lembut.

Ia lalu mengambil tas ransel adiknya untuk ia bawa, kemudian merangkul kedua bahu Jisoo agar adiknya itu masuk ke dalam mobil segera.

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Mobil itu melaju sesuai dengan ketentuan kecepatan yang berlaku di jalan raya, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Suasana di dalam mobil hanya diisi oleh lagu dari original soundtrack drama Korea berjudul Idol : The Coup dengan title lagu You Can Cry dinyanyikan oleh penyanyi Cheon Ji Won.

Tidak biasanya Heeyeon hanya diam saja disaat mereka hanya berdua seperti ini. Ocehan-ocehan dari Heeyeon pasti selalu mengisi waktu mereka.

Mobil yang dikendarai oleh Heeyeon itu akhirnya sampai juga di dalam pekarangan mansion keluarga Lee.

Heeyeon segera melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya lalu keluar dari mobil itu disusul oleh Jisoo yang berada di belakangnya.

Jisoo berlari pelan menyusul Heeyeon, memegang bahu sang kakak untuk memberhentikan langkahnya.

"Unnie, masalah tadi jangan beri tahu eomma dan appa ya." pinta Jisoo membuat Heeyeon membulatkan bibirnya tak percaya.

"Waeyo? Eomma dan appa harus mengetahui tentang hal ini. JANGAN MENUTUPINYA LEE JISOO!" tanpa sengaja Heeyeon meninggikan nada suaranya, untung masih bisa ditahan sehingga tidak menjadi sebuah teriakan. Mukanya memerah, ia kembali merasakan emosi mengingat kejadian yang dialami adiknya di sekolah tadi.

Mendengar bentakan dari sang kakak membuat Jisoo menunduk ketakutan. Kakaknya tidak pernah semarah ini kepada dirinya apalagi sampai membentak mengingatkan Jisoo kepada dirinya yang dulu.

"Mianhae!"

Tanpa memperdulikan sang adik, Heeyeon langsung saja melangkahkan kakinya kasar beranjak dari hadapan Jisoo yang diam menunduk.

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Keadaan rumah saat ini sudah sunyi senyap. Seluruh penghuni rumah sudah masuk ke dalam kamar mereka masing-masing, beristirahat untuk mempersiapkan diri di keesokan hari. Masih banyak pekerjaan menanti.

Pintu kamar anak sulung keluarga Lee terbuka perlahan. Terlihat disana sang penghuni kamar yang masih dalam kondisi segar bugar seakan belum terserang kantuk sama sekali.

Ia menuruni tangga melangkahkan kakinya ke arah dapur. Biasa, rasa haus tiba-tiba saja menyerang dirinya di tengah malam seperti ini membuat ia mau tau mau harus beranjak dari posisi ternyamannya.

Heeyeon segera membuka lemari pendingin, mengambil sebotol jus jeruk lalu menuangkannya ke dalam gelas yang telah ia siapkan. Setelah selesai mengisi gelasnya penuh, ia segera kembali ke kamar untuk melanjutkan tontonannya yang sempat tertunda itu.

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

"AKU TIDAK SUDI MEMILIKI ANAK SEPERTI DIRIMU."

"KAU HANYA BISA MEMBUATKU MALU SAJA YA!"

"DASAR CACAT!"

"MENGAPA KAU HARUS LAHIR DI RAHIMKU?"

"AKU MENYESAL TELAH MELAHIRKANMU!"

"MATI SAJA KAU SANA!"

Gadis yang sedang tertidur itu bergerak gelisah ketika sekelebat bayangan masa lalu seseorang hadir di dalam mimpinya.

Seharusnya ia bisa tertidur dengan nyenyak saat ini namun karena ada suatu hal yang membuat ia terus kepikiran membuat tidurnya tidak tenang dan semakin parah di tambah dengan mimpi buruk itu.

Tok..

Tok..

Pintu kamar itu terbuka menampilkan seorang gadis yang lebih tua, ia segera menghampiri adiknya yang gelisah itu.

"Joohyun-ah! Ayo bangun!" panggilnya untuk membangunkan sang adik yang masih menutup matanya itu.

Yoona, gadis itu terus mengguncangi bahu Joohyun perlahan untuk membuat sang adik segera membuka matanya.

Setelah cukup lama berusaha, sang adik pun akhirnya mendapatkan kesadarannya. Nafasnya memburu serta keringat yang begitu deras mengalir membuat Yoona berinisiatif untuk menenangkan sang adik terlebih dahulu.

"Kenapa? Mimpi buruk lagi?"

Hanya anggukan yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Yoona tersebut. Saat ini Joohyun masih berusaha mengatur nafasnya.

"Memimpikannya lagi?"

Kali ini hanya keheningan yang diterima oleh Yoona.

"Sudahlah, tidak usah memikirkannya lagi. Jangan menambah beban di dalam hidupmu!" mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Yoona membuat Joohyun menatap tajam bola mata sang kakak.

"Dia bukan beban!"

"Dia adikku!"



























#HiEveryone

New Chapter. Dont forget to read it.

Semoga terhibur ya guys.

Love you.

Silent Voice | JISOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang