Silent Voice || Bullying

1.2K 183 15
                                    

Suasana kelas yang begitu ramai tiba-tiba berubah mencekam, hanya hening yang terdengar di kala kelompok yang terkenal akan sifat nakalnya itu masuk ke dalam sebuah kelas yang bertuliskan III-2.

Kelompok nakal itu terdiri dari tiga orang siswa yang dimana kedua orangtua mereka merupakan salah satu pemegang kekuasaan tertinggi di sekolah ini. Orangtua mereka merupakan salah satu donatur penyumbang dana terbesar dalam sekolah yang membuat anak-anak mereka itu merasa memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi daripada siswa-siswi lainnya.

Brak..

Suara gebrakan meja membuat orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut terlonjak kaget.

Saat ini ketiga siswa nakal itu berdiri tepat di hadapan meja seorang Lee Jisoo dengan meja yang menjadi pembatas di antara mereka.

"Wah... si bisu ternyata hari ini datang? Sudah mengadukan kami kepada ibu tercintamu?" tanya salah seorang pembully bernametag Naeun dengan mendudukkan dirinya di meja milik Jisoo dengan mengelus rambut panjang itu perlahan.

"Haha... hey Naeun-ah, bagaimana bisa dia mengadukan kita kepada ibunya sedangkan dia tidak bisa berbicara. Yang ada dia hanya akan mengeluarkan jurus bela dirinya itu untuk berbicara." ejek teman Naeun bernametag Yoomi dengan menghina bagaimana seorang tunawicara berbicara kepada orang lain.

Gelak tawa memenuhi satu ruangan itu, sedangkan Jisoo yang dihina hanya dapat menunduk dalam.

"Kau tidak pernah diajarkan oleh ibumu jika seseorang berbicara kau harus melihat ke arahnya? Atau...kau tidak memiliki ibu?" sarkas Naeun dengan menarik rambut Jisoo kuat menyebabkan ia seketika mendongakkan kepalanya.

"Naeun-ah, kau ini bagaimana sih? Dia kan hanya seorang anak angkat, atas dasar rasa kasihan dan kemanusiaanlah Tuan dan Nyonya Lee memutuskan untuk mengasuhnya. Dia memang tidak memiliki ibu, lagipula siapa juga yang mau mempunyai anak yang cacat seperti dia. Ya Jisoo-ya, ingat kau harus sadar posisimu dimana! Bagaimana pun juga, sudah tertera fakta bahwa kau hanyalah seorang anak pungut." kekeh Seungri tanpa memperdulikan bagaimana perasaan gadis yang dihinanya itu.

Siswa-siswi penghuni kelas III-2 itu bukannya membantu Jisoo, mereka malahan ikut tertawa mendengar hinaan yang dilontarkan oleh para pembully itu bahkan ada yang sampai ikut-ikutan untuk menghina dirinya. Tidak ada rasa kekeluargaan dan kesetiakawanan di dalam kelas ini.

Jisoo sebenarnya ingin marah kepada setiap orang berlaku jahat kepada dirinya, namun dia bisa apa. Dengan kekurangan yang ia miliki ini akan percuma saja jika ia bertindak dan menegur orang-orang itu.

Walaupun sebenarnya Kyuhyung dan Taehee-lah penyumbang dana terbesar, namun lagi dan lagi karena kekurangannya itu ia tidak berani untuk menegur mereka. Bahkan untuk mengadukan mereka ke ibu dan ayahnya saja ia tidak memiliki keberanian. Ia tidak ingin menyusahkan Kyuhyung dan Taehee lagi.

Plak..

Telapak tangan Naeun berhasil menampar pipi Jisoo kuat. Pipi gadis itu sekarang sudah memiliki cap khas tangan dan juga berubah warna menjadi kemerahan. Rasa panas dan sakit menjalar di pipi mulus itu.

"Kami pergi dulu ya! Jika ada yang jahat kepadamu segera beritahu kami, kami akan mendukung mereka. Annyeong!"

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Buk...

Buku-buku yang berada di tangan seorang gadis berwajah oval seketika terjatuh karena seseorang yang secara tidak sengaja menabraknya dari arah berlawanan.

"Mianhae, aku tidak melihat jalanku tadi. Sungguh maafkan aku." ujar gadis yang menabraknya itu lalu berjongkok untuk membantu mengambilkan semua buku yang berjatuhan itu.

"Gwaenchana, tidak masalah." jawab gadis berwajah oval dengan menampilkan senyum tipis di wajahnya. Bahkan jika kita tidak memperhatikannya dengan lebih jelas lagi, senyum itu tidak akan terlihat.

"Oh iya, apakah kau mengetahui dimana letak perpustakaan? Aku mahasiswi baru disini, jadi aku belum mengenal tata letak kampus ini dengan baik." tanyanya sopan setelah berhasil mengumpulkan semua buku itu ditangannya.

"Ayo aku akan mengantarmu kesana." ajak gadis itu sopan, hitung-hitung sebagai tanggungjawab akibat kecerobohannya tadi.

"Kau pindahan dari Los Angeles itu ya?" tanya gadis itu memulai pembicaraan.

"Iya. Irene Kim, salam kenal."

"Lee Heeyeon, salam kenal juga. Pendidikan strata dua kan?" ternyata gadis yang secara tidak sengaja menabrak itu adalah Lee Heeyeon, sedangkan yang ditabrak adalah Irene yang memiliki nama Korea Kim Joohyun.

Irene hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan dari Heeyeon itu. Sebenarnya ia tidak terlalu suka bercerita dengan orang asing walaupun itu hanya perkenalan singkat saja, namun karena Heeyeon mau berbaik hati mengantarnya ke tempat tujuan ia pun terpaksa untuk melayani pembicaraan gadis itu.

"Sunbae.." gumam Heeyeon yang dapat di dengar oleh Irene.

"Semester?" tanya Irene singkat dengan sedikit mengeryitkan alisnya.

"Aku semester delapan, tahun terakhir." Irene membulatkan bibirnya pertanda ia mengerti.

Setelah cukup banyaknya perbincangan yang mereka lakukan, lebih tepatnya Heeyeon yang bertanya sedangkan Irene yang menjawab seadanya saja karena memang sifat Heeyeon yang humble dan terbuka membuat ia dapat banyak menemukan topik pembicaraan dan sifat Irene yang pendiam dan tidak banyak bicara membuat perbincangan hanya didominasi oleh Heeyeon saja. Mereka berdua pun sampai ditempat tujuan yaitu perpustakaan.

"Thanks." ucap Irene dengan menggunakan bahasa inggris.

"Sama-sama sunbae, aku pergi duluan ya." sebelum Heeyeon melangkahkan kakinya dengan cepat Irene mencegatnya.

"Panggil saja unnie, jangan terlalu formal itu lebih baik." senyuman Heeyeon berikan kepada Irene.

"Ne Irene-uunie!"

"Sampai jumpa!" Heeyeon pun melambaikan tangannya ke arah Irene sebagai ucapan selamat tinggal. Entah mengapa, Irene merasa Heeyeon itu mirip seperti saudarinya sehingga tanpa ia sadari ia menjadi agak lebih hangat kepada Heeyeon.




























#HiEveryone

Sebenarnya buat cerita yang kayak gini nih ya, sakit hati sendiri nulisnya, geram, kesal padahal tuh ini ni cerita kita. Tapi kayak gak tega aja gitu. Tapi tetap aja lanjut ceritanya, mungkin ada beberapa kalimat nantinya yang bisa menjadi pembelajaran untuk kita.

Oke chapter kali ini singkat aja, karena ide gak ada. Muantap...

Happy reading guys.

Love You All.

Silent Voice | JISOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang