Silent Voice || Masa Kecil

1K 180 34
                                    

Seorang gadis dengan rambut hitam sebahu serta dipercantik dengan poni tipis yang menghiasi dahinya terlihat sedang terburu-buru berlari ke arah pintu masuk.

Ia melihat terlebih dahulu melalui jendela besar yang berada tak jauh dari pintu utama itu. Setelah dapat dipastikan bahwa itu memang yang iya tunggu-tunggu, dengan susah payah berjinjit ia mencoba membuka pintu itu.

Ia melambaikan tangannya gembira ke arah dua orang gadis yang baru saja pulang setelah seharian belajar di sekolah serta aktivitas tambahan lainnya.

Kedua gadis yang disambutnya itu melewati dirinya begitu saja bahkan tidak sedikit pun melirik ke arahnya. Namun itu tak akan membuat senyumannya pudar, ia tetap semangat untuk mencari perhatian dari kedua kakaknya itu.

Dengan membawa dua gelas cokelat panas yang diberi toping marshmellow sebagai penghias yang diletakkan di nampan dengan perlahan ia melangkahkan kaki kecilnya ke arah sofa dimana kedua gadis lainnya berada.

Ia meletakkan minuman itu di atas meja lalu meminta kepada kedua gadis itu untuk meminumnya dengan menunjuk ke arah gelas lalu telapak tangan dikepal dan diarahkan ke mulut.

Salah satu gadis memutar bola matanya malas serta yang lainnya hanya memandang datar.

"Pergi sana!" seru gadis tertua dengan mendorong gadis yang paling kecil.

"Jangan mengganggu kami!"

Gadis itu hanya diam, ia menunduk sedih karena niat baiknya itu tidak diterima sang kakak.

Melihat gadis itu tidak beranjak dari tempatnya membuat sang kakak sulung kesal, ia pun menarik kasar lengan gadis kecil itu untuk pergi dan tidak mengganggu istirahat mereka.

Tanpa sengaja tangan gadis kecil itu menyenggol gelas cokelat panas, sehingga minuman itu pun tumpah ke kaki si gadis berwajah datar.

Akh..

"Eomma, appa!" teriakan si sulung membuat kedua orang tua mereka serta beberapa orang lainnya kalang kabut dan segera menghampiri.

"KURANG AJAR!"

Prang..

Tubuh mungil itu terhempas ke arah meja kaca, serta tubuhnya itu juga ikut terguyur oleh segelas cokelat panas lainnya.

"Hyun-ah gwaencahana? Yang mana yang sakit sayang? Kita ke rumah sakit ya?" tanya khawatir seorang ibu muda kepada putrinya yang meringis kesakitan.

"Hyunbin-ah, ayo kita bawa ke rumah sakit saja!" dengan sigap sebagai seorang ayah, Hyunbin pun menggendong putri kecilnya disusul oleh kedua ibu dan anak sulungnya tanpa memandang ke arah gadis lainnya yang hanya dapat memandang mereka sendu.

"Eomma, appa!" ujarnya di dalam hati.

"Ya Tuhan!" panik, hanya itu yang menggambarkan kondisi saat ini. Seorang wanita paruh baya menutup mulutnya dengan tangan begitu melihat cukup banyaknya darah yang mengalir di lengan atas sang gadis malang. Serta lengan lainnya yang berwarna kemerahan akibat siraman cokelat panas.

"Chu-ya, kita obati dulu lukanya ya!" ujar seorang wanita paruh baya yang bertugas sebagai pengasuh bagi gadis kecil itu lalu menggendong dirinya perlahan.

Bahkan saat ini gadis kecil itu tidak menunjukkan sedikit pun rekasi atas luka yang didapatnya di tubuhnya itu karena tentu saja luka dihatinya itulah yang menutupi itu semua.

Ia turut bersedih melihat gadis kecil ini yang setiap harinya berusaha mencari perhatian dari keluarganya namun selalu diabaikan dan tak jarang pula berakhir menjadi masalah bagi dirinya sendiri.

Silent Voice | JISOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang