"Eomma, appa nanti aku akan pulang telat ya." izin Joohyun kepada kedua orangtuanya.
"Mau kemana?" tanya Hyunbin memastikan.
"Hanya berjalan-jalan, mencari udara segar, menemukan tempat baru untuk dikunjungi ya semacam itulah." jelas Joohyun dengan masih fokus ke makanannya.
"Aku akan menemanimu." Joohyun mendelik tak suka dengan ucapan Yoona.
"Tidak perlu, aku ingin menghabiskan waktu sendirian saja." tolak Joohyun dingin.
"Baiklah, tapi berhati-hati ya sayang. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi kami."
"Arra, arra jangan khawatir. Kalau begitu aku akan pamit dulu, aku sudah selesai. Annyeong." Joohyun langsung melenggang pergi setelah mengambil tasnya yang diletakkan di sofa ruang keluarga.
"Kenapa anak itu selalu saja bersikap dingin?" tanya Yoona sedikit kesal.
"Sifatnya kan menurun dari ayahmu."
~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~
Perlahan gadis yang terbaring itu kini membuka matanya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali berusaha menetralkan penglihatannya.
Setelah dirasa nyaman, ia pun memilih untuk bangkit dari tidurnya itu. Tapi sebelumnya ia sadar, ada beban lain yang berada di sekitar perutnya.
Ia melihat ke samping kanan, ternyata ada sang ibu yang masih setia memejamkan mata. Ia pun mengurungkan niatnya untuk bangkit, lalu memilih untuk mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Taehee.
Ia memandang kagum wajah ibunya yang masih cantik walaupun sudah cukup berumur. Wajah menenangkan itu selalu menjadi favoritnya baik dirinya dalam keadaan sedih ataupun senang.
Ia mengelus perlahan pipi sang ibu agar tidak membangunkannya. Memainkan rambutnya pelan, lalu masuk ke dalam dekapan ibunya itu.
"Ngh.." lenguh Taehee, ia membuka matanya sedikit ketika merasakan putri bungsunya memeluk ia begitu erat.
"Putri kecil eomma sudah bangun?" tanya Taehee lembut. Ia mengusap rambut Jisoo penuh kasih sayang, lalu mengecup hangat puncak kepala Jisoo.
Jisoo yang ditanya pun mengangguk pelan, kemudian mengangkat kepalanya memandang sang ibu.
"Mianhae eomma, karena sudah membuatmu khawatir." ujarnya dengan penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa sayang, tidak apa-apa. Tapi sekarang bagaimana perasaan kamu? Sudah membaik?" putri bungsu keluarga Lee itu mengangguk lagi menjawab pertanyaan sang ibu.
"Syukurlah." Taehee kemudian meletakkan telapak tangannya di dahi Jisoo untuk mengecek suhu tubuh sang anak. "Demamnya juga sudah mulai turun, tapi obatnya nanti tetap harus dimakan ya!"
"Saranghae nae ttal." akunya dengan memeluk Jisoo erat.
~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~
Menikmati secangkir ice americano dan juga sepotong kue sebagai camilan menjadi pilihan Joohyun sebagai teman pengisi sore hari yang cerah ini.
Ia memilih duduk di tempat duduk di belakang paling sudut sebuah kafe yang menghadap ke jalan raya.
Hanya memandangi jalan raya yang ramai akan lalu lalang kendaraan menjadi aktifitasnya.
Pikirannya saat ini mengarah pada saat dia berada di perpustakaan umum dan bertemu dengan seorang gadis tunarungu yang saat ini memenuhi otaknya itu.
Entahlah, ia merasa senang saja mengingat pertemuan mereka itu. Bahkan ia tidak tau alasannya mengapa. Ia hanya berharap suatu hari nanti mereka dapat dipertemukan kembali.
Sebenarnya, sedikit terbersit dibenaknya bahwa Jisoo itu merupakan adiknya yang sudah lama hilang. Namun ia segera menyingkirkan pikiran itu karena berpikir bahwa ia hanya terlalu rindu dengan adik bungsunya itu saja.
"Aku merindukanmu." lirihnya. Air mata itu perlahan kembali membasahi wajah cantiknya. Rasa rindu itu semakin membuncah di setiap harinya.
Keinginan untuk bertemu sang adik tak pernah surut. Tapi ia tidak tau bagaimana cara mencarinya, bahkan nama asli adiknya sendiri saja ia tidak tahu karena sedari kecil mereka tidak pernah dekat. Apalagi untuk informasi-informasi lainnya mengenai sang adik.
Ia merasa frustasi karena keinginannya itu tak kunjung tercapai, tapi selalu hadis di dalam benaknya untuk terus berharap. Satu hal yang paling utama ia harapkan adalah semoga adiknya selalu sehat dan dipertemukan dengan keluarga yang mau menerimanya dengan baik.
Untuk urusan adiknya mau memaafkan dirinya atau tidak, itu urusan belakangan. Jika nanti Tuhan masih memberi kesempatan dan kembali mempertemukan mereka, ia akan berusaha untuk mendapatkan maaf dari sang adik dengan beribu cara. Jika adiknya tetap tidak mau memaafkannya, ia akan menerima semua itu yang penting ia masih dapat melihat wajah adiknya.
"Sampai bertemu adikku. Jaga kesehatanmu ya!" lirihnya lagi dengan membayangkan wajah adiknya semasa kecil.
~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~
"Kyuhyung-ah, Heeyeon-ah tolomg bawakan pie dan juga cokelat panasnya kesini ya!"
"Baik Yang Mulia Ratu." ucap kedua ayah dan anak itu dengan meletakkan kedua tangan mereka di atas perut dan menunduk.
Jisoo yang melihat tingkah aneh ayah dan kakaknya itupun tertawa pelan.
"Cepat! Jangan lama! Mau gaji kalian saya kurangi? Atau mau saya pecat?" tanya Taehee mendalami peran.
"Jangan, jangan lakukan itu nyonya. Anak saya masih kecil, masih membutuhkan susu, masih kurus seperti lidi. Nyonya boleh memecat saya jika anak saya sudah agak gemuk, biar saya jual anak saya dulu untuk biaya makan saya." ujar Kyuhyung dramatisir.
"Ya Tuhan, pungut darimana sih orang tua kayak appa? Kok bisa ada?" sungut Heeyeon dengan mencubit kecil pinggang ayahnya.
"Cepat kalian berdua! Kenapa jadi banyak drama?" tegur Taehee yang membuat kedua orang yang disuruh tadi dengan langkah seribu meninggalkan tempatnya.
"Ck...hanya Jisoo yang bisa menjadi teman eomma. Mereka berdua hampir sama gilanya. Jangan gila seperti mereka ya sayang!"
Dasar eomma, tidak pernah mengoreksi diri sendiri.
#HiEveryone
Gaje, kayaknya emang. Maaf ya.
Tapi semoga tetap suka.Happy Reading.
Love you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Voice | JISOO
Fanfic[ E N D ] Semua yang Tuhan berikan itu baik, apapun itu baik kelebihan maupun kelemahan. Sekarang hanya tinggal cara kita, bisakah kita bersyukur untuk itu atau malu serta insecure ketika memilikinya. . . . [WARNING!] Cerita hanya karangan semata, m...