19. Salah paham

375 128 232
                                    

"Jangan terlalu mengejar seseorang, nanti kita tidak akan pernah paham hakikat memiliki sebenarnya."



~ HAPPY READING ~

Suasana sekolah kini sangat ramai, bel pulang sekolah membuat seluruh murid bergegas untuk keluar dari kelasnya. Masing-masing meninggalkan sekolah untuk pulang ke rumah ataupun hanya sekedar nongkrong sebentar.

"Siapa tuh?"Rain menoleh ke arah yang Metta tunjukkan.

Seorang gadis yang keluar dari mobil tepat berhenti di tempat penjemputan siswa-siswi sekolah ini.

"Cantik banget njir,"Ujar Metta lagi.

"PETIR!"Gadis itu menyapa Petir membuat Rain dan Metta menoleh ke belakang yang sudah ada Petir sedang berlari kecil ke arah gadis tersebut.

"Hah? Siapanya Petir dia?"Tanya Metta.

Rain hanya diam, menatap fokus ke arah mereka berdua yang tengah berbicara begitu akrab.

"Di selingkuhin lagi lo."Ujar seseorang yang tiba-tiba berdiri di belakang Rain dan Metta.

"Dia nggak kaya lo!"Ujar Rain.

Alfa terkekeh, "Kayanya emang nggak ada yang mau serius sama pembunuh kaya lo deh,"

PLAK

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Alfa. "Kalo lo disini cuma bisa ngoceh, mending pergi sana!"Ujar Metta yang tadi menampar Alfa.

"Putusin aja Rain, nggak bener tuh cowok gitu."Ujar Parsa.

"Emang temen lo bener? Temen lo juga tukang selingkuh!"Kesal Metta.

"Udah Ta, jangan ladenin. Ayo yuk pulang!"Ajak Rain sembari menarik tangan Metta.

"Kenapa harus jemput kesini?"Tanya Petir ke seorang gadis yang tadi memanggilnya.

"Kenapa? Ada yang marah?"Tanyanya kembali gadis tersebut.

"Ck, udah deh ayo!"Ajak Petir yang langsung memasuki mobilnya.

Mereka berdua kini berada di sebuah cafe tempat Petir kerja.

"Lo kerja disini dari kapan?"Tanya Ola.

"2 tahun yang lalu,"

"Sekolah lo nggak terganggu?"

Petir menggeleng, "Buktinya beasiswa gue aman-aman aja."

Ola tersenyum, "Si cengeng udah gede sekarang."Ujarnya dengan mengacak-acak rambut Petir.

"Apa yang membawa lo kesini?"Tanya Petir.

"Gue kangen lo,"

Petir terkekeh, "Kangennya baru sekarang? Kemarin-kemarin udah lupain gue?"

"Ck, nggak!"

"Terus?"Tanya Petir lagi.

"Gue kangen indo aja, kangen panti juga, sekalian healing" Balasnya.

HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang