4.Halte

482 163 232
                                    

"Yang kuat tetaplah butuh istirahat."



~ HAPPY READING ~

Bel pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu, dan sebagian murid Global High School sudah meninggalkan halaman sekolah. Hanya sebagian saja yang tersisa, misalnya yang mempunyai jam tambahan maupun mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Berbeda dengan Petir saat ini, Ia masih berada di sekolah saat ini bukan karena alasan yang tadi di sebutkan, melainkan karena motornya yang mogok.

"Masa gue tinggal?" Monolognya.

Petir menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 17.00 dan langit pun mendung pertanda akan turun hujan.

"Naik bus aja lah, lagian aman juga gue tinggal." Ujarnya kemudian melangkahkan kakinya keluar halaman sekolah.

Belum sempat Petir sampai di halte bus, hujan sudah turun dengan sangat deras membuat dirinya berlari untuk segera sampai di halte dan meneduh.

Ia bernafas lega saat tiba di halte, matanya yang tadi fokus kepada pakaiannya yang basah akibat hujan, kini teralihkan pada sosok gadis yang tengah bermain hujan seorang diri.

Matanya membulat saat tiba-tiba sebuah motor melaju kencang ke arah gadis itu. Dengan cepat ia berlari dan menarik tangan gadis tersebut hingga terjatuh mengenai trotoar pinggir halte.

"Argh!" Pekik gadis itu kesakitan.

Gadis itu menoleh pada Petir, belum sempat ia mengeluarkan suara, Petir sudah lebih dulu mengeluarkan suara.

"Tau kondisi bisa nggak sih? Lo ujan-ujanan di pinggir jalan, bahaya bego!"

"Dari pada di tengah jalan?" Jawaban gadis itu membuat Petir membulatkan matanya tak percaya.

Benar-benar keras kepala.

"Gila lo!"

"Gue nggak gila!" Sentak gadis itu.

Dia adalah Rain. Gadis yang menjadi korban bully di sekolah Global High School. Gadis yang sangat sensitif jika seseorang menyebutnya 'Gadis gila'.

Percakapan mereka terhenti ketika sebuah bus berhenti. Tanpa memperdulikan Rain, Petir segera menaiki bus tersebut dan meninggalkan Rain sendiri.

"EH, TUNGGU!" Teriaknya kemudian menyusul Petir untuk menaiki bus tersebut pula.

Tanpa memperdulikan apapun, Petir seperti tidak melihat keberadaan Rain, ia diam dan membiarkan gadis itu berdiri karena tidak mendapatkan kursi.

"Ganteng doang, tapi nggak mau ngalah sama cewek!" -Batin Rain.

Mata petir menatap seseorang yang menatap Rain dengan tatapan kurang ajar. Ia kemudian bangkit untuk menggantikan posisi Rain.

"Duduk situ!" Ujarnya.

Rain yang memang lelah, tanpa basa-basi langsung duduk. Ia sebenarnya bingung, mengapa Petir tiba-tiba menyuruhnya duduk?

Petir menatap arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya, ia kemudian kembali menatap seseorang yang kini masih menatap Rain dengan tatapan kurang ajar itu.

Beberapa menit, bus berhenti di halte. Petir menarik tangan Rain kemudian turun dari bus membuat Rain bingung.

"Rumah gue masih jauh, Petir! Ngapain narik gue turun?" Tanya Rain bingung.

"Tunggu bus lagi."

"Why? Ini udah sore."

Petir kemudian melepaskan jaket yang ia pakai, kemudian ia berikan pada Rain.

HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang