"Ketidakhadirannya seperti langit, tersebar di atas segalanya."
•
•
•
~ HAPPY READING ~
Pagi ini sangat cerah dan tidak mendukung suasana hati Petir yang tengah merasakan kesedihan. Pagi ini ia sudah berada di rumah Rain dengan teman-temannya. Banyak yang melayat gadis itu, dari teman-teman sekolah, hingga teman-teman kedua orang tuanya.Sebuah mobil terhenti di halaman rumah Rain, seorang gadis keluar dari mobil tersebut yang langsung berlari dengan perasaan kalut. Dia, Metta.
"RAIN!" Teriaknya memasuki rumah.
Badannya membeku, hatinya terasa sakit ketika melihat sahabatnya yang kini sudah terbujur kaku. Ia mendekatkan diri pada jenazah Rain, tangannya bergerak membuka kain yang menutupi wajah sahabatnya. Tangisnya pecah, ketika melihat wajah Rain pucat pasi, dan juga dingin.
"Maaf, Rain. Lo pasti takut banget kan, maaf karena nggak ada gue di samping lo pada saat lo butuh."
"Ta, udah! Ikhlasin Rain ya?" Ujar Naresh yang kini tengah menenangkan Metta.
Naresh membawa Metta keluar ketika Rain ingin di mandikan dan juga di shalat-kan.
"Na, gue mimpi kan?" Ujarnya lirih.
Naresh menggeleng, "Ini nyata, Lo yang sabar ya. Kita di sini juga semua kehilangan dia."
Metta menoleh pada Petir yang kini hanya diam dengan tatapan kosong.
"Permisi, bisakah saya bertemu dengan saudara Alfa?" Ujar seorang polisi yang tiba-tiba saja datang.
Petir mendongak, ia menatap teman-temannya kemudian menatap Alfa yang tengah duduk di belakang dirinya.
"S-Saya pak."
"Bisa ikut kami ke kantor? Anda di nyatakan bersalah atas kasus pembunuhan 2 tahun lalu, atas korban yang bernama Alwirasya."
Deg.
Semua yang disitu menatap Alfa tak percaya, bisa-bisanya ia melakukan ini dan menuduh Rain.
"Saya juga mencari seseorang yang bernama Ardi."
"Dia papa saya, kenapa pak?"
"Dia juga bersalah atas kasus pembunuhan berencana yang di lakukan 5 tahun lalu dengan korban yang bernama Shena dan juga Irsyad."
Deg.
Petir membeku, apakah yang di maksud itu adalah kedua orang tuanya?
"Pak, apakah dalam kasus kebakaran?" Tanyanya.
Polisi tersebut mengangguk, "Ada apa?"
"Saya anaknya."
"Kamu.. Petir? Yang 5 tahun lalu di bawa ke rumah Panti Muara kasih?"
Petir mengangguk cepat. "Baiklah, kami tidak perlu mencarimu lagi, pelaku atas pembunuhan kedua orang tuamu sudah kami tangkap. Mereka akan kami hukum dengan pasal yang berlaku."
Petir mengeratkan kepalan tangannya. Tanpa peduli apapun ia menyerang Alfa tiba-tiba. "Sialan lo bangsat! Kenapa keluarga lo ngambil semua orang yang gue sayang?!"
Bugh.
"Tir, udah!" Naresh dan juga teman-teman yang lain mencoba memisahkan.
Alfa hanya diam, kemudian ia dan juga Ardi di bawa oleh polisi.
"Terimakasih saudara Fannan, atas bukti-bukti yang anda berikan." Ujar polisi kepada Fannan.
"Sama-sama pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)
De TodoKisah ini menceritakan tentang Rain dengan segala keputusasaannya, dan juga Petir dengan segala kekuatannya. Mereka berdua bertemu untuk saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. "Ngga ada yang menjamin hidup akan mudah, tapi ketika bersamamu, h...