PETIR ARKA RAQANZA

727 188 183
                                    

"Masa-masa sulit tidak akan pernah berakhir, tetapi orang-orang kuat pasti melewatinya."



~HAPPY READING~

"KAKAK!" Teriakan seorang anak kecil melengking memasuki gendang telinga Petir.

Petir membuka matanya malas, ia perlahan menatap seorang anak kecil yang merupakan adik kandungnya.

"Pelan-pelan, Gal! Kakak juga pasti bangun." Tegur Petir dengan nada yang sangat lembut.

Adiknya yang bernama Galen itu hanya menunjukkan cengirannya, "Maaf Kak,"

"Kenapa hm?" Tanya Petir.

Adiknya hanya menunduk dengan tangan yang memegangi sebuah buku.

"Bantu Galen ngerjain PR!" Jawabnya pelan.

Petir mengangguk, "Abang mau mandi dulu."

"Okey, Galen nonton TV dulu!" Setelah mengatakan itu, Galen langsung berlari keluar dari kamar Petir menuju ruang TV.

Petir melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, setelah beberapa menit ia keluar kembali dengan mengenakan kaos hitam dan celana jeans hitam.

Setelah membantu mengerjakan tugas Galen, ia juga akan pergi bekerja paruh waktu di sebuah Cafe milik temannya.

Ia berdiri di hadapan cermin, merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. Tidak sengaja, tangannya menyenggol sebuah bingkai yang berisi foto keluarganya.

Ia tersenyum getir, "Kakak kangen ma,"

Flashback On

"PETIR, BANGUN SAYANG!"

Teriakan itu membuat Petir terkejut dan segera membuka matanya. Jam menunjukkan pukul 23.00, ia terkejut ketika sudah ada mamahnya yang tengah menggendong adiknya.

"Kenapa ma?"

"Bangun! Ayo keluar! Rumah kita kebakaran."

Petir membulatkan matanya, matanya menatap kepulan asap yang sudah mulai memasuki kamar miliknya.

Petir bangkit, ia menggandeng tangan ibunya erat.

"Ma, ayah mana?"

"Ayah belum pulang sayang, ayo kita keluar!"

Petir menangis, ia takut. Hanya ada mamanya saja di rumah, sedangkan ia masih kecil dan masih tidak mengetahui bagaimana keluar dari banyaknya api di dalam rumah.

"Ma, awas!"

Brak

Petir semakin panik, ketika serpihan atap jatuh mengenai kaki mamahnya.

"Sayang, cepet gendong Galen! Kamu lewat pintu belakang yang belum banyak api ya, mama bakal nyusul."

Petir mengambil alih gendongan adiknya. "Kakak nggak mungkin tinggalin mama!"

HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang