"Merumuskan tujuan adalah langkah pertama untuk mengubah sesuatu yang tidak terlihat menjadi terlihat." - Tony Robin.
•
•
•
~ HAPPY READING ~PLAK
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Metta. Pagi ini sebelum berangkat sekolah, Metta ketauan jika semalam ia pulang dari sebuah Club.
"Mau di taro dimana wajah papa jika nanti mereka tau bahwa anak papa bermalam di sebuah tempat kotor itu?!"
"Aku disana juga nggak ngapa-ngapain pa."
"Nggak ngapa-ngapain? Kamu minum banyak semalam, jangan harap papa tidak mengetahui semua kegiatan kamu, Metta."
"Aku bosan!"
"Besok, papa pindahkan kamu ke Amerika."
Ucapan ayahnya membuat Metta membuka matanya lebar, "Nggak mau, pa!"
Tidak mengatakan apa-apa lagi, Ayahnya kini sudah pergi meninggalkan Metta di meja makan.
Metta menghela nafas kasar, Ia kemudian berjalan memasuki mobil untuk berangkat sekolah.
Tidak membutuhkan waktu banyak, Mobilnya sudah terparkir rapih di parkiran sekolah. Ia menatap seseorang yang kini berdiri di sebelah mobil berwarna kuning.
Metta tersenyum miring, "Hari terakhir kalo nggak buat ulah, sayang banget."
Ia berjalan mendekat ke arah seseorang itu, badannya sengaja ia senggolkan kepada seseorang yang tengah berdiri itu.
"Apaan sih lo? Buta mata lo?" Ujar seseorang itu marah.
Metta terkekeh, "Gue masih bisa lihat, Bahkan kumpulan sampah di otak lo aja gue masih bisa lihat."
Seseorang itu adalah Kyla, Ia mengepalkan tangannya, berniat untuk memukul Metta namun sudah lebih dulu Metta tepis.
"Sabar dong, main tangan mulu lo." Ujarnya.
"Gue nggak suka di duluin." Bisik Metta.
Plak.
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Kyla, Ia meringis, emosinya kini memuncak. "Sialan lo, Metta!"
Plak.
Tidak ingin kalah, Kyla juga menampar Pipi Metta dengan keras. Namun bukan kesakitan, Metta malah terkekeh. "Segitu aja tenaga lo?"
"Gini nih, gue ajarin."
Bugh.
Metta dengan sangat keras membogem pipi Kyla hingga sang empu terhuyung jatuh ke aspal.
"Yah, lemah lo!"
"Sialan Metta, ngapain lo?!" Teriak Pamela dari arah belakang.
Metta terkekeh, "Dateng juga temen-temennya."
"Lo apain temen gue?!" Tanya Pamela.
"Gue giniin,"
Bugh.
Metta kini meninju pipi Pamela juga dengan sangat keras hingga ia pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)
De TodoKisah ini menceritakan tentang Rain dengan segala keputusasaannya, dan juga Petir dengan segala kekuatannya. Mereka berdua bertemu untuk saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. "Ngga ada yang menjamin hidup akan mudah, tapi ketika bersamamu, h...