"Dengan sajak ku larutkan mimpi, embun pada awan yang merelakan hujannya."
•
•
•
~ HAPPY READING ~
Setelah 1 Minggu kepergian Rain, keseharian Petir kini menjadi lebih murung, dan lebih menutup diri. Seperti sekarang, Ia lebih memilih menuju lapangan futsal Indoor daripada ikut makan ke kantin bersama teman-temannya.Seluruh sekolah dan guru-guru sudah tau, bahwa Rain meninggal dunia dengan cara bunuh diri, dan semua juga tau bahwa Alfa-lah yang membunuh Ayah Rain.
Semua merasa ter-khianati dengannya, semua merasa menyesal telah mengucilkan Rain dan lebih membanggakan Alfa.
"PANGGILAN KEPADA KYLA DAN PAMELA UNTUK KE RUANG BK SEKARANG JUGA!"
"Kenapa tuh? Tumben banget mereka di panggil." Ujar Cemal.
"Fannan ngelaporin mereka atas pembullyan yang mereka lakuin ke Rain." Jawab Naresh.
"Kasian banget, Hujan. Semua terungkap pas dia udah bener-bener nyerah."
"Karena emang kata-kata, “semua akan merasa kehilangan ketika seseorang itu telah tiada” itu bener adanya." Sahut Kaivan membuat mereka mengangguk.
"Na, Metta masih di rumah sakit?"
Naresh mengangguk membuat Cemal menghela nafasnya, "Kasian, dia terpukul banget sampe sakit."
"Gimana nggak terpukul? Metta sama Rain udah kaya kakak adik."
Mereka mengangguk, "Gimana cara kita ngembaliin senyum gledek?"
"Susah, dia bakal senyum sendiri kalo dia mau. Sama kaya waktu kehilangan kedua orang tuanya." Jawab Naresh.
"Di tambah lagi, dia udah tau siapa yang ngebunuh kedua orang tuanya, Pasti terpukul banget."
Semua berlarian menuju arah lapangan futsal Indoor membuat mereka bingung.
"Apaan sih?"
"Woi, kenapa pada lari-lari?" Cemal bertanya pada salah satu orang yang berlarian.
"Temen lo berantem! Lo malah di sini."
Cemal membulatkan matanya, "Petir?"
Naresh dan Kaivan segera berlari, di ikuti oleh Cemal.
Mereka terkejut ketika Petir sudah menghajar habis-habisan Parsa. "KENAPA LO NGGAK PERNAH BILANG, BANGSAT?!"
"Na, pisahin Na!" Ujar Cemal panik.
"Nggak. Diem dulu, biarin dia selesain."
"G-Gue di paksa Alfa buat diem. Kalo nggak, gue dan keluarga gue bakal kesiksa."
Bugh.
"TAPI KELAKUAN LO NGEBUAT ORANG KEHILANGAN NYAWA, SIALAN!"
Bugh.
"Bukannya lo suka sama Rain? Kenapa lo tutupin semuanya?! Kalo lo berani ngomong dari dulu, Rain masih ada sampe sekarang, bangsat!"
Bugh.
"Na, anjing. Ayo pisahin!" Ujar Cemal yang langsung berlari untuk memisahkan Petir di ikuti oleh Kaivan dan Naresh.
"Tir, udah!"
"Dia brengsek!"
"Iya, sabar! Ini di sekolah."
"Gue nggak peduli, dia juga harus mati!"
Bugh.
Satu pukulan mendarat di pipi kanan Petir. Kaivan berikan itu agar Petir sadar.
"Sadar, brengsek! Lo nggak boleh ikut-ikutan jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)
RandomKisah ini menceritakan tentang Rain dengan segala keputusasaannya, dan juga Petir dengan segala kekuatannya. Mereka berdua bertemu untuk saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. "Ngga ada yang menjamin hidup akan mudah, tapi ketika bersamamu, h...