No problem, it's your choice and i'm happy.
_____
Happy Reading.
_____
Di tengah derasnya hujan, ramainya kendaraan mobil dan motor berlalu-lalang, Indry hanya bisa berjalan menangisi keadaan. Bahkan air mata saja tidak lagi terlihat karena hujan menutupinya.
Tubuh Indry sudah teramat dingin, sampai menggigil. Ada beberapa orang yang menawarinya tumpangan, namun diabaikan begitu saja.
Hingga tepat di hadapan Indry sekarang, ia menggapai Indry sambil meminta maaf. Tetapi percuma. Indry mendorong dekapan itu. Pelukan hangat yang pernah ia rasakan kini sudah hambar. Tak lagi sama seperti mana mereka pernah bersama.
"Indry, aku mohon dengarkan aku dulu," ucap Gavin sangat merasa bersalah.
Indry sama sekali tidak menyahut satu kata pun. Untuk menatapnya saja tak mampu, apalagi merespons.
"Indry, please. Aku antar kamu ya, ini sudah malam dan hujan. Kamu bisa sakit nanti." Gavin masih berusaha keras membuat Indry mau mendengarkannya meski bukan penjelasan melainkan bertanggung jawab untuk di antar sampai rumah.
Sepertinya usaha Gavin kali ini sia-sia. Melihat Indry hanya bisa diam, menoleh penuh amarah dan tak mau membuka mulut. Indry berjalan melihat ada taksi dan meminta berhenti.
Gavin mematung di tempat, menatap kepergian taksi yang sudah pergi menjauh dari sudut matanya.
Sementara di restoran, acara sudah selesai. Tersisa Lucas dan Dian yang tengah mengobrol empat mata secara serius.
"Bravo, and speechless. Ternyata ini permainannya. Padahal saya sudah percayakan semua sama Tante untuk mengatur sesuai apa yang saya pinta. Tapi ternyata malah saya dijebak dan menjadi kesempatan emas Tante untuk mendapatkan apa yang diinginkan." Lucas berucap lantang, membuat Dian tersenyum miring.
"Apa yang sudah saya lakukan itu adil, Lucas. Kamu sudah dapat apa yang kamu inginkan. Lihat Nadia, dia pasti akan menjauh dari Gavin. Kamu mau apalagi, sisanya adalah pilihan saya." Dian bergegas untuk pulang namun, Lucas masih membereskan permasalahan di antara mereka.
"Tante belum memenuhi apa yang saya mau. Saya hanya ingin Nadia tau kebenaran kalau Gavin sudah memiliki kekasih yaitu, Indry dan apa yang terjadi malam ini justru membuat Nadia semakin salah paham, dia masih nggak tau apa-apa. Dia hanya tau kalau Gavin dijodohkan dengan Clara yang bahkan itu hanya kebohongan." Nada suaranya meninggi, menandakan Lucas begitu marah dan merasa dijebak oleh Dian agar bisa memenuhi kepuasan sendiri.
Dian menegaskan sekali lagi kepada Lucas. "Saya adalah seorang ibu yang ingin membuat anak saya tidak jatuh di pilihan yang salah. Saya sudah berhasil membuat kedua perempuan itu menjauh dari kehidupan Gavin. Intinya urusan kita berdua, clear." Dian mengambil tas dan bersiap keluar dari restoran itu.
Mengusap seluruh wajahnya dengan kasar, Lucas hanya bisa pasrah. Terdengar suara pintu utama terbuka, Gavin datang dalam kondisi basah setelah terkena hujan deras. Menatap kehadiran sang anak, Dian memegang kedua pipi Gavin.
"Gavin, sudah Mama bilang jangan kejar gadis itu. Kamu jadi basah kuyup gini, ayo kita pulang!"
Melepas kedua tangan ibunya, Gavin membentak ibunya cukup keras. "MAMA BENAR-BENAR KETERLALUAN. APA YANG SUDAH MAMA LAKUKAN ADALAH KEHANCURAN BAGIKU."
"Gavin. Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk berteriak seperti itu. Yang sopan sama Mama."
Gavin menangis sejadi-jadinya. Ini jarang terjadi seumur hidup Gavin, ia menangis seolah dirinya sudah kehilangan semua. "Aku mencintai Indry, perempuan yang bisa menerimaku jauh lebih baik dibandingkan ibuku sendiri. Di saat aku kehilangan semangat, aku menemukan semangat itu kembali ketika bersamanya. Dan sekarang ...." Gavin masih terbata-bata menuntaskan kalimat. "Sekarang aku kehilangan harapan. Semua itu karena Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ✓
Romance*Kisah seorang gadis yang bertemu dengan seorang pria yang merupakan pelanggan setia di cafe tempatnya bekerja. Siapa sangka dari pertemuan itu menyebabkan keduanya sering bertemu hingga berteman baik. Di saat itu pula, gadis tersebut memendam sebua...