Bab 6 - With You Again

57 9 0
                                    

Hanya demi kata, yang kugenggam dan kukagumi. Sederhana namun terkesan. Seperti pertemuanku padanya. –Nadia Ayudia.

_____

Happy Reading.

_____

Libur di hari Senin serta gajian sudah turun adalah kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh Nadia.

Kini jadwalnya Nadia pergi ke kantor pos untuk mengirimkan uang ke kampung. Setelah mengirimkan uang, Nadia menghubungi sang ibu.

"Halo, Bu."

"Halo, Nak. Ibu senang kamu akhirnya menelfon Ibu."

"Iya, Bu. Barusan aku udah kirim uang. Oh ya, kebetulan aku dapat bonus lumayan jadi aku bisa kirim uang lebih sama Ibu." Nadia terlihat senyum sumringah.

"Alhamdulillah muwun, Nak. Sebenarnya kamu jangan terlalu repot mengirimkan uang sebanyak itu. Karena pengeluaran kamu pasti jauh lebih banyak. Belum lagi adik kamu akan lulus dan mau kuliah di kampus favoritnya."

Nadia menarik napas. "Bu, nggak papa kok. Buat kebutuhan Ibu dan Bapak di sana. Urusan Indah biar aku aja. Toh juga Indah masih kelas dua SMA. Ibu nggak ke toko? Bapak jualan kan Bu?"

"Iya. Bapakmu sedang jualan. Ibu masih banyak kerjaan di rumah. Belum nyuci baju dan beberes lain. Kamu sama Indah piye kabare toh?" ucap sang Ibu berlogat jawa.

"Apik, Bu. Yo wes, Nadia seneng denger kabar Ibu. Semoga toko souvenir Bapak dan Ibu laris manis, yo."

"Aamiin."

*****

Sesampainya di rumah, Nadia melihat keberadaan Indry yang tengah tertidur. Mungkin ia sudah menunggu lama. Sontak Indry terbangun ketika Nadia mengejutkan dengan berteriak maling dekat telinga sahabatnya.

"MALING! TOLONG ADA MALING!"

Indry bersilat, seraya bangun dengan setengah sadar. Matanya berat untuk dibuka. Sehingga tangannya terus melawan hantam. Sementara Nadia hanya bergelak tawa melihat kekonyolan itu.

"Sadar wey, sadar."

Indry terjerembab ke kursi. Barulah ia membuka mata, melihat Nadia sedang menertawainya. Indry pun geram. "Gila lo ya. Kirain gue beneran ada maling. Mana gue baru tidur lima menit," gerutu Indry.

"Lelah banget kayaknya ampe ketiduran depan rumah gue. Ngapain?"

"Mau main lah. Udah lama gue nggak ke sini," jawabnya malas. "Abis dari mana sih lo, lama nih nunggunya."

"Kantor pos, biasalah ngirim uang ke kampung."

"Wih abis gajian ya sist, boleh kali." Indry meledek dengan girang, wajah manja membuat Nadia geli melihatnya.

Nadia pun masuk diikuti Indry. Mereka leluasa menghabiskan waktu bersama.

Nadia membawakan cemilan sebagai teman mengobrol, menghidupkan televisi, serta duduk bersama di sofa. Rumah Nadia sederhana, tidak terlalu kecil dan tidak besar juga. Namun, Nadia pandai menata rumah agar terlihat rapi dan bagus. Sehingga Indry terus memuji kerapihan dan keindahan rumah itu meskipun Nadia sibuk tapi, ia selalu menyempatkan waktu untuk membersihkan rumah.

"Indah sekolah?"

"Iyalah. Hari Senin ini, masa iya bolos."

"Gimana nyokap bokap lo sehat?"

Secret Admirer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang