Seolah takdir memang sengaja mengulur waktu agar ada saat yang tepat ketika semua proses berhasil menuju ending terbaik.
_____
Happy Reading.
_____
Sejak Mama menerima dan membuka hati untuk Indry, saat itulah aku semakin gelisah. Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantui. Apakah Mama benar-benar tulus merestui hubunganku bersama Indry? Mengapa baru sekarang? Bukankah seharusnya restu ini bisa kudapat jauh sebelum bertemu dengan Nadia, gadis yang aku rindukan. Seolah takdir memang sengaja mengulur waktu agar ada saat yang tepat ketika semua proses berhasil menuju ending terbaik. Tapi, aku dihadapkan dengan dua perempuan yang di mana berhasil membuatku luluh.
Aku serta Mama—Indry dan kedua orang tuanya, telah berada di meja makan. Makan malam yang intens, membahas tentang pernikahan dan tentunya masa depanku bersama Indry. Papa yang tidak hadir, sudah menyerahkan semua hak penuh kepada Mama dalam menentukan apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan.
"Gimana kalo acara pernikahan kalian akhir September ini? Berhubung Papanya Gavin juga bisa pulang, Papa Mama Indry juga harus ke Aceh kan? Semisal kita gelar bulan depan, yang ada kelamaan. Gimana, Gavin, Indry, setuju nggak?" Mama langsung to the point membahasnya. Aku tentu saja setuju. Mau bulan berapa pun dan tanggal kapan pun aku siap, sisanya Indry yang lebih pantas menentukan tanggal pernikahan kita.
"Boleh juga. Lebih cepat lebih baik, kalian sudah lama bertunangan," sahut Tante Meutia.
"Kita sebagai orang tua ngikut saja. Toh yang menikah anak. Biar mereka lebih tau kapan tanggal yang pas." Kali ini aku setuju dengan Om Banta. Beliau satu frekuensi pada apa yang aku pikir.
"Iya. Mungkin karena sebelumnya saya belum kasih restu kali ya, jadi mereka masih ragu mau nentuin kapan. Berhubung saya sudah merestuinya, keputusan kalian sendiri gimana, Gavin, Indry?"
Aku menjawab. "Akhir bulan ini oke. Karena aku baru ingat bulan depan sekitar pertengahan, beberapa event sudah penuh memadati reservasi di restoran. Lagipula bulan depan juga Indry akan duet bersama John Hendra di acara wedding." Aku melirik singkat ke arah Indry untuk memberinya senyum kecil.
"Oke. Aku setuju," balas Indry tersenyum lebar. Tak dipungkiri wajah Indry terlihat sumringah hingga menggenggam tanganku yang di mana kita duduk bersebelahan.
Dinner berjalan cukup baik, dimulai dari obrolan seru terjalin antara Mama dengan kedua calon mertuaku. Pembahasan konsep dan tanggal pernikahan, venue untuk akad dan resepsi, sampai ke honeymoon.
Sedangkan obrolanku bersama Indry lebih banyak membahas mengenai after married. Indry lebih menguasai topik itu dibandingkan aku sendiri. Mangut-mangut menjadi respons yang aku berikan saat ia menjelaskan. Pasalnya aku tidak tahu banyak soal persiapan sampai ke tahap sudah menikah.
"Sayang, nanti kamu mau bulan madu ke mana?" tanya Indry. Kita berada di gazebo, setelah makan malam selesai. Sedangkan para orang tua menghabiskan waktu di ruang tamu sambil meminum kopi.
"Kamu maunya ke mana?" Aku berbalik tanya sembari menyeruput teh.
Indry bergumam dengan memandang ke arah langit. "Paris, Italia dan Swiss. Tiga negara yang aku pengen banget bisa ke sana. Biasanya aku sering lihat story artis kalo jalan-jalan ataupun honeymoon."
"Wow, very good. Aku sendiri lebih suka daerah Indonesia aja. Seperti Bali, Lombok dan Jogja."
Saat aku menyebutkan kota terakhir yaitu, Jogja. Indry tersenyum miring menatapku sekejap lalu ia melempar pandang. "Kenapa harus Jogja yang kamu sebut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ✓
Roman d'amour*Kisah seorang gadis yang bertemu dengan seorang pria yang merupakan pelanggan setia di cafe tempatnya bekerja. Siapa sangka dari pertemuan itu menyebabkan keduanya sering bertemu hingga berteman baik. Di saat itu pula, gadis tersebut memendam sebua...