Bab 17 - Congratulations, Indry

30 5 0
                                    

Terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa mencari tahu kebenaran adalah kesalahan fatal yang sebenarnya.

_____

Happy Reading.

_____

Hari esok adalah hari di mana perlombaan acara bernyanyi akan dimulai.

Indry sudah berlatih semaksimal mungkin agar performance yang ia berikan dapat memuaskan. Bahkan ia memiliki guru sendiri untuk membimbingnya. Perlu diketahui jika Indry bisa menyanyi memang turunan dari sang ibu namun, sejak perselisihan di antara mereka serta sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, Indry otodidak dalam menguasai teknik bernyanyi.

Ia banyak belajar, mendengarkan, memahami berbagai genre lagu, teknik, serta hal lainnya yang membentuk suara khas dirinya. Suara Indry lebih ke arah lembut, nada rendah yang ia kuasai begitu baik, nada tinggi juga mampu meski harus diasah lagi.

Nadia dipastikan akan datang dalam acara tersebut. Satu sisi, Gavin juga hadir untuk mendukung sang kekasih. Terlihat di resto, mereka sedang berdua membahas acara besok. Berhubung jam makan siang, sehingga Gavin memiliki waktu bersamanya.

"Kamu dateng kan besok?"

"Pasti. Aku akan dateng melihat kamu. Masa pacar sendiri nggak dateng?" Gavin mengusap lembut puncak kepala Indry.

Hal itu disambut malu, mengingat kembali agar tidak bermesraan di tempat umum.

"Aku sedikit nervous. Meskipun Bu Henny sudah mengajariku sangat baik, namun namanya deg-degan pasti ada," lirihnya. "Oh ya, Mama kamu?-"

"Tenang, Mama lagi sibuk urusan pertemuan sama teman-temannya. Dia jarang ke sini akhir-akhir ini."

"Vin, aku merasa hubungan kita seperti nggak ada tujuan. Kita memang saling mencintai, status kita kekasih, tapi Ibu kamu aja nggak menerima aku. Bagaimana kita mau serius ke depannya?" Indry mulai mengeluhkan perihal hubungan mereka yang tidak jelas.

Gavin meyakinkan kepada Indry. Ia mencoba untuk bisa membuat Indry percaya jika takdir memintanya bersama pasti akan berakhir bersama. "Indry. Tolong kamu percaya dengan takdir. Jika kita jodoh, pasti kita akan bersama meski Mama nggak suka. Apapun rintangan ke depan, semoga kita bisa melaluinya. Jangan lupakan apa yang udah aku yakinkan ke kamu, please."

"Sorry kalo aku selalu meragukan kamu."

Gavin memeluk Indry, membiarkan ia nyaman dalam dekapan. Mengusapkan rambut Indry yang terurai panjang dengan lembut.

*****

Selama tiga hari Nadia dan Max tidak berbicara sedikit pun. Bahkan saling menegur saja rasanya mustahil. Mengingat betapa ucapan Max menyakitkan dan keterlaluan, Nadia tentu merasa kecewa. Namun, Lucas membuat keduanya kembali akur.

Masalah memang tidak akan pernah selesai jika menghindar. Menemukan kedewasaan untuk saling memaafkan perlu keihklasan meski terpaksa mengawalinya. Lama kelamaan rasa terpaksa itu berubah menjadi lebih baik karena mau memaafkan kesalahan orang lain apalagi diri sendiri. Begitu juga dengan Nadia dan Max. Setiap hari bertemu di tempat kerja, harus berkomunikasi, bekerja sama sebagai tim, tentu apapun masalah yang terjadi harus dihadapi bukan dihindari.

"Nad, lo kan paling deket sama Jihan. Pasti lo tau dia orangnya gimana. Tipe cowok dia apa, Nad kalo boleh tau?"

Di sela break, Max tiba-tiba bertanya hal yang tidak pernah Nadia bayangkan. Nadia sedang sibuk bersama ponsel, alih matanya kini fokus pada Max.

Secret Admirer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang