Goodbye Memory Ke-6!

408 73 50
                                    

MORNINGGGG!!! Aku update lagi hihi
Selamat membaca~
Masih inget hari ini tanggal berapa?
Page 365 of 365 which is 31 Desember :')

***********

BOGOR, 2012

Penumpang pesawat yang baru turun dari Singapore Airlines keluar di pintu terminal 2E Bandara Soekarno-Hatta. Salah satunya gadis berkemeja biru muda yang bagian depannya di masukkan ke celana jeans hitam, dia menggeret dua koper besar dan tas kecil tersampir silang di bahunya. Penerbangannya kali ini dijalani sendirian, setelah beberapa hari yang lalu orangtuanya tiba lebih dulu di Jakarta dengan dua koper besar di masing-masing tangan mereka.

Maura sudah resmi pindah kembali ke Indonesia setelah selesai mengurus seluruh berkas dan administrasi di kampusnya, Singapore. Barang-barang dan pakaiannya menyicil dibawa pulang oleh Pras dan Finda kemarin.

Tiga tahun mengenyam pendidikan diploma di NAFA, Maura akhirnya lulus sebagai best graduate sebelum nantinya akan melanjutkan bachelor selama satu tahun (semoga) di University of Essex, England.

Wishlist terakhirnya saat usia 17 tahun itu akhirnya berhasil terwujud.

Finda bilang, hari ini dirinya dan Pras tidak bisa menjemput ke bandara sebab semalam mereka mendadak harus ke Bandung untuk menjenguk orangtua Pras yang masuk rumah sakit.

"Terus aku naik taksi aja, nih?" Maura berbicara di telepon dengan Finda.

"Nanti ada yang jemput."

"Siapa?"

"Coba tebak."

"Cewek apa cowok?"

"Cowok."

"Muda apa tua?"

"Muda."

"Aku kenal?"

"Kenal banget."

"Siapa ih, Mamaaaa??!"

"Ya buruan tebak dulu, dong."

"Kak Galih?" tebak Maura refleks sambil menggigit bibir bawahnya.

Finda kemudian tertawa kecil. "Bukan."

"Ya terus siapa, dong, Ma?"

Masih terdengar suara cekikikan Finda yang makin membuat Maura penasaran bercampur sebal. Firasatnya mengatakan akan ada kejahilan baru yang sudah bisa dipastikan dipelopori oleh mamanya.

"Pokoknya tunggu aja di depan Solaria, dia udah stand by di sana kok."

"Okeeee." Maura pasrah akhirnya.

"Ya udah, nanti kalo udah ketemu, langsung pulang, ya. Makan di rumah aja, Bi Kokom udah masak kepala kakap soalnya, kesukaan dia. Nanti ajak dia makan juga."

Kepala kakap.

Maura mematung untuk sesaat. Dia masih ingat betul makanan kesukaan siapa itu; Dewa.

"Ah, jangan berharap macem-macem!" Maura menggeleng-gelengkan kepala mengenyahkan segala harapan tak nyata. "Gak mungkin itu dia. Gak mungkin," rapalnya sambil menggeret koper menuju tempat yang disebutkan mamanya tadi.

Setibanya di depan restoran, Maura memutar kepala ke segala arah, menantikan sosok yang sudah disiapkan untuk menjemputnya. Masih sambil merapal kalimat, "gak mungkin dia, gak mungkin dia, gak mungkin dia," terus-terusan. Sampai beberapa saat kemudian, rapalannya berubah menjadi, "Tuh, kan, bener, gak mungkin dia."

Goodbye, Memory! [SEKUEL HELLO, MEMORY!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang