HAMBURG, 2010
Gara-gara artikel dan berita yang seliweran di media gosip, Luna jadi diteror asisten, manager, teman, saudara, juga orangtuanya. Rata-rata mereka meminta klarifikasi soal keberadaan Luna sekarang, dan soal siapa laki-laki yang fotonya bertebaran di media massa oleh paparazi.
"Parah juga ya paparazi ada yang nyampe Jerman segala."
Komentar Dewa tak ditanggapi oleh Luna yang sedang fokus pada ponselnya, membalas satu-persatu pesan yang masuk, di dua ponselnya. Iphone khusus kerjaan dan Blackberry khusus urusan pribadi.
"Lebih parahnya lagi bisa langsung booming gini beritanya. Berarti kamu beken juga ya di Indonesia." (*beken (huruf e dibaca seperti kata melek) : bahasa gaul gen 90an, artinya populer/terkenal)
"Nggak, bukan. Tau nggak kenapa aku lagi gencar banget diberitain? Karena aku digosipin deket sama suami orang. Haduh, nggak banget kan."
Dewa tertawa kencang. "Suami orang?"
"Iya, karena kami lawan main di film yang kemarin, terus ada scene mesra gitu, mesra banget di atas ranjang, nah kebawa deh sampe off cam kami latihan biar mesranya bisa natural, tapi nggak latihan di atas ranjang juga! Latihan biasa aja kok, di ruang terbuka dan banyak orang, soalnya kami tuh udah take berkali-kali adegan itu masih aja aku kaku banget. Gimana ya, Wa, abisnya kan itu suami orang, dan aku kenal pula sama istrinya, walaupun emang cuma akting tapi tuh kayak di otak aku udah tertanam 'awas awas, ini suami orang woy!'"
"Hahahaha." Dewa masih menertawakan cerita Luna. "Trus trus?"
"Ya terus karena sering latihan dan interaksi di ruang terbuka gitu jadilah ada segelintir orang iseng yang membumbui beritanya. Foto-foto sama video kami juga diambilnya dari angle yang emang kelihatan skandal banget. Nah, sejak saat itu aku jadi bulan-bulanan fansnya, pokoknya segala hal yang aku lakuin jadi salaaaaah aja deh. Apalagi karena aku juga single, nggak pernah kelihatan deket sama siapa-siapa, jadinya mereka makin liar aja beropini."
Dewa perlahan berhenti tertawa lalu mengangguk-angguk. "Jadi intinya kamu nggak beneran jadi orang ketiga, 'kan, nih?"
"Idih, amit-amit. Cowok single aja banyak ngapain sama suami orang."
"Ya udah sama aku aja."
Luna membulatkan matanya. "Hah?" Luna takut telinganya salah mendengar, dan takut juga kalau yang tadi itu cuma candaan.
"Aku kan single." Dewa memainkan alisnya. "Pasti abis ini foto-foto kita bakalan kesebar di media-media gosip kan? Ya udah jadiin beneran aja. Kita balikan lagi."
"Wa?" Demi apapun, Luna mencubit pipinya, khawatir ini hanya mimpi. "Kamu nggak lupa kan kalo kita udah putus dan ini kondisinya kamu belum inget sama Maura, lho."
Waktu nama Maura disebut, Dewa seketika merubah ekspresinya jadi datar kembali. Di dalam dadanya, masih mendentumkan debaran yang sama tiap kali nama itu disebut dan tiap kali ia ingin mencoba mengingat tentangnya. Masih ada rasa sesak yang selalu terselip di hatinya.
"Ya gapapa, 'kan, kalo putus balikan lagi?"
"Bukan cuma karena itu, masalahnya kan kamu bilang mau memulai hidup baru di sini, tanpa aku ataupun Maura. Sekarang artinya kamu jilat ludah sendiri, Wa."
![](https://img.wattpad.com/cover/107761384-288-k558045.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Memory! [SEKUEL HELLO, MEMORY!]
RomanceKetika kisah mereka telah menjadi masa lalu bagi orang lain, tapi baginya hanya seperti kemarin. Banyak hal berubah, tapi ia masih tetap di perasaan yang sama. Kedatangannya kembali ingin mengulang kisah yang dulu ia tinggalkan. Mengejar lagi seseor...