•22

44 28 4
                                    

——————

⚠️Typo tandai⚠️
-
-
-

Malam ini Alarah sedang duduk dibalkon kamarnya sudah selama dua jam lebih,Menatap kedepan dengan tatapan kosong,hanya cayaha rembulan dan bintang yang menemaninya disunyinya malam.karna bi Ina sudah pamit dengan dirinya untuk beristrahat lebih dulu setelah menyelesaikan pekerjaanya.

Entah apa yang kini gadis itu rasakan,yang jelas pikirannya sangat kacau.

"Ara bahagianya kapan?"Molong Ara dengan menatap langit malam

"Ara capek,ara rasanya pengen nyerah,tapi ara gak bisa.."Setelah mengatakan itu gadis itu kembali terdiam dengan tatapan kosong.

Setelahnya.Alarah melangkah masuk kedalam kamarnya karna sudah merasa kedinginan selama berjam-jam berdiri dibalkon.ia pun menaiki kasurnya bernuansa putih-biru lalu menyelimuti tubuhnya hingga batas dada.

"Kok matanya gak mau ketutup sih..
Badan ara'kan capek pengen tidur"Ujar Alarah dengan kesal.Karna sudah berusaha untuk memenjamkan matanya tetapi entah mengapa kelopak matanya sangat sulit untuk dirapatkan,padahal sekujur tubuhnya sangat kelelahan dan ingin segera diistrahatkan.
Dengan berat hati gadis itu bangun dari pembaringannya dan menyandarkan punggungnya dikepala ranjang.

"Ara keluar aja deh,dari pada tidur tapi matanya gak mau.."Ujar Alarah lalu beranjak dari kasurnya dan mengambil kardigan yang tergantung dibelakang pintu kamarnya lalu memakainya.Setelah memakai kardigannya yang berwarna biru,ia pun melangkah keluar kamar,lalu menuruni anak tangga dengan santai
———
Ditempat lain.Arga menarik rambutnya frustasi.mengapa ia selalu terbawa emosi jika bertemu dengan papanya,Padahal ia sudah berusaha untuk tidak tergulat emosi tapi entah mengapa setiap melihat wajah papanya ia akan selalu teringat akan kematian mamanya yang disebabkan oleh papanya sendiri.Jika saja papanya tidak main dibelakang mamanya dan tak meninggalkan mamanya saat sakit,semua tidak akan serumit ini,mamanya pasti masih berada disisinya dan ia tak akan pernah benci untuk sekedar melihat wajah papanya.

"Aakkhh.."Pekik Arga frustasi.
Ia beranjak dari kasurnya lalu menarik kasar selimut yang berada diatas kasurnya dan dihempaskan dengan kasar dilantai
Guna melampiaskan semua rasa amarahnya yang sedari tadi kian memuncak.

Dengan nafas yang terengah-engah.Arga melangkah kearah meja belajarnya dan menjatuhkan semua buku cetak tebalnya yang berada diatas meja belajarnya.sehingga buku yang tadinya dengan rapinya berada diatas meja kini tergeletak hancur diatas lantai.

"Ini gara-gara papa!!"

Bugh...

"Karna selingkuhan jalang lo itu!Mama pergi ninggalin gue..!"

Bugh...

"Gue benci lo anjing..!!Gue benci cewe jalang!! Gue benci! Aakhh.."

Bugh...

Bugh...

Bugh...

Arga berteriak seperti orang kesetanan
Ia meninju tembok kamarnya dengan kencang dan melakukannya berkali-kali membuat darah segar mengalir dari tangannya.Tetapi,Arga seperti sama sekali tak merasakan sakit akibat luka yang berada ditangannya,ia masih saja memukul dinding kamarnya dengan sekuat tenaga sehingga menimbulkan suara.

AlarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang