23: FINAL KAMP

712 121 2
                                    

Usai menyerahkan Jirou dan Hagakure yang tidak sadarkan diri karena gas beracun pada Awase dari kelas 1-B, kini Katsumi dan Yaoyorozu berlarian mencoba mengevakuasi teman-teman mereka yang masih di hutan.

"Maaf, Watanabe-san! Aku tidak tahu bahan yang diperlukan untuk pedangmu! Tapi aku sudah membayangkan yang terbaik!"

"Tidak apa! Daripada itu—kenapa aku dan Katsuki diincar penjahat?!"

Itu benar. Katsumi yang sedang berlarian dengan pedang berat di pinggang kanan dan kiri itu juga menjadi incaran para penjahat.

"Seingatku sikapku sudah pahlawan banget di siaran mana pun!"

Yaoyorozu yang sibuk menciptakan masker untuk tiap murid yang akan mereka temui pun hanya bisa menggeleng atas pertanyaan Watanabe.

Ketika mereka menyusuri pohon-pohon tinggi, mendadak tangan gergaji menyerang. Keduanya mendongak ke kiri dengan mata membola sebelum Katsumi melompat ke samping dengan Yaoyoruzu di bawahnya. Mereka memasuki semak-semak, tergores oleh ranting.

Tanpa berpikir dua kali, Katsumi menggendong Yaoyorozu yang masih syok itu menjauh dari Nomu berwarna hijau yang memiliki enam tangan bersenjata tajam. Empat di antara gergaji, satu jenis bor, sisanya palu. Dan jangan lupakan dua tangan tak bersenjata.

"Wa-watanabe-san! Aku bisa berlari sendiri!"

Mendengar kesadaran Yaoyorozu kembali, hampir saja Katsumi menurunkan sang kawan jika tidak menoleh ke belakang dan menyadari kalau Nomu mengejar mereka.

"Sinting! Yang begituan mana bisa kulawan!"

Yaoyorozu pun mencoba mengintip dari balik lengan Katsumi, lantas membelalak terkejut. Mereka dikejar!

"Cobalah buat gas penidur, Momo!" titah ketua kelas.

Yaoyorozu tersentak, berusaha menciptakan gas penidur selagi berada dalam gendongan Katsumi yang larinya tidak secepat biasanya. Tentu saja melambat! Katsumi membawa pedang seberat 40 kg, belum lagi mengangkat Yaoyorozu yang tinggi dan berisi.

"Aku akan menurunkanmu jika kau berhasil menghentikan Nomu itu, jadi cepatlah sebelum kita berdua mati!"

"Ba-baik!"

Ada banyak semak, pohon dan akar, belum lagi cahaya dari bulan yang ditutupi asap kebakaran, yang semakin menghambat lari Katsumi. Untungnya gas beracun tidak setebal kemunculan semula, sehingga membuat mereka tidak dekat amat dengan kematian.

"Aku harap tidak ada murid yang bersembunyi di sekitar sini," gumam Yaoyorozu usai melemparkan gas penidur ciptaannya. Gadis itu memeluk leher Katsumi, memperhatikan Nomu yang terlihat masih berlari di dalam gas.

"Yang lebih penting, kuharap dia punya hidung."

Seketika ucapan Katsumi menyentak Momo. "Be-benar juga! Pantas saja dia masih mengejar kita!"

"Seriusan?!"

Katsumi membelokkan larinya secara tajam, entah ke mana, yang penting bisa terpisah dari makhluk mengerikan yang hampir membuatnya ngompol saat pertama kali bertemu. "Mereka mengincarku buat dibunuh, ya?" gumamnya.

"Apa karena aku sudah bikin mereka kesal saat di USJ dan Hosu?" Katsumi memiringkan kepala, menabrak masker Momo hingga membuatnya sadar bahwa gas beracun sudah tiada.

Katsumi pun berhenti, menoleh ke belakang dan lagi-lagi menemukan Nomu yang sama. Untungnya jarak mereka tidak terlalu dekat, jadi Momo memilih turun dan melepaskan masker mereka.

"Sepertinya salah satu teman kita sudah mengalahkan penjahat gas."

Momo mengangguk, melanjutkan lari tanpa arah bersama Katsumi yang terlihat masih bugar di matanya. Hingga mereka dipertemukan dengan titik dimulainya jurit malam.

"Sial! Kita malah membawa monster itu kemari!" Katsumi memandang pertarungan antara Liga Penjahat dan PussyCats yang masih berlangsung di depan, sementara di belakang mereka ada Nomu.

"Momo, buatkan alat pelacak untuk berjaga-jaga!"

Momo mematung. "Berjaga-jaga ...?" bisiknya.

Katsumi mengerti tatapan tidak percaya itu, jadi ia segera menengahi. "Berjaga-jaga kalau mereka kabur! Aku akan mencoba menempelkannya ke makhluk tak berakal itu tanpa melakukan pertarungan! Aku janji!"

Momo menatap Katsumi yang terlihat serius akan ucapannya. Tetapi ia masih khawatir, mengingat ketua kelasnya ini kelewat nekat. Bisa saja sesuatu yang tak diinginkan bakal terjadi.

"Momo!" Katsumi menjerit frustasi sembari menoleh pada Nomu yang semakin mendekat. "Kita bakal membuat PussyCats kerepotan kalau monster ini bergabung!" bisiknya penuh tekanan, takut kalau Spinner atau Magne menyadari keberadaan mereka.

"Baiklah. Aku pegang janjimu."

Pada akhirnya Momo setuju. Ia menciptakan alat pelacak yang mudah ditempelkan dan menyerahkannya pada Katsumi.

"Tapi aku ikut denganmu."

Terperanjat, Katsumi menggelengkan kepalanya. "Kembalilah ke asrama—"

"Aku menolak," sahut Momo cepat.

Mereka saling bertukar pandangan serius sebelum Katsumi mendesah pasrah dan mengiyakan keinginan Momo. Keduanya kini berlari menjauhi PussyCats, memancing Nomu untuk bermain kucing-kucingan melalui jalur mereka melakukan jurit malam.

Namun belum sempat menempelkan alat pelacak, Katsumi dan Momo malah melihat dengan rombongan Midoriya yang hampir mendatangi Uraraka. Dalam sekejap ekspresi Katsumi memucat, ia menoleh ke belakang dan sudah tidak menemukan Nomu yang mengejar.

"Momo, tanyakan pada mereka lokasi Katsuki. Aku harus mengejar Nomu."

Katsumi menepuk bahu Momo sebelum berlari mendatangi Nomu. Ia sudah tak mendengar apa-apa lagi selain detak jantung yang berbunyi. Kalau ia gagal menempelkan alat pelacak ini, maka ia tak bisa merebut pujian yang Yaoyorozu dapatkan dari para pahlawan.

Kau memang sampah banget.

Suara Kitsune menyergap. Katsumi berdecak, hingga binar matanya kembali kala menemukan Nomu berada tak jauh di depan.

"Bukan 'kah kalian masih mengincar satu orang? Jadi jangan pergi dulu, dong!"

Katsumi melompat, hampir menyentuh Nomu dengan telapak berisi alat pelacak sebelum tangan monster itu secara mendadak keluar dari punggung dan menghantam lengan yang Katsumi jadikan sebagai perisai.

Katsumi mengaduh saat tubuhnya menghantam batang pohon, terjebak di dahan yang tinggi. Belum lagi lengan kanannya patah, penuh darah akibat tangan Nomu yang bersenjatakan bor itu tengah berputar saat menyerangnya.

"Kukira dia tak akan merespon? Bukan 'kah misi mereka sudah berhasil?"

Tangan gemetaran Katsumi berusaha keras untuk mengepal, tidak berniat menjatuhkan alat pelacak yang sudah Momo ciptakan.

Lekas ia menjejak bumi dan menjatuhkan pedang, kali ini memindahkan posisi pelacak ke tangan kiri dan berlari ke hadapan Nomu. Untungnya monster tersebut menyembunyikan senjatanya kembali, Katsumi segera meluncur ke bawah selangkangannya dan menempelkan alat pelacak di kaki Nomu.

Tetapi di kali kedua ini entah mengapa Nomu merespon kehadirannya lagi dengan mengepalkan satu tangan yang tak memegang senjata dan berhasil meninju kepala Katsumi hingga membentur tanah.

Katsumi ternganga dengan tengkorak kening yang seolah retak, ia memandang Nomu yang tiba-tiba terdiam padahal dirinya masih ada di bawah monster tersebut dalam keadaan sadar.

Jangan-jangan ....

Katsumi mendongak, menatap Nomu yang melangkah pergi tanpa menoleh lagi. "Kitsune," geramnya.

Apa? Aku cuma ingin membuatmu semakin kuat.

Kitsune. Rubah ekor sembilan itu dengan sengaja memancing Nomu menggunakan aura membunuhnya sehingga Katsumi-lah yang berakhir dilukai.

Setidaknya alat pelacak sudah ditempelkan—inginnya bilang begitu, tetapi Katsumi berdiri dan berlari dengan kepala dan tangan yang terluka parah.

Katsumi ingin melihat adegan terakhir dari kamp pelatihan ini sekalian menyelamatkan Katsuki! []

21 November 2022.

Heroes Curse [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang