13: FINAL FESTOL

780 142 6
                                    

Suasana bingung sama-sama melingkupi tiga orang dalam toilet perempuan tersebut.

Aizawa tidak tahu harus bereaksi bagaimana, ini kejadian paling mengherankan dalam hidupnya.

"Kau yakin tidak tahu apa pun?" curiganya.

Katsumi menggeleng. Ragu-ragu ia membuka mulut dan menutupnya lagi, sementara itu tangannya yang gemetaran masih berusaha menepis pendar yang mengelilingi.

"Kalau saya tidak melihatnya!—mungkin Katsumi tidak akan sadar sampai dia turun ke arena!" tambah Mina.

Nice. Katsumi memberikan jempol dalam hati.

"Do-dokter! Pasti mereka tahu sesuatu, bukan? Saya tidak mau bertanding dengan penampilan seperti ini!"

Aizawa memandang Katsumi yang masih terduduk di atas toilet dengan pendar keemasan membentuk ekor berjumlah sembilan dan dua kuping seperti rubah. "Aku mengerti, haaah ...," desahnya.

Tidak mungkin quirknya muncul di usia segini, 'kan?

"Bagaimana dengan keluargamu?—mereka tahu?"

"Tidak tahu ... ini pertama kali saya melihatnya ...."

"Kau ingin aku menanyakan ini pada mereka?"

"Jangan dulu! Bagaimana jika ini cuma quirk orang iseng?! Saya tidak mau dicap jelek!" Katsumi meremas kepalanya, menggeleng. "Usaha mati-matian saya buat masuk U.A. jadi sia-sia!"

Mina bertatapan dengan Aizawa, lalu memperhatikan ketua kelas yang pertama kalinya sejak awal masuk, baru kali ini terlihat sangat kacau. "Katsumi ...."

"Daripada itu, tadi kenapa kau menangis?" tanya Aizawa.

Katsumi terhenyak, kemudian menunduk dalam. "Saya menyakiti Todoroki dengan kata-kata hanya karena ingin menang. Saya lupa kalau tujuan festival adalah bersenang-senang."

"Begitu 'kah? Sudah minta maaf?"

Katsumi terdiam. Banyak yang sudah dikatakannya, tetapi tidak ada permintaan maaf di dalamnya. Jadi ia menggeleng, merasa bersalah.

"Kalau begitu minta maaflah."

Benar, yang harus dilakukannya adalah minta maaf. Pada akhirnya Katsumi mengangguk, berdiri dari toilet, dan tanpa sadar pendar itu mulai memudar.

Aizawa dan Mina membolakan mata, terkejut. Mereka perhatikan cahaya yang membentuk wujud rubah ekor sembilan itu kini telah menghilang sepenuhnya.

"Tapi aku malu keluar—eh ...?" Katsumi yang berdiri di depan cermin pun terperanjat, baru menyadari pendar yang melingkupinya sudah pergi. "Sejak kapan ...?" gumamnya.

"Saat kau memutuskan untuk minta maaf, Katsumi." Mina menjawab, lalu menyentuh bahu sang ketua kelas dan memberikan kepalan tangan sebagai bentuk dukungan. "Bersemangatlah! Lawanmu Bakugou, lho? Bukankah kau suka menjahilinya, Katsumi?!"

Katsumi mengerjapkan matanya, menatap Mina dan Aizawa secara bergantian. Cukup lama ia menutup mulut sebelum ikut mengepalkan satu tangan dan mengarahkannya pada Mina.

"Aku akan bersenang-senang!"

Kepalan mereka saling menyatu hingga menerbitkan senyuman tulus.

"Aku pergi dulu!"

Katsumi melambaikan tangan, meninggalkan Aizawa yang segera memperingati Mina agar tidak menyebarkan rahasia Ketua Kelas pada yang lain.

"Baiiik ...."

Setelah mengalahkan Tokoyami, yang maju ke babak final ialah Katsuki.

"PERTARUNGAN TERAKHIR INI SUNGGUH TIDAK DISANGKA-SANGKA! YAITU BAKUGOU KATSUKI MELAWAN WATANABE KATSUMI! SUNGGUH NAMA YANG PENUH HASRAT KEMENANGAN!"

Heroes Curse [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang