08: DUNIA-AKHIRAT

809 135 0
                                    

Begitu membuka mata dan mendudukkan dirinya, Katsumi dihadapkan pada jam dinding yang menujukkan pukul enam, sementara cahaya mentari di luar berwarna oranye.

"Ini sudah sore."

Suara di ranjang sebelah terdengar. Tanpa sadar Katsumi menggeser gorden yang menghalangi dengan tangan yang diperban, menemukan Aizawa yang terbaring dan seorang dokter.

Tidak seperti dalam cerita, saat ini hanya kepala Aizawa yang diperban, sedangkan tangannya baik-baik saja.

"Di hari yang sama?" balas Katsumi.

Aizawa mengangguk.

"Bagaimana dengan yang lain?" tanyanya.

"Mereka baik-baik saja, kecuali Midoriya yang mematahkan kakinya sendiri."

"Lalu All Might?"

"Biasa saja."

Katsumi mengangguk, mengalihkan pandangan pada dokter. "Lalu bagaimana kondisi saya?"

"Tangan kananmu patah, apa tidak bisa melihatnya?" Dokter bertanya sinis.

Lekas Katsumi menunduk, melihat lengannya yang diperban. "Aku baru sadar ...," gumamnya.

"Punggungmu juga cedera. Kami sudah menghubungi keluargamu, mereka akan tiba sebentar lagi."

Katsumi mengerjapkan matanya, kemudian menoleh pada Aizawa. "Pedangku aman, kan? Itu favoritku. Berat dan panjangnya sangat pas di tanganku."

Mendengar pertanyaan Katsumi yang tidak tahu suasana, Aizawa mendesah dan memejamkan matanya. "Polisi yang mengurus sisanya, termasuk pedangmu."

Dan polisi yang dibicarakan pun masuk. "Permisi, kudengar kalian sudah bangun."

"Begitulah," sahut Aizawa.

"Haha. Kalian tidak keberatan kami mintai informasi, bukan?"

Katsumi menggeleng, menatap Tsukauchi yang tersenyum. "Pedangku," ujarnya.

"Sabar, sabar. Pedangmu aman, Dik. Dan sudah dikembalikan pada pihak U.A."

"Syukurlah ...," lega Katsumi.

Sekarang, sudah tidak ada yang Katsumi khawatirkan sehingga mampu menjawab dan menjabarkan apa saja yang sudah dialami. Bahkan ia sanggup melayani kedatangan cerewet Mama Panti bersama mulut motor beberapa saudaranya, malah merasa kasihan dengan Aizawa yang satu kamar dengannya. Namun guru itu sudah diperbolehkan pergi karena hanya mengalami luka di kepala.

Dan senin yang dinanti pun tiba. Berkat penyembuhan Recovery Girl, lengan dan punggung Katsumi telah membaik sepenuhnya. Ia berlari memasuki gerbang U.A, mengalami keterlambatan karena sempat berolahraga pagi.

Dalam perjalanan menyusuri lorong, Katsumi lihat sosok Aizawa ada di depannya, segera ia menyapa sang wali kelas.

"Selamat pagi, Sensei."

"Oh? Kau terlambat."

"Lupa waktu karena berolahraga."

Aizawa mendesah, membuka pintu kelas mereka dan mengejutkan semua murid.

"Aizawa-sensei?! Dan—Watanabe?!"

Suara Kirishima menggelegar, disusul ketidakpercayaan yang lain.

"Kalian sudah sembuh?!" tanya Mina, meremas bahu Katsumi.

Katsumi mengangguk, memberikan jempolnya. "Kami harus sembuh," ujarnya, yang mana membuat Mina menggoyangkan bahunya ke depan dan ke belakang saking geregetannya.

"Daripada itu—" Katsumi menepuk tangan Mina, memintanya menyingkir sebentar sebelum ia membungkukkan badan. "Maaf, karena datang terlambat. Padahal aku Ketua Kelas, tapi malah memberikan contoh yang buruk pada kalian. Sekali lagi, maafkan aku."

Heroes Curse [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang