3.∘∘Ayah bukan?ིྀ

28 8 7
                                    

Pagii sobat, thanks ya, yang udah mantengin
Jangan lupa vote and comment, ya🌺

Happy Reading

Pukul 19.00 WIB.
Saat ini, Ameyra sedang duduk di sebuah kursi tunggu yang ada di terminal 'Pakupatan' Serang, Banten. Sambil memainkan ponselnya, ia menunggu Mawar yang sedang membeli tiket.

10 menit kemudian, Mawar menghampirinya dengan membawa 2 lembar tiket bus untuk mereka berangkat malam ini.

"Ayo, sayang," ajak Mawar seraya mengulurkan tangannya.
Ameyra hanya tersenyum dan mengangguk lalu menerima uluran tangan Mawar. Mereka berjalan memasuki bus yang sebentar lagi akan berangkat dengan tujuan Magelang.

19.30.
Bus mulai berjalan. Suasana malam yang sunyi ditambah hawa dalam bus yang dingin itu membuat semua penumpang merasakan kantuk. Termasuk Ameyra. Bahkan, ia sudah tertidur lelap sedari 10 menit yang lalu.

Mawar memperhatikan putrinya dengan tatapan penuh rasa iba. Di dalam hatinya ia berkata, "Tidak seharusnya kamu merasakan semua sakit ini, anakku."
Setelah itu ia memeluk Ameyra bermaksud agar gadis itu merasakan sedikit kehangatan.
"Bunda yakin, kamu pasti bisa, Bunda yakin sekali," ucap Mawar dengan suara sangat pelan agar tidak membangunkan putrinya.
Mawar pun ikut memejamkan mata dan mulai memasuki alam bawah sadar.

     
     ʚɞ

Pukul 05.30 WIB.
Mawar dan Ameyra kini telah sampai di Terminal Tidar Magelang. Mawar mengajak Ameyra untuk sarapan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah almarhum orang tuanya.

Saat ini mereka sedang menikmati sarapan di sebuah warteg yang berada tak jauh dari terminal.
Tiba-tiba Ameyra menghentikan aktivitas makannya dan kini pandangan matanya terfokus pada seorang pria paruh baya yang duduk di seberangnya dan sedang memainkan ponsel dengan secangkir kopi di mejanya. Ia merasa wajah pria itu tak asing baginya.

"Ayah?" gumam Ameyra.

Ia berniat memberitahu Mawar. "Bunda," panggilnya.

Mawar yang masih fokus dengan makanannya dan ponselnya itu hanya menjawab singkat, "Hm?"

"Bunda, itu Ayah, kan?" tanya Ameyra seraya menunjuk ke pria tersebut.

Mawar yang kaget lantas menoleh mengikuti arah tunjuk Ameyra. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat siapa yang duduk di sana. Tak asing.
"Mas David? Nggak mungkin," batin Mawar.

"Ayok Bunda, kita samperin Ayah." Ameyra berusaha menarik tangan Mawar.

"Ehh,tungggu! Jangan dulu ya, sayang. Mungkin itu orang lain cuma mirip aja sama Ayah. Mey lupa, ya? Ayah kan masih kerja di Jepang, sayang. Kalo Ayah pulang pasti bakalan kasih kabar ke kita," jawab Mawar gugup.

"Yah, Bunda, tapi Amey yakin banget kalo itu Ayah."

"Shutt. Nanti orangnya denger."

Ameyra hanya menundukkan kepala. Ia tak tau lagi harus menjawab apa. Padahal ia sudah sangat yakin bahwa pria tersebut adalah Ayahnya.

Mawar merasakan suasana yang tiba-tiba canggung. Ameyra tidak berbicara apa pun lagi sejak tadi. "Sayang?" panggil Mawar.

Tak mendapat jawaban dari Ameyra, Mawar mencoba mengalihkan perhatian. "Amey mau cilor ngga?"

Masih belum mendapatkan jawaban. Mawar mulai kehabisan kesabaran. "Mey, kamu nggak punya telinga?"

Ameyra menatap Mawar dengan mata berkaca-kaca. "Maaf, Bun. "

Rest In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang