8. ∘∘Sakit, lagi ིྀ

20 7 2
                                    

Haloo
Ahh masih terngiang-ngiang bayangan di UKS, hehe.
Happy Reading 🌺

Karena kejadian tadi, Ameyra terlihat seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri. Mawar yang melihat itu pun bertanya, "Kesambet apa kamu, Mey?"

Ameyra menatap Bundanya kesal. "Jahat banget tebakannya, Bun."

"Oh, lagi kasmaran, ya?"

"Bunda!"

"Kenapa? Pasti bener."

"Kok Bunda tau?"

"Kelihatan loh."

"Masa sih, Bun?"

"Iya, mending kamu jujur aja, siapa orangnya?"

Tanpa basa-basi, Ameyra menjawab, "Arya."

"Wah, yang kemarin nganter kita?"

"Iya. Bahkan dia mau antar jemput sekolah aku sekarang."

Mawar yang antusias itu kemudian duduk di samping Ameyra. "Pertahankan, ya. Bunda suka kesopanannya."

ʚɞ

Berhari-hari Ameyra sekolah bersama Arya. Mawar tiba-tiba kangen mengantar anak gadisnya itu ke sekolah. Hari ini, ia meminta Ameyra untuk berangkat dengannya.

"Mey," panggilnya.

Ameyra yang sedang makan sambil bermain ponsel menoleh. "Iya, Bun?"

"Tiba-tiba Bunda pengen nganterin kamu ke sekolah lagi deh." Mawar meneguk segelas air. "Mau, ya? Hari ini aja, sayang." Wanita itu memasang ekspresi sedikit memelas.

Ameyra yang melihat itu pun tidak bisa menahan tawanya.

"Kok kamu malah ketawa?"

"Bunda, kenapa sampai kayak gitu, sih? Ekspresi Bunda itu lohh."

"Jadi gimana?"

Ameyra memegang tangan Mawar. "Bun, Amey ini masih milik Bunda. Jadi, Bunda masih punya hak sepenuhnya atas Amey. Jangankan nganterin sekolah, bawa Amey ke Neptunus aja Bunda berhak." Ameyra mengenakan tas sekolahnya. "Ayok berangkat!"

Mereka berangkat mengendarai sepeda motor sambil sesekali bercengkrama menikmati pagi yang cerah. Melihat lingkungan sekitar yang damai dan asri cukup membuat mood membaik.

Mereka sampai di sekolah dalam waktu 30 menit karena memang sengaja sekalian jalan-jalan. Ameyra berpamitan kepada Mawar. Setelah itu, Mawar memutar balikkan motornya karena tempat kerjanya berlawanan arah dari sekolah Ameyra.

Samar-samar, ia melihat seseorang yang tak asing di  matanya. Orang tersebut terlihat sedang mengintip dari celah gerbang SMA Trisakti sambil tersenyum, namun sorot matanya mengartikan kesedihan.

Mawar mencoba menyipitkan matanya agar terlihat lebih jelas. Tapi sama saja. Karena penasaran, ia menghampiri orang tersebut. "Permisi, Pak. Cari siapa, ya? Barangkali ada yang bisa saya bantu?" tanya Mawar yang membuat orang tadi menoleh ke arahnya.

Pria itu terkejut bukan main ketika melihat siapa yang menyapanya. Begitu juga dengan Mawar.

"Ma-Mawar?"

"Mas David?"

                                       ʚɞ

Dua orang dewasa itu kini sedang duduk berhadapan di sebuah kafe. Mawar dan David. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Sampai akhirnya seorang pelayan yang mengantarkan pesanan membuyarkan lamunan mereka.

Rest In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang