Agak nggantung, ya?
Ting...
"Iva," ucap Ameyra sambil tersenyum.
"Punya sahabat itu kayaknya enak ya, Mey? Walaupun virtual," tanya Olivia tiba-tiba.
Karena tidak tahu harus menjawab apa, Ameyra hanya bisa tersenyum memeluk Olivia.
"Jangan sedih, aku ada buat kamu. Kita temen."ʚɞ
Saat ini, Ellena dan kedua sahabatnya sedang berada di kantin. Rupanya mereka sedang menyusun rencana menjebak Ameyra. Ellena geram karena kemarin ia melihat Ameyra berboncengan dengan Arya saat pulang sekolah.
"Kalian mau pesen apa? Biar gua pesenin sekalian."
"Smoothies," jawab Viola singkat.
"Elo, El?"
"Gua pasta sama cappucino aja, Rin."
"Oke tunggu, ya."
Beberapa menit kemudian, Karin datang membawa pesanan mereka.
"Nih buruan makan. Eh kenapa diem-dieman?""Lu sekali-kali jadi matahari ga bisa, Vi? Es batu mulu,"
ejek Karin yang langsung mendapat tatapan sinis dari Viola."Mampusss lu, Rin. Sepupu gua yang satu ini kalo udah ngasih tatapan tajam tuh banyak artinya."
"Jangan bunuh gua, Vi." Ekspresi Karin mendadak berubah.
"Lu kira gua psycho? Engga kali. Tapi kalo lo maksa, ya gua bisa."
"Buset! Pertama kali si Vio ngomong panjang. Tapi ngeri, Vi."
"Lu sih, mancing, jangan pernah main-main sama ni anak."
"Maafin gue, Vi. Gue cuma bercanda."
"Iya-in."
"Btw kalian tau nggak, sih? Kalau si Revan suka sama Vio?"
"What? Revan wakil ketua OSIS itu? Suka sama sepupu gua?"
"Iya, mereka kan pernah sekelas waktu kelas 10, nah di situ Revan mulai suka."
"Tapi lo tau darimana, njir?"
"Lo lupa, El? Gue spek intel."
"Violaaa yaampun beruntung banget lo disukain sama cowok yang jadi rebutan cewe di sekolah ini."
"Lebay."
"Anj. Lo nggak shock apa reog gitu?"
"Ga."
"Viola, yaampun gue yang reog."
"Iri?"
"Engga lahhh gua masih nungguin Arya, ya."
"Arya nggak suka sama lo."
"Hahahaha Ellen kena mental." Karin tertawa hingga tersedak. Hal itu membuat Ellena menatapnya sinis. "Sialan lo. Nah, kan kualat tuh."
"Pelan-pelan," ucap Viola sambil menyodorkan segelas air putih.
"Makasih, Vi."
"Tapi yang diomongin Karin bener, El. Mending lo jauhin Arya deh. Ketimbang sakit. Arya nggak mungkin mau sama lo."
"Jahat ya lo, Vi. Kalian sama aja," jawab Ellena dengan raut wajah cemberut yang membuat Viola dan Karin terkekeh.
"Kenyataan."
"Arya suka sama Ameyra,"
Ucap Viola lalu meninggalkan area kantin."Sialan si Meyra."
"Ehmm, Rencana lo yang kedua gimana, El?"
"Lo spek intel, kan? Cari tau alamat rumah Ameyra."
ʚɞ
Karin berusaha mencari tau alamat Ameyra dari teman-temannya. Akhirnya, ia menemukan alamat tersebut.
Ellena dan Karin benar-benar datang kerumah Ameyra di jam yang sudah mereka tentukan. Di sana mereka berpura-pura bersikap baik agar Ameyra dan Mawar tidak curiga.
Mereka berkata bahwa mereka mendapatkan tugas dari kepala sekolah untuk mencari data tentang alamat murid baru di SMA Trisakti.
Tentu saja Ameyra percaya karena Ellena adalah putri tunggal dari kepala sekolah dan Karin adalah sahabatnya.
Mereka bertanya tentang kehidupan Ameyra hingga akhirnya mereka diizinkan masuk ke kamar Ameyra. Di sini, ide jahat mereka muncul.
Karin meminta tolong kepada Ameyra untuk mengantarkannya ke kamar mandi dan meninggalkan Ellena sendirian di kamar.
Ellena mencari buku incarannya. Buku pengetahuan yang dipinjamkan oleh perpustakaan kepada semua murid kelas 11 MIPA 2 dan harus dikembalikan besok pagi.
Ellena menemukan buku itu di atas meja belajar, ia lalu mengambilnya dan memasukkan buku itu ke dalam tas ransel yang sedari tadi ia bawa. Ia berniat keluar kamar tapi dikejutkan dengan kedatangan Ameyra dan Karin didepan pintu.
"Anj."
"Eh kaget ya, El? Maaf, ya."
"Oh gapapa, santai aja. Udah biasa, Mey."
"Hmmm Oke, kamu mau ke mana?"
"Mau keluar. Udah selesai pendataannya."
"Oke, ayok ke ruang tamu lagi."
Ameyra mengajak kedua temannya untuk duduk di ruang tamu dan menyuguhkan mereka dengan teh dan biskuit.
"El, mau tanya boleh nggak?"
"Boleh."
"Kalau boleh tau, yang didata tuh apa aja? dan fungsi pendataan itu apa?"
Jlep.
Ellena dan Karin terdiam seribu bahasa karena pertanyaan dari Ameyra. Mereka tak tau harus menjawab apa karena sejatinya tidak ada pendataan itu. Itu hanya akal-akalan mereka sebagai bagian dari rencana kedua Ellena untuk menjatuhkan Ameyra.Namun, bukan Ellena namanya kalau tidak punya banyak ide.
"Ehm. Gini, Mey. Kan siswa-siswi yang mau daftar ke SMA Trisakti itu pasti bakalan dikasih kertas yang bertuliskan beberapa pertanyaan tentang kehidupan mereka. Misal tentang keadaan rumah, gaji orang tua, dan lain-lain. Nah, kalau anak baru beda lagi nih. Pasti akan ada yang disuruh mendata secara langsung. OSIS biasanya. Kebetulan aku OSIS dan aku anak Pak Raka, selaku kepala sekolah. Jadi, aku yang ditugaskan. Gitu," jelas Ellena.
"Oh gitu."
"Iya, udah paham, kan?"
"Paham banget, kok. Tapi, apa kamu nggak pusing ngurus ginian?"
"Engga kok engga, udah biasa, Mey."
"Lagian juga udah tugas kita," sahut Karin.
"Nah, ini bener."
Ameyra tertawa ringan. "Yaudah, keren sih. Ini minum dulu tehnya."
"Kamu nggak kasih racun kan, Mey?" tanya Karin tiba-tiba.
"Sembarangan! Ya enggak lah."
Mereka bertiga tertawa bersama.
Ellena tersenyum sinis dengan melirik ke arah Karin. Ia berbicara tanpa suara dengan hanya menggerakkan bibirnya. Namun Karin bisa membacanya.
"Berhasil," katanya.
Manusia-manusia jahat, itu Ellen.
~see you next part~
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest In Love
Teen FictionPersahabatan yang tulus itu bisa datang dari mana saja. Cinta yang tulus juga bisa bertemu dengan cara yang tak terduga. Tapi, kasih sayang yang tulus dari seorang Ayah yang sudah terlihat tidak peduli lagi dengan keluarga? Yang meninggalkan keluar...