5.∘∘Halte ིྀ

25 7 4
                                    

Cek ... cek ...
Sepi, ada yang kangen?

Happy Reading 🌺

Seperti biasa. Ketika pulang sekolah, Ameyra menunggu bus di halte karena Mawar tidak bisa mengantar jemput lantaran harus bekerja.

Siang ini, sepertinya cuaca sedang tidak bersahabat. Awan mendung menyelimuti hampir seluruh wilayah kota Magelang. Angin juga mulai berhembus membawa debu dan dedaunan beterbangan. Selain itu, Ameyra juga sedang tidak sehat. Maag yang ia derita sedari kecil kambuh tiba-tiba.

Ameyra berdiri di halte seorang diri. Halte tak ramai seperti biasanya karena cuaca mendung. Jadi, para siswa/siswi yang biasanya menaiki bus, hari ini dijemput oleh orang tua mereka.

Tak dapat dipungkiri bahwa Ameyra merasa iri dengan mereka yang hidup di keluarga harmonis. Terlebih jika mereka mendapatkan kasih sayang tulus dari seorang Ayah. Ameyra tidak pernah merasakan itu semua.

Ketika Ameyra sedang berdiam diri di sana, tiba-tiba pandangan matanya tertuju pada seseorang yang tak asing baginya sedang duduk di halte seberang.
Karena penasaran, Ameyra memberanikan diri menghampiri orang tersebut.

"A-ayah?" Ameyra menyapa orang tersebut dengan ragu.

Mendengar ada suara anak perempuan yang memanggilnya 'Ayah' pria tersebut awalnya bingung. Namun karena penasaran, ia akhirnya menoleh dan menatap siapa yang memanggilnya tadi.

Pria itu kaget ketika melihat siapa di situ. Wajah yang tak asing baginya. Dan untuk memastikan, ia pun bertanya, "Kamu ... Ameyra?"

Betapa senangnya hati Ameyra karena pria tersebut benar-benar Ayahnya yang selama ini ia nanti-nantikan kepulangannya. Tanpa aba-aba ia langsung menyambar ke pelukan Ayahnya. Dengan air mata yang meluruh dan tubuh yang gemetar.

"Ayah, Amey kangenn banget sama Ayah. Ayah kapan pulangnya, kok nggak kasih kabar?"
Ameyra semakin mengeratkan pelukannya. Sedangkan yang dipeluk tidak membalas apa-apa. Ia menatap kosong ke depan dan kemudian ia berkata, "Saya sudah berada di Indonesia sejak 1 bulan yang lalu."

Hati Ameyra terasa sangat tertusuk.
Saya? Ayahnya menyebut dirinya sendiri dengan kata 'saya' di depan anak kandungnya?
Ameyra berusaha menetralkan emosinya. Perlahan, gadis itu melepaskan pelukannya.
"Em, trus kenapa Ayah nggak pulang ke rumah yang di Serang? Ayah ngapain di Magelang?"

"Untuk apa saya kembali ke sana, saya sudah tidak ada ikatan dengan Bunda kamu."

"Maksud Ayah?"

"Saya sudah berpisah dengan Bunda kamu sejak 5 tahun yang lalu. Tepatnya saat saya akan pergi ke Jepang."

Srep.
Membeku hati Ameyra saat itu juga.

Ternyata orang tuanya berpisah tanpa sepengetahuan dirinya. Selama ini ia menantikan Ayahnya pulang dan membina keluarga yang harmonis setelahnya. Namun, espektasinya dipatahkan oleh realita.

Tepat setelah mengatakan itu, David berlalu begitu saja dari hadapan Ameyra. Tangisan Ameyra pecah bersamaan dengan hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya mengguyur kota Magelang. Ameyra yang sudah lemas itu pun tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Ia jatuh tak sadarkan diri di bawah guyuran hujan deras itu.

Tak lama setelah itu, sebuah mobil yang di dalamnya ada seorang siswa SMA dan supir pribadinya melintas. Karena melihat ada seorang siswi tergeletak di pinggir jalan, supir itu menghentikan mobilnya.

"Kenapa berhenti, Pak?"

"Itu, Den. Ada cewe anak SMA pingsan."

"Saya mau lihat, Pak."

Rest In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang