13. ∘∘Tragedi ིྀ

6 5 0
                                    

"Mau cerita?"

Olivia menggeleng lemah lalu menatap Ameyra. "Nggak sekarang, Mey."

Ameyra mengangguk paham. Lalu ia menoleh menatap jendela ruang rawatnya. Ia tak sengaja melihat sosok pria yang tak asing baginya sedang mengintip. Namun, pria itu langsung pergi ketika Ameyra menatapnya.

"Ayah?" gumam Ameyra.

ʚɞ

Pagi yang cerah tak merubah suasana hati seorang gadis cantik yang sedang gundah gulana. Ia menjalankan sepeda motornya dengan melamun dan tidak fokus.

Brakk ....

Sepeda motor yang dikendarai gadis itu menabrak sebuah tiang lampu. Untung saja gadis itu selamat walaupun mengalami luka yang cukup berat di bagian kepala.

Awalnya, warga hendak membawa gadis itu ke puskesmas terdekat. Namun ia menolaknya. Ia hanya meminta untuk diantar pulang ke rumah.

ʚɞ

Di sekolah

"Tumben Oliv belum dateng?" gumam Ameyra.

"Permisi, sekretaris kelas 11 MIPA 2?"  Seorang siswi berdiri di depan pintu.

"Saya, ada apa, ya?" sahut Vera, sekretaris kelas tersebut.

"Ada surat izin dari orang tua Olivia."

"Terimakasih."

"Sama-sama."

Atensi Ameyra seketika teralihkan oleh surat tersebut. "Ver, Olivia kenapa? " tanya Ameyra.

"Kecelakaan, Mey."

"HAH?"

ʚɞ

Sekolah sudah sepi karena bell pulang sekolah telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun, Ameyra masih berada di parkiran menunggu seseorang dengan wajah cemas. Tak lama kemudian, orang yang sedari tadi ia tunggu pun akhirnya muncul.

"Cie nungguin, ayok pulang." Ajak Arya yang masih belum paham suasana hati Ameyra saat ini.

"Arya, mau bantuin aku nggak?" tanya Ameyra dengan wajah cemas dan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

"Kamu kenapa nangis?"

"Kamu tau rumah Olivia?"

Arya mengangguk. "Kenapa?"

"Anterin aku kesana, ya?"

"Tunggu, kenapa kamu nangis? Ada apa sama Oliv?"

"Oliv kecelakaan."

Arya membelalakkan matanya karena kaget. "Kapan? Maaf aku gatau karena seharian ini aku di ruang kepala sekolah."

"Tadi pagi."

"Yaudah, ayok aku anterin."

Ameyra mengangguk pelan. Lalu, mereka berangkat bersama ke rumah Olivia.

Hanya butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai di rumah Olivia. Rumah sederhana yang berada di dekat pemukiman orang berada.

Arya mengetuk pintu. "Assalamu'alaikum."

Selang 5 menit seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu Olivia membukakan pintu.

"Wa'alaikumussalam. Temannya Olivia, ya?"

Arya dan Ameyra mengangguk pelan. "Iya, Tante," jawab Arya.

"Ayo masuk. Olivia ada di kamar."

Mereka mengikuti Ibu Hani ke kamar Olivia.

"Nak, ini ada temanmu."

Olivia menoleh. "Meyra?"

"Olivia, yaampun gimana ceritanya kamu bisa kecelakaan?"

Olivia tersenyum. "Udah gausah panik. Ini nggak parah, kok."

Senyum Olivia memudar kala melihat siapa yang berada di belakang Ameyra
'kenapa Arya bisa ikut Ameyra?' batin Olivia.

"Gapapa gimana? Kamu-"

"Shuttt." ucapan Ameyra terpotong oleh Olivia.

"Aku nggak apa-apa, aku pengen curhat 4 mata boleh nggak?"
Ameyra mengangguk, kemudian mereka menoleh ke arah Arya. Arya yang peka langsung meninggalkan ruangan tersebut.

"Curhat soal apa?"

"Tentang masa lalu aku, Mey."

Flashback on

Seorang siswi SMP sedang duduk di halte depan sekolahnya menunggu bus sekolah. Dialah Olivia.
Tiba-tiba, dari kejauhan ada banyak warga yang mengejar seorang siswi SMP sebayanya.

Siswi tersebut berlari hingga tersandung kaki Olivia. Belum sempat Olivia membantu siswi tersebut untuk bangun, dia sudah melarikan diri meninggalkan sebuah dompet.

Olivia mengira-ngira dompet tersebut milik siswi tadi. Ia berniat mengejar siswi tersebut yang sudah berlari. Tapi justru Olivia ditangkap oleh warga dan dituduh mencopet.

Warga melaporkan tindakan Olivia dan akhirnya Olivia mendapatkan sanksi berupa skors selama 1 minggu.

Sejak saat itu Olivia di bully oleh teman-temannya terutama Ellena dan Karin. Ellena, Karin, Viola, dan Olivia dulunya memang 1 SMP.

"Eh ada pencopet masuk sekolah nih guys," sindir Ellena pada Olivia.

"Eh iya guys, amanin barang berharga kalian. Hati-hati loh," sambung Karin.

"Aku sebangku," ucap Viola.

"Oh iya aku lupa sayang yaampunn pindah aja, yuk. Kamu lebih baik duduk sendirian daripada duduk sama pencopet. Ayok aku cariin kamu bangku kosong." Ajak Ellena

"Heh pencopet, jangan deket-deket gua, ya!" ucap seorang siswi.

"Eh, gua laper. Beliin makan di kantin dong. Uang lu kan banyak abis nyopet," timpal siswi lainnya.

Olivia hanya diam dan menangis. Apalagi teringat masa di mana Ellena dan Karin menyebarkan berita tersebut saat di SMA.

Flashback off

Olivia menangis di depan Ameyra.
"Sejak saat itu, aku nggak punya temen, Mey. Bahkan sahabat aku sendiri pun nggak percaya sama aku dan dia ninggalin aku. Fitnah itu menyebar sampai ke desaku. Ayah juga hukum aku. Ayah usir aku tapi ibu belain aku dan ikut pergi sama aku. Sampai saat ini, aku nggak pernah ketemu ayah lagi," ucap Olivia sambil menangis terisak.

Ameyra memeluk Olivia bermaksud menenangkan gadis itu.

"Berat banget, ya, Liv. Kamu keren bisa melewati fase itu. Aku mungkin nggak akan kuat." Ameyra mengelus punggung Olivia.
"Aku bisa jadi teman kamu, Liv, aku yakin kamu nggak mungkin nyopet."

"Makasih, Mey."

"Tapi, kenapa pencopet itu nggak diselidiki dulu? Kenapa langsung menghakimi kamu? Padahal pasti penampilan kamu dan pencopet itu berbeda saat itu?"

"Nggak tau, mereka nggak mau lebih jauh, mungkin. Dan, kamu tau nggak siapa sahabat yang ninggalin aku?"

Ameyra menggeleng. "Siapa?"

"Viola."

"Demi?"

"Iya, Vio. Tapi, Vio ninggalin aku bukan sepenuhnya karena dia nggak percaya sama aku. Tapi, dia diancam."

"Diancam sama siapa?"

"Ellena. Ellena itu saudari sepupu Viola. Tapi, dia punya sifat yang ingin selalu menang sendiri. Viola itu tinggal bareng mereka karena rumahnya kebakaran dan keluarganya nggak ada yang selamat. Satu-satunya kerabat Viola itu cuma Ellena. Karena sifat Ellena itu, dia nggak nerima Viola secara cuma-cuma. Tapi, Viola harus memenuhi syarat. Salah satunya ini. Jadi tangan kanan dia buat ngejalanin pembullyan."

Ameyra terdiam seribu bahasa. Shock. Ternyata di balik sifat Viola yang pendiam, ini alasannya.

"Jadi, sebenarnya Vio itu baik?"

"Iya."

Hening, hingga suara notifikasi membuyarkan keheningan.

Ting ....

Rest In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang