Terima kasih udah mampir baca.
Tinggalkan jejakmu yaa!
Aku bakal semangat up-next ceritanya kalau kalian vote^^
--------------------------------------------------------------------------------
Hyunsuk POV.
"Aku punya pekerjaan untukmu malam ini."
Bertindak seolah-olah diriku baru saja keluar dari kantornya lima belas menit yang lalu, dia dengan santainya memeriksa kertas-kertas dan memberi isyarat agar aku duduk di kursi kulit di depan meja ruangannya.
Aku merasa tidak nyaman bekerja disini lagi, tidak lagi di bawah asuhan Pak Park senior, dan aku sudah memantapkan diri berencana melamar pekerjaan lain secepat mungkin.
Aku mengangguk untuk saat ini dan duduk dengan nyaman.
"Apa dan di mana?" Aku menjawab dengan sopan, memperhatikannya dengan hati-hati.
Dia sangat cocok dipadukan dengan setelan yang formal, sangat pas tanpa dasi dan kancing atas dibiarkan terbuka untuk kesan yang lebih mudah didekati. Rambut hitam gelapnya yang mustahil disisir kebelakang dengan hati-hati, dan setiap kali matanya yang gelap dan intens bertemu dengan mataku, aku merasa perlu mempertahankan postur dengan penampilan yang sempurna.
Meskipun dia jelas ingin terlihat mudah didekati, dia tidak menampilkannya secara gamblang. Dia terlihat berbahaya, semua pria dan wanita yang bekerja denganku terlihat sama berbahayanya, namun sejauh ini dia terlihat lebih kasar, sangat kasar.
"Les Rois, jam 9 malam. Kamu akan bertemu dengan Michael Horan," dia memberitahuku setelah meletakkan kertasnya dan memusatkan perhatiannya sepenuhnya kepadaku.
Aku langsung merasa seolah-olah berada di bawah mikroskop kaca pembesar dan sepertinya aku sangat ingin menutupi diriku sepenuhnya di bawah tatapan tajamnya.
"Tuan Park selalu gigih pada kenyataan bahwa diriku tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti Tuan Horan," kataku sambil berdehem, berdiri tegak dengan harapan menunjukkan kepadanya bahwa aku harus dihormati.
Senyum kecil dan nampak puas menarik sisi bibirnya, tapi itu hilang sebelum aku sempat merekamnya dengan benar.
"Ayahku sudah menyerahkan segala kekuasaan serta keputusan berada di tanganku bukan? Apapun yang dia katakan tentang apa yang tidak boleh kau lakukan tidak ada artinya. Aku Don, aku bosmu, dan sekarang aku juga Tuan Park untukmu," jelasnya dengan cara yang sangat tenang, "Kamu akan bertemu dengan Tuan Horan untuk makan malam, dan setelah itu dia akan membawamu kembali ke rumahnya. Saya ingin kamu mencari tahu denah dasar suit-nya di Ritz".
"Bolehkah aku bertanya untuk apa ini?" aku mengumpulkan keberanian untuk bertanya, namun tetap dengan tampang tenang dan dingin.
Dia merebahkan badannya bersantai di kursi kantor kebesarannya, dan dengan terus mengamatiku dengan seksama.
"Tentu. Tapi kamu tidak perlu tahu jawabannya," dia mengangkat bahu, dan sebagaian dari diriku masih ingin menamparnya karna begitu menyebalkan, "juga, aku ingin kamu mencari tahu kode brangkasnya. Aku anggap saja kamu tahu bagaimana melakukan semua itu? Merayunya dan seterusnya..."
"Ya." Jawabku.
"Bagus." Responnya.
Kami duduk di sana sejenak dalam diam, kami saling menatap satu sama lain. Dia tidak seperti ayahnya, sebanyak yang telah ku kumpulkan sejauh ini. Pria ini terlalu sombong, terlihat terlalu dominan, terlalu kasar...
Tentu saja, untuk menjadi Don dari sindikat kejahatan terorganisir yang paling luas dan kuat, tentunya harus menjadi semua itu. Tuan Park senior tahu bagaimana mendapatkan rasa hormat dengan wibawanya, dan tidak pernah memperlakukan seseorang seperti yang dilakukan putranya sekarang.
"Apakah kamu berhubungan seks dengan mereka?" Dia memecah kesunyian dengan bertanya, dan bibirku kelu karna terkejut dengan pertanyaan itu.
"Maaf?" Aku hendak berdiri lagi, tapi tawa yang keluar dari bibirnya tiba-tiba membuatku merasa tidak bisa bergerak.
"Saya bertanya agar saya dapat menilai situasinya, apakah Anda memerlukan bantuan di sana atau sesuatu seperti itu terjadi..." jelasnya, merasa geli dengan maksudnya, "apa kamu paham?" sambungnya.
"Ya." Kataku.
"Nah, kalau begitu? Apakah kamu berhubungan seks dengan mereka?" Dia mendorong badannya condong kedepan mengarah padaku dengan alis terangkat ke atas.
Jujur saja aku merasa tidak nyaman mendiskusikan taktikku dengan Tuan Park Jihoon, tidak seperti yang ku lakukan dengan ayahnya karena diriku merasa aman dan diperhatikan jika bersama ayahnya, sekarang aku mulai menyadari betapa hebatnya perlakuan khusus yang telah ku terima.
"Jika perlu" sergahku, benci bagaimana dia jelas-jelas menikmati pembicaraan ini, kekuatan yang dia miliki atas diriku dan bagaimana pertanyaan yang ia lontarkan itu membuatku gelisah.
Alis Tuan Park Jihoon terangkat ke arahku. Dia bersandar di kursi kulit dan menjalin jari-jarinya didepannya, siku bertumpu pada sandaran lengan.
"Kau pada dasarnya pelacur, kalau begitu."
Aku membeku mendengar apa yang dia katakan. Dadaku terasa sesak, dan tenggorokanku terasa tercekat. Aku terbakar amarah, dan ingin sekali menampar wajahnya, memberitahunya untuk tidak mengatakan itu lagi padaku.
Sebaliknya, aku bangkit dan mulai berjalan keluar dari kantornya.
"Aku belum selesai denganmu, Choi Hyunsuk!" suaranya memanggilku, tapi aku mengabaikannya dan menuju ke suatu tempat yang tidak ada kamera pengawas.
Aku mengunci diri dibilik terakhir di kamar mandi wanita dan menangis.
Pada titik ini, diriku hanya perlu mencari pekerjaan baru, dan sampai saat itu aku akan bekerja seperti biasa di bawah kepemimpinan Tuan Park Jihoon.
"Kamu bukan pelacur, Suk" aku mulai berbisik pada diriku sendiri, berharap untuk menenangkan perasaan panik yang kurasakan, "semuanya akan baik-baik saja..."
Aku tinggal disana selama tiga puluh menit, sebelum pergi untuk pulang.
Bersambung-
Jangan lupa tinggalkan jejak. Thanks
10 vote untuk up part selanjutnyaa^^
Rabu, 23 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kesenangannya
Fanfiction"Berapa tarif untuk satu jam?" Dia merogoh sakunya dan mengambil dompetnya, tatapan matanya gelap yang tajam nampak menghindariku seperti melihat kuman. Aku mundur perlahan menjauh darinya, rasa panik menyerang, "Aku bukan pelacur" "Ya, benar. Perse...