5

494 47 1
                                    

Terima kasih udah mampir baca.

Tinggalkan jejakmu yaa!

Selamat membaca...

--------------------------------------------------

Hyunsuk POV.

Dia menatapku, keterkejutanku tertulis diwajahnya yang semakin gelap.

Aku masih merasa tidak aman. Satu-satunya orang yang membuatku merasa aman adalah ayahnya, tapi dia tidak ada disini sekarang dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku merasa tidak bisa berhenti menangis, terlalu banyak trauma muncul setelah aku kehilangan kendali akibat misi tadi. Aku tidak bisa menahan tanganku yang masih gemetaran ketakutan.

"Apakah dia menyakitimu?" Tuan Park Jihoon bertanya, herannya tidak marah bahkan setelah aku menampar wajahnya.

Aku telah menampar orang paling berkuasa dan kuat di Bumi ini dan untuk beberapa alasan aneh dia membiarkannya begitu saja.

"Aku-" aku terbata, tidak bisa melanjutkan. Aku ingin pulang, dimana rumah merupakan tempat ter-aman bagiku saat ini.

Byonggon, pacarku tidak tahu profesiku. Aku ragu dia akan baik-baik saja dan tidak bertanya-tanya soal keadaanku sekarang bila pulang nanti.

"Kami menangkapnya," Asahi muncul di ambang pintu, berbicara dengan pria yang masih mengamatiku dengan cermat.

Mataku yang berkaca-kaca bertemu dengannya dan dia segera mengerutkan kening.

"Suk-" dia mulai mendekatiku, wajahnya tampak prihatin dan khawatir.

Dia nampak membalas Asahi namun dengan masih menatap kearahku, "Urus semua, aku akan menjaganya."

Aku merasa menyedihkan, ini merupakan emosi terparah yang sudah lama tidak ku rasakan. Aku panik dan binggung dengan situasi ini.

Tuan Park Senior adalah orang terdekat yang pernah saya miliki dengan figure seorang ayah, atau orang tua yang penyayang. Tidak adanya dia tiba-tiba mengguncang seluruh kesehatan mental ku. Diata telah menyelamatkanku dari kehidupan prostitusi dan narkoba, memberiku kehidupan yang stabil dan aman, dan memberi cinta serta perhatian, sesuatu yang tidak pernah ku dapatkan. Dia telah mengubah hidupku.

"Tapi-" Asahi masih ingin tahu apa yang terjadi dan mengapa aku sekarang menangis.

Tidak ada orang yang bekerja denganku yang pernah melihat aku menangis, kecuali Tuan Park Senior. Mereka tidak pernah melihatku kehilangan kendali atas situasi apapun pada diriku sendiri, seperti sekarang.aku memahami betul kekhawatiran Asahi dan menghargainya, tetapi pada saat yang sama aku butuh sendiri.

"Pergi bantu yang lain. Sampai jumpa besok" Tuan Park Jihoon menatap kearahnya, yang menyababkan Asahi mengangguk perlahan ke figure otoritas dalam situasi ini.

Asahi memberikanku pandangan simpatinya sekilas, sebelum pergi.

Tuan Park Jihoon tetap berdiri didepanku, memperhatikan dengan penuh perhatian saat aku perlahan tapi pasti berhasil menenangkan diri.

"Hyunsuk..." dia memberi isyarat, tiba-tiba tampak jauh lebih tidak mengancam dan tidak bajingan seperti yang dia lakukan sebelumnya.

"Aku tidak mendapatkan kode brangkasnya," kataku berdehem dan menyeka bagian bawah mataku untuk menghilangkan sisa air mata.

Aku kemudian dengan cepat berusaha menenangkan diri, tidak ingin menunjukkan kelemahanku di depan pria ini. Aku memutuskan akan mengundurkan diri besok, sudah kuputuskan.

Untuk KesenangannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang