4

515 54 2
                                    

Terima kasih udah mampir baca.

Selamat membaca...

--------------------------------------------------

Hyunsuk POV.

Tidak butuh waktu lama bagi Tuan Horan untuk memutuskan menyudahi makan malam ini, dia memutuskan untuk membawaku kembali ke suite-nya secepat mungkin.

Aku masih terganggu oleh Tuan Park Jihoon yang mengejutkan tadi, tapi aku berhasil menutupi hal tersebut dan melancarkan aksi-aksi dengan merayu Tuan Horan untuk masuk kedalam perangkapku.

Sopirnya telah memberikan ku pandangan skeptis beberapa kali, sebelum bosnya memerintahkannya untuk menutup pintu mobil, meninggalkan kami berdua sendirian.

"Rasanya terlalu indah untuk menjadi kenyataan, Suki" katanya, dan perhatianku tertuju padanya lagi.

Aku memastikan untuk duduk dengan tubuh diputar sedikit kearahnya, kaki ku dengan anggun disilangkan diatas kaki yang lain. Posisi ini memungkinkan ada celah di gaunku untuk mengekspos paha lebih banyak, yang menjadi perhatikanku saat ini hanya membuatnya semakin tertarik.

"Apa artinya?" Aku bertanya-tanya dengan pura-pura tidak menyadari kalimat yang ia lontarkan tadi, bahuku ke belakang sehingga belahan dadaku menyembul tanpa malu.

"Kamu wanita yang sempurna. Berpendidikan, cantik..."

Aku memaksakan senyumku melebar karena kagum, bertingkah seolah-olah aku begitu terpesona oleh pujiannya.

"Kamu terlalu baik, Horan" jawabku dengan halus dan mengulurkan tanganku untuk beristirahat di pahanya, "ini terasa seperti sudah ditakdirkan bukan?"

Aku meringis dalam hati pada kata-kata manis yang mengandung madu keluar dari bibirku. Dia tampak sangat senang dengan hal tersebut.

Sepanjang makan malam tadi, aku memperkenalkan diriku adalah seorang penari balet, bekerja untuk balet kerajaan. Ini sering menjadi cerita latar belakang yang kugunakan dalam misiku, karna tampaknya menarik bagi client pria. Mungkin mereka mengira itu membuatku lebih fleksibel dan anggun secara bersamaan. Satu-satunya tarian yang ku lakukan dalam hidup ku adalah tarian erotis.

"Memang," dia setuju, sepenuhnya berada dibawah kendali perangkap yang ku gunakan.

Aku mengendalikannya, dan untuk sesaat berpikir waspada bahwasannya saat ini aku berhadapan dengan pria berbahaya yang sedang menggenggam tanganku dan semuanya akan selesai begitu kami naik ke suite-nya.

Dia mengeratkan genggamannya dan mengarahkannya ke bibirnya yang pecah-pecah. Dengan matanya yang sayu menatapku, dia mencium punggung tanganku. Aku memasang senyum malu-malu, menyadari sekarang bahwa dia menyukainya.

Aku bangga dapat memahami karakter orang dengan baik, karena ini memang tugas dan misiku, aku tahu bagaimana dan kapan harus bertindak ketika kapan sikap ini diperlukan, dan tentunya hampir selalu mendapatkan respon yang sesuai keinginanku. Ini merupakan nilai tambah dalam profesi ku saat ini.

--

Kami tiba di kamarnya beberapa menit setelah kami meninggalkan restoran.

"Aku punya kalung berlian yang menakjubkan yang tentunya akan sangat cocok untukmu," terlepas dari matanya yang sesat, sejauh ini dia bersikap sopan kepadaku dengan kata-kata dan sentuhan kecilnya.

"Berlian adalah sahabat perempuan," aku mengikuti di belakangnya saat dia berjalan lebih jauh ke suite mewah tepat di tengah kota.

"Sungguh" dia tersenyum padaku, sisi matanya berkerut mustahil.

Untuk KesenangannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang