Hyunsuk POV.
Dia lebih buruk dari yang pernah saya bayangkan.
Itu hanya dua puluh menit setelah pertemuan pertama kami, dan pria yang sangat tampan dan berwibawa itu berhasil membuat saya marah sampai batas yang belum pernah saya rasakan.
Saya tidak takut padanya. Selama Tuan Park masih hidup, tidak ada yang berani menyakitiku. Bahkan putranya tidak akan berani menyakitiku, saya cukup yakin itu.
"Perlakuan khusus apa pun yang ayahku berikan padamu itu karena kau selalu menghisap kemaluannya sepanjang hari. Jadi jangan berharap banyak dariku", dia baru saja menyelesaikan hinaannya, tapi aku sudah melewati titik rendah amarah dengan sangat murni.
Dengan pipi memerah dan kepalan tangan yang mengerat, aku bergegas keluar dari kantor Tuan Park, yang sekarang menjadi kantor putranya.
Aku mengedipkan mata menahan air mata dan bergegas menuju lift, mengabaikan semua orang yang menghalangi jalanku.
"Brengsek", gumamku dan mengeluarkan ponselku begitu aku sendirian dalam perjalanan turun ke lobi.
Aku menghubungi nomor Tuan Park dan mendekatkan ponselku ke telingaku, dengan kondisiku yang sekarang tengah membiarkan air mata mengalir di pipiku.
"Selamat siang, Sayang", suaranya yang manis membuatku ingin menangis, "ada apa kau menelponku?" tanyanya.
"Kau lupa menyebutkan bahwa putramu adalah orang yang merasa benar sendiri dan-" aku mulai mengomel, suaraku terdengar memaki dengan tegang, siapapun yang mendengarnya tau nadanya dipenuhi amarah dan sakit hati.
"Kurasa pertemuanmu dengannya tidak berjalan baik..." dia memotongku sambil menghela nafas, "ini juga pengalaman pertamanya, dia punya sepatu besar untuk diisi, ingat itu"
Aku mendengus dan menggelengkan kepala pada diriku sendiri, sekarang mondar-mandir di lift dan berharap tidak ada orang lain yang masuk, "dia sangat kasar padaku! Dia... dia..."
Saya tidak bisa memaksakan diri untuk mengatakan semua hal yang dikatakan putra Tuan Park kepada saya, sebanyak yang saya mau.
"Dia tidak menginginkan pekerjaan ini, anda tahu itu. Seseorang harus mengambil alih bisnis ini, dan dia satu-satunya kerabat sedarah yang saya miliki di dunia ini, Hyunsuk" Tuan Park mengingatkan saya dengan lembut, "lebih baik dia dari pada Big Frank, benar bukan? Dia akan menghargaimu, beri dia waktu untuk menyesuaikan diri"
Ini bukan bisnis biasa yang telah dijalankan keluarga Park dari generasi ke generasi, ini adalah sindikat kejahatan yang rumit dan terorganisir dengan baik yakni mafia yang tersebar di sebagian besar dunia. Sampulnya sekarang menjadi perusahaan teknologi yang sukses sehingga banyak yang tidak menyadari.
"Itu bukan masalah dia belum bersikap ramah padaku! Hal-hal yang dia katakana kepadaku itu sangat kasar dan sangat sensitive Tuan Park!" Aku mengerang kesal, benci bahwa Tuan Park harus menderita serangan jantung yang membuatnya memutuskan untuk pensiun tanpa batas waktu sebagai Don, dan putranya menggantikannya.
Saya telah mencoba untuk tetap berpikiran terbuka dan berharap dia akan sebaik ayahnya kepada saya selama beberapa tahun saya bekerja untuknya, tetapi sekarang saya merasa semua harapan saya hilang. Saya pasti bukan satu-satunya yang tidak senang dengan perubahan besar ini.
"Hyunsuk, kamu dimana?" dia bertanya padaku, tetap tenang seperti biasanya.
"Di lift. Aku akan pulang" aku menghela nafas dalam-dalam, tahu aku perlu menenangkan diri meskipun adrenalin mengalir deras di nadiku dengan keinginan untuk menampar Don baru, "apakah Tuan masih di rumah sakit? Bisakah saya datang mengunjungi anda?"
Dia tertawa lembut, "kamu tidak pernah menyerah. Apa yang kamu lakukan sekarang? Kembalilah, aku akan menelponnya dan memberitahunya untuk bertindak baik, kamu dengar? Tidak ada yang macam-macam dengan tangan kananku"
Saya mendapati diri saya tersenyum tanpa sadar dan dengan lugas menggodanya menjawab, "Saya masih seorang gadis"
"Ah..., istilah-istilah itu sangat longgar akhir-akhir ini..." aku mendengar senyum disuaranya juga, dan tanpa sadar diriku berhasil menenangkan diri, "kembali ke kantorku, dan saat kau tiba aku sudah bicara sedikit memberikan pengertian padanya."
"Baiklah, baiklah..." Aku memutuskan dan mengetahi bahwa melarikan diri tidak selalu merupakan hal terbaik untuk dilakukan, dan pastinya tidak memberikan kesan pertama yang baik.
Saya seharusnya membela diri saya sendiri, atau setidaknya tetap dingin dan tanpa emosi, menunjukkan kepadanya betapa saya sangat mampu untuk pekerjaan yang saya miliki. Namun itu tidak mungkin, karna saya sangat emosional setelah mendengar Tuan Park yang tiba-tiba pensiun karna penyakitnya.
Kami mengobrol selama sisa perjalanan lift saya ke lobi, dan hanya mengakhiri panggilan saat pintu mulai terbuka. Aku bahkan tidak bisa menekan tombol ke lantai tertinggi tempat kantor Don berada, sebelum Asahi masuk.
Tanpa memberi saya pandangan sekilas, dia datang untuk berdiri di samping saya dan menekan tombolnya sendiri.
"Maaf Hyunsuk, aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Perintah Don..." katanya padaku, meluruskan postur tubuhnya dan dengan tegas menatap pintu lift yang sekarang tertutup.
Alisku berkerut, "oh? Aku baru saja akan kembali, tapi terserahlah... Apa bajingan itu katakan padamu?"
Asahi berdehem dan diam-diam memberikan kode ke arah kamera keamanan di pojok kiri, mengingatkanku serta menyadarkanku bagaimana percakapan kami dengan mudah dipantau oleh putra Tuan Park.
Aku menghela nafas dan mencubit pangkal hidungku, "kenapa dia tidak ingin aku pergi?"
"Aku hanya mengikuti perintah" jawabnya singkat.
Aku bersandar di bagian belakang lift dan menatap ke arah kamera keamanan, tahu dia sedang mengawasi dan mendengarkan kami.
Bersambung-
Selasa, 22 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kesenangannya
Fanfiction"Berapa tarif untuk satu jam?" Dia merogoh sakunya dan mengambil dompetnya, tatapan matanya gelap yang tajam nampak menghindariku seperti melihat kuman. Aku mundur perlahan menjauh darinya, rasa panik menyerang, "Aku bukan pelacur" "Ya, benar. Perse...