11

271 42 1
                                    

Terima kasih udah mampir baca.

Tinggalkan jejakmu yaa!

--------------------------------------------------


Park Jihoon POV

"Dia pecandu narkoba," ayah memberi tahuku dengan suara yang agak teredam, "waktu itu tanpa sengaja bertemu pada saat aku membutuhkan seseorang yang bisa merayu guna menghancurkan pesaing lama kita. Dia mudah disewa, selalu melakukan apapun yang diperintahkan dia akan lakukan. Begitulah cara dia dibesarkan oleh keluarga yang kejam yang telah melacurkan dirinya sendiri sejak 16..."

"Bohong," aku merasa mual dan ingin mengutuk ayah yang mengatakan hal-hal seperti itu tentang Hyunsuk.

Ayahku menggelengkan kepalanya, "Aku hanya memperingatkanmu. Masa lalunya adalah topik yang sangat sensitive baginya, jadi aku harap kamu harus mulai memperlakukannya lebih baik."

"Aku memperlakukannya dengan baik, sialan!" rahangku mengatup, tiba-tiba merasa sangat bertentangan, "dia aman bersama kita, dia tidak perlu pergi bekerja di tempat lain."

"Apakah kamu tidak mengerti Jihoon? dia ingin pergi sejauh mungkin dari masa lalunya. Tanpa aku sebagai Don, dia merasa seperti kembali ke masa lalunya... profesi"

Aku mengusap wajahku dan merosot di kursi kulit, "Aku memanggilnya pelacur."

"Aku tahu. Dia memberitahuku" ayah mengangkat bahu, tidak tampak marah seperti yang ku harapkan.

Jadi selama ini perkataanku benar. Tuhan tahu hal-hal yang harus dilalui, mengingat cara ayahku berbicara tentang masa lalunya yang sangat kelam.

"Ayah, aku—" aku memulai, tetapi memotong ucapanku untuk memperoses apa yang sebenarnya yang ingin kukatakan, "Aku tidak akan membiarkan dia mendapatkan pekerjaan baru."

"Nak—" dia memulai, tetapi aku menggelengkan kepalaku untuk menghentikan ucapan lanjutannya.

"Aku egois, aku tahu. Tapi aku tidak akan membiarkannya pergi. Entah kau tutup mulut tentang hal itu, atau mengatakannya padanya dan aku akan memastikan dia berakhir tanpa pekerjaan sama sekali." Sisi burukku yang dingin dank eras kembali muncul, mendorong kembali perasaan empati dan keingintahuan yang kumiliki terhadap wanita cantic itu tanpa sadar menyebabkan semua masalah ini.

Ayahku berkedip perlahan, tidak menunjukkan emosi apapun, sebelum mengangguk sekali.

"Ok," dia berbicara dengan sederhana, "apakah dia memberitahumu di mana wawancara berikutnya?"

"Tidak." Jawabku

Ayah memberitahuku, aku tahu dia paham mengapa aku melakukan ini, dari segi bisnis, dan sebagian dari dirinya juga tidak ingin kehilangannya.

***


Hyunsuk POV

Aku telah melakukan yang terbaik untuk menghindari Tuan Park Jihoon setelah kejadian kemarin.

Melihat cara dia bertindak ketika kami berurusan satu sama lain selama bekerja, aku sampai pada kesimpulan bahwa dia menyesal menciumku.

Mungkin itu kesalahan penilaian terbawa suasana, atau kelemahan sesaat. Aku tidak tahu apa-apa yang terjadi di dalam hidupnya pada hari itu, jadi aku tidak bisa menilai.

Aku akui Tuan Park Jihoon lebih baik terhadapku, dan aku menghargai kepedulian terhadap keselamatanku yang dia kembangkan setelah insiden Tuan Horan.

"Permisi, apa kamu memanggil saya?" aku menjulurkan kepala ke ruangan Tuan Park Jihoon dan menampilkan senyum kecil.

Dia mendongak dari layar komputernya dan mengangguk agar saya masuk.

"Tutup pintunya, ya" dia menggerakkan tangannya sedikit, perhatian terfokus kembali pada komputernya.

Aku menutup pintu dan berjalan untuk duduk di sofa kulit di kantornya, menunggunya memberitahu apa yang ingin dia katakan padaku. Kemungkinan besar aku akan menjalankan misi malam ini.

"Apa kabar?" dia berdehem dan bergeser di kursinya, sebelum tatapan gelapnya tertuju padaku.

"Aku baik-baik saja," kataku padanya, tidak terlalu banyak membaca tentang situasi ini, "kamu?"

"Bagus, bagus..." dia tampak sangat berpikir, memperhatikanku dengan sangat cermat. Cukup dekat untuk mengirimkan dorongan untuk menyambutnya, astaga apa yang sedang kupikirkan –aku memutuskan pikiran itu sebelum pergi terlalu jauh. Aku sedikit tersipu.

"Di mana kamu belajar untuk menjadi penari balet?" dia dengan santai bersandar di kursinya, masih mempertahankan aura dominasinya dengan mudah.

Stelan gelapnya pas, memeluk setiap otot tubuhnya. Rambutnya disisir ke belakang dengan indah, memperlihatkan lebih banyak fitur wajahnya. Dia memiliki bekas luka kecil di garis rambutnya, yang tidak saya perhatikan sebelumnya.

"Hyunsuk?" Jihoon berdehem setelah aku benar-benar tenggelam dalam dirinya dalam kelemahan sesaat, pikiranku.

Aku kecewa karena Byonggon telah mengakhiri hubungan kami. Pikiran ku yang agak menakutkan tentang Tuan Park Jihoon – tentang dia yang sangat menarik saat ini... pikiran itu pasti berasal karna itu. Itulah yang saya yakini dan berusaha menenangkan diri.

"Ya, uh..." aku mencari-cari di otakku akademi yang selalu kuberitahu klienku ketika mereka bertanya di mana aku kursus balet, "di Juilliard"

Alisnya terangkat saat lengannya bertumpu pada sisi kursi kantornya. Aku mulai merasa tidak nyaman di bawah tatapan gelapnya. Sesuatu memberitahu saya bahwa itu sangat bahaya, tetapi sekali lagi ku meyakinkan diri dia tidak akan tahu saya berbohong... bukan?

"Itu mengesankan," dia memberiku anggukan kecil, alis berkerut, "tunjukkan sesuatu."

"Maaf?" suaraku keluar jauh lebih tenang sekarang, detak jantungku meningkat.

"Pirouette, atau semacamnya. Apa saja," Jihoon mulai memberi isyarat agar aku berdiri dan berputar.

Mataku sedikit melebar karena panic. Aku menenangkan diri dan tertawa pelan, sebelum menggelengkan kepala. Mampus aku

"Kelihatannya agak aneh, aku—"

"Lakukan."

Aku benar-benar terdiam mendengar nada bicaranya. Itu tidak kasar atau terlalu memerintah. Itu tenang, yang tampaknya paling membuatku takut.

Dia tahu. Dia tahu aku telah berbohong. Tiba-tiba napasku terasa sesak, merasa cemas memikirkan dia mengetahui seperti apa masa laluku yang sebenarnya.

"Aku, aku..." aku tidak tahu harus berkata apa, mood baikku dari pagi ini benar-benar menghilang, "aku harus pergi..."

Aku memiliki wawancara hari ini, anyway. Salah satu yang pasti akan aku dapatkan dengan kemampuan saya. Bayarannya jauh lebih rendah, karena itu adalah salah satu yang terakhir dalam daftar saya, tetapi aku membutuhkannya saat ini.

"Hyunsuk," Jihoon kemudian menghela nafas dan bergeser di kursinya, sebelum mengusap rambutnya dengan tidak sabar, "tunjukkan padaku."

Aku benar-benar membeku, tidak bisa berpaling darinya atau melarikan diri.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dan matanya menjauh dariku. Aku merasa seperti bisa bernafas, akhirnya aku bisa bersandar di kursiku dengan kekalahan.

Aku memperhatikan betapa rahangnya mengatup tiba-tiba matanya yang sangat kesal tertuju pada Yoshi, sekretarisnya.

"Tuan Jihoon, kesepakatan harus segera dikerjakan pada rapat yang berlangsung saat ini," katanya dengan sederhana, sebelum pergi dan menutup pintu di belakangnya.

Alisku berkerut dan aku melihat kembali ke pria di depanku.

Aku melihatnya menghela nafas dan menegakkan tubuhnya. Aku menunggu dengan tenang dan sabar sebelum dia menatap mataku dan berdehem.

"Kemasi barang-barangmu untuk malam ini. Kita akan terbang ke Belgia."



Bersambung-

10 vote untuk up part selanjutnyaa^^

Rabu, 7 Desember 2022

Untuk KesenangannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang