13

293 37 9
                                    

Terima kasih udah mampir baca.

Tinggalkan jejakmu yaa!

--------------------------------------------------


Hyunsuk POV

"Hyunsuk, tunggu."

Aku berbalik untuk melihat Jihoon berjalan ke arahku dari belakang jet.

Dengan senyum tipis, aku menunggu apa yang akan dia katakan.

Kami telah mendarat beberapa menit yang lalu. Staf menunggu di depan jet, tersembunyi dari pandangan kami sampai kami meninggalkan area utama.

Aku benar-benar terpesona oleh pria lusuh, seksi dengan setelan jas yang menampilkan senyum lelah dan gugup. Dalam keagungannya yang tinggi, ramping, dan berotot, dia menuju ke arahku, tatapan gelap dan tajam tidak pernah lepas dari wajahku.

Meskipun membuatku tidak nyaman untuk mengakuinya, aku menyukai pria ini. Dia mendefinisikan kembali ide kesempurnaan Michelangelo.

"Hyunsuk," dia berbicara lagi, langkahnya melambat saat dia semakin mendekatiku, aku sekarang menghadap dia sepenuhnya, hingga terdengar pintu tertutup dibelakang ku.

Suaranya telah menurun. Itu seperti desiran halus, begitu elegan dan memabukkan. Itu menghangatkan tubuhku dengan intens, dan aku bergeser berdiri saat senyumku goyah.

Dia terlalu dekat menurutku.

Sebelum salah satu dari kami dapat mengucapkan sepatah katapun, bibir kami bertemu dalam ciuman lapar, berbatasan dengan satu sama lain penuh gairah dan kebutuhan yang kuat akan kelegaan dari ketegangan yang telah terbangun.

Untuk saat itu, semua dinding runtuh dan gelombang keintiman yang indah mengalir di antara kami.

Aku meraih kerah bajunya sementara tangannya hampir ragu-ragu bergerak kepinggulku. Pegangannya pada ku semakin erat ketika dia menyadari bahwa aku tidak menolaknya.

"Hoon..." aku menghela nafas, seluruh tubuhku berdengung karena kegirangan.

Nafas kasar keluar dari bibirnya, sebelum dia mendorongku ke pintu belakang yang berada tepat dibelakangku dan mulai menciumku lagi jauh lebih intim dari sebelumnya, hampir seolah-olah dia sedang marah padaku.

Bagian depannya menempel di depanku dan aku merasa surgawi seketika. Jujur belum pernah aku merasa seperti ini karena satu ciuman.

Obrolan ringan yang kami lakukan selama penerbangan membuat ku merasa lebih nyaman dengannya, tetapi aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Tentu saja, aku tidak mengeluh akan hal itu, tetapi aku tahu kami perlu menenangkan diri.

Tubuh Jihoon membentur tubuhku, menjepitku sepenuhnya diantara dirinya dan pintu yang tertutup. Aku merasakan pahanya diantara kedua kakiku, tidak menyentuh bagian yang perlu disentuh, mungkin itu pilihan terbaik untuk saat ini.

"Brengsek" gumamnya pada dirinya sendiri, terdengar frustasi, sebelum bibirnya turun ke rahangku. Ketika dia mulai mencium leherku, erangan kecil dengan nafas terengah-engah keluar dari bibirku.

Ini gila, jantungku berdegup dengan kencang dan pikiranku terfokus pada dirinya. Apakah ini benar-benar terjadi atau aku hanya mengalami mimpi yang terlampau nyata?

Aku membuarkan jari-jariku tersangkut dirambutnya, tidak memperdulikan cara kasar jari-jarinya menggali leluasa meraba pinggulku, menarikku untuk lebih mendekat ke arahnya.

Tiba-tiba semuanya berhenti. Dia mengambil langkah mundur tiba-tiba, seolah-olah aku baru saja menggaulinya. Dia melototiku.

"Itu..." aku mulai berbicara dengan nafas yang masih terengah-engah, "tidak terduga"

Untuk KesenangannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang